Bagian 6

1.7K 236 19
                                    

Tidak ada yang Lami bisa lakukan selain menunggu si penculik pulang. Dia memilih untuk menurut kepada perintah si penculik sekarang karena gadis itu sudah tidak kuat menahan linu di pipinya karena tamparan si penculik.

Seperti saat ini, Lami duduk dan menikmati makannya sambil di perhatikan oleh si penculik yang duduk di hadapannya. Lami tidak nyaman, tapi dia tidak ada niatan untuk protes.

"Lo mau tidur si sofa?" Tanya si penculik dingin. Lami sontak menggeleng, "Lo depresi?"

Lami mendongkak perlahan, "Engga," lirih gadis itu.

Si penculik menghela nafasnya, "Lo bisa tidur di sofa malam ini."

Lami meneguk minumannya, "Terimakasih makanannya."

Si penculik menunjuk ke arah sofa dengan matanya, "Sana, lo bisa selonjorin kaki lo, udah tiga minggu lo tidur berdiri kan?"

Lami dengan ragu berjalan ke arah sofa yang ada di sana. Memang benar, selama itu Lami selalu tidur dengan posisi berdiri dan tangan yang diikat di atas.

Gadis itu mencoba berbaring di sofa, sesekali melirik si penculik yang sedang memperhatikannya. Lami bisa merasakan tubuhnya sakit, semua persendiannya linu dan matanya sangat berat. Lami menghela nafasnya panjang sebelum mencoba untuk menutup matanya.

Si penculik menatap wajah Lami dalam diam. Sebentar dia terkikik sebelum pergi dari ruangan tersebut untuk mengurus sesuatu.



--

Lami bangun dari tidurnya. Badannya sudah lumayan membaik, mungkin karena dia tidur dengan layak malam itu. Lami memperhatikan ruangan tersebut, mencari si penculik yang biasanya sedang duduk di dan memainkan laptopnya. Mungkin si penculik sedang pergi, pikir Lami.

Gadis itu berjalan ke arah kamar mandi, lalu menatap pantulan dirinya di cermin. Sudah lebih dari tiga minggu dia disekap di ruangan ini dan Lami sudah sangat depresi. Lami menyalakan kran air dan membiarkan wastafel tersebut terisi penuh air.

Lami hendak mengisi bath up karena dia ingin mandi, mumpung si penculik sedang tidak ada disini. Tapi kegiatan Lami terhenti sebentar saat melihat ada bercak darah kering di bath up yang notabenenya bewarna putih itu.

Lami menyerngit, penasaran dengan bercak darah tersebut. Di ruangan ini hanya ada dirinya dan penculik, dan Lami tidak sedang terluka apalagi membersihkannya di bath up.

Si penculik?

Lami menggeleng cepat. Tidak mungkin juga, mana mungkin si penculik berdarah, maksudnya, dia kan penculik? Masa ada penculik di aniaya?

Lami tidak ambil pusing dan membasuh noda tersebut agar dia bisa cepat mandi sebelum si penculik kembali ke ruangan tersebut dan ikut masuk ke kamar mandi seperti yang biasa dia lakukan jika Lami ingin ke kamar mandi.



Bertepatan saat Lami keluar dari kamar mandi, si penculik masuk dengan masker hitam seperti biasa dan topi yang membuat wajahnya tidak terlihat sama sekali. Lami bingung, bagaimana pria ini bisa berjalan dengan baik jika wajahnya ditutup seperti itu?

"Kenapa liatin gue?" Lami segera mengalihkan perhatiannya lalu berdeham.

"Engga," balas Lami sangat pelan sambil duduk di sofa, memperhatikan gerak-gerik si penculik yang terlihat aneh.

"Gimana tidurnya?" tanya si penculik sambil bersender di meja, menatap Lami, "Reward karena akhir-akhir ini lo nurut."

Lami menghela nafasnya dalam, "Terimakasih."

Si penculik berdiri lalu segera pergi ke toilet untuk beberapa saat. Lami masih diam, tidak melakukan pergerakan apapun. Dia merasa aneh dengan sikap si penculik yang terlihat lebih santai dari biasanya.

Lami tidak ingin perduli. Dia memilih kembali meluruskan kakinya di atas sofa dan kembali menutup matanya.



--

Hari-hari selanjutnya Lami bisa tidur di sofa dengan bebas, pergi ke toilet tanpa harus di kawal si penculik, dan bisa melakukan apapun sesukanya. Tapi tetap saja, dia masih di kurung di gudang tua tersebut.

Dan hari-hari selanjutnya juga, setiap Lami akan mandi, dia selalu melihat bercak darah di bath up dan lagi-lagi Lami memang sedang tidak terluka.

Sepenuh hati Lami bilang itu adalah darah si penculik, tapi si penculik tidak pernah terlihat sedang kesakitan. Lalu itu darah siapa???

Si penculik akan pulang saat malam sambil membawa makanan, selama Lami makan, si penculik akan langsung pergi ke kamar mandi untuk waktu yang lumayan lama. Dan hal tersebut semakin mendukung firasat Lami.

Seperti malam ini. Lami sedang memperhatikan makan malamnya yang tampak kurang menggugah selera, atau mungkin karena selera makan gadis itu sudah hilang. Dia melirik ke pintu kamar mandi.

Hening.

Tidak ada suara lain di ruangan itu selain suara nafas Lami sendiri, atau samar terdengar suara air yang mengalir dari kran air.

Lami sudah tidak tahan lagi, dia berdiri dan hendak menghampiri pintu kamar mandi lalu bertanya kabar si penculik. Namun memang pada dasarnya gadis itu ceroboh, Lami tidak sengaja menyenggol tas si penculik yang membuat Lami bisa melihat isi tas si penculik yang tidak di tutup.

Lami melihat ada seragam sekolah di dalamnya, dan tampaknya seragam tersebut tidak asing baginya. Lami dengan nekat membuka tas si penculik lalu memperhatikan seragam si penculik.

Orang yang menculiknya adalah seorang anak SMA!

Lami mengambil nafas panjang untuk menahan reaksi terkejutnya yang mungkin akan berlebihan. Lami memeriksa seragam tersebut lalu benda yang dia cari-cari akhirnya ketemu. Nametag.



Seo Chang Bin


Nama tersebut yang tertera di benda bersegi panjang tersebut. Lami menyunggingkan senyum.

Lantas, apa tujuan anak SMA menculik?

Twilight ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang