Bagian 10

1.4K 228 15
                                    

"Lami bangun."

Lami menggeliat pelan dari tidurnya tapi masih betah menutup matanya. Changbin menghela nafasnya, "Lami buruan bangun heh."

Lami membuka matanya dan melihat Changbin berdiri di depannya, gadis itu langsung bangun dan diam sebentar merasakan kepalanya berdenyut.

"Nih minum." Changbin duduk di samping Lami dan menyodorkan obat pengilang rasa sakit menstruasi, "Nih air buat kompres perut lo."

"Makasih," cicit Lami. Changbin diam memperhatikan, matanya menatap Lami lekat.

"Kenapa?" Tanya Lami takut melirik Changbin.

"Jangan di iket rambutnya."

"Hah?"

"Lepas gue ga suka." Balas Changbin ketus, "Ya udah lo tidur lagi sana, gue ada urusan."

Lami menahan tangan Changbin, "AH- jangan dipegang!" Bentak Changbin.

"Hah lo luka lagi?" Panik Lami malah semakin menarik tangan Changbin agar pemuda itu duduk.

"Udah ga usah."

Lami menarik lengan jaket denim yang Changbin pakai sampai sikut dan melihat tangan Changbin berdarah, seperti luka karena pukulan rotan.

"Ini pake rotan ya?" Tanya Lami.

Changbin melotot, "Kok .. lo tau?"

"Ah, papih pernah ngehukum abang pake rotan dan lukanya persis kaya gini."

"Ya udah, udah gue mau cabut."

"Gue obatin."

Changbin diam sebentar, "Gue mau nanya," Changbin merubah posisi jadi dia yang menggenggam tangan Lami, "Kenapa sih enteng banget mau ngobatin gue padahal selama ini gue suka nyiksa lo?"

"Lo ga nyiksa."

"Jawab aja."

Lami mengigit bibirnya, "Gue ga tahan liatnya, pasti sakit."

"Jangan gigit bibir lo, mau di cium lagi?"

Lami langsung menghentikan aktivitasnya, "Maaf."

"Ya udah obatin." Changbin menyodorkan lengannya.

Changbin menatap wajah Lami lekat sementara Lami mengobati luka Changbin dengan telaten. Changbin meringis kecil saat kapas yang sudah di basahi alkohol itu membakar kulitnya, "Pake etanol aja kenapa sih," gerutu Changbin.

"Kalai etanol besok belum tentu kering."

"Lo anggota PMR?"

"Ketuanya."

"Pantes." Cibir Changbin.

"Changbin punya ade?" Tanya Lami pelan tanpa menatap Changbin.

"Punya."

"Oh gitu."

"Seumuran sama lo." Lanjut Changbin.

"Kalau adenya di culik kaya gue, lo mau ngapain?"

"Bagus lah, ga ada yang berisik di rumah." Jawab Changbin enteng. Lami hanya mengangguk, ga di ragukan lagi, Changbin psikopat.

"Udah selesai." Lami mendongkak dan matanya langsung menatap mata elang Changbin, "Mau pergi .. kan?"

"Ga jadi." Balas Changbin, "Lo kesepian ntar."

"Udah biasa." Balas Lami tidak sadar sambil membereskan kotak obat, sengaja dengan gerakan pelan.

"Lo deg degan?" Tanya Changbin, pemuda itu menyeringai, "Keras banget suara jantung lo." Lanjutnya.

Bingo! Lami tertangkap basah.

"Jangan liatin terus, takut." Gerutu Lami.

Changbin mendekat, "Kenapa takut?"

"Takut." Lirih Lami sambil mundur sedikit karena posisi Changbin terlalu dekat.

"Kenapa takut?"

"Takut."

Changbin menyeringai, "Takut di apa apain?" Tanya Changbin yang sudah berhasil menindih Lami, "Emang lo pikir gue mau ngapain?"

Lami hanya diam menetralkan detak jantungnya, "Changbin-"

"Stt-" Changbin ambruk di atas tubuh Lami, "geser coba." Ucap Changbin,

"Geser gimana?" Tanya Lami. Changbin menghela nafas kasar lalu memeluk Lami erat, "Changbin!" Pekik Lami kaget.

"Apa?" Tanya Changbin enteng, "Udah diem."

Lami mencoba menutup matanya, berharap dia belum bangun dan ini hanya mimpi. Tapi mimpi kali ini terlalu nyata, Lami tidak bisa menolak.

--

Bosen bgt ga si gw update mulu ): ya maaf ntar waktunya author block juga diem ):

Twilight ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang