Bagian 14

1.2K 212 16
                                    

"Lo pinter juga." Puji Lami sesaat setelah Changbin menyelesaikan soal matematika yang Lami kasih.

Changbin mengangguk, "Ini rumus gue, kalau lo mau pake rumus konsep sih gapapa. Lebih susah."

"Changbin, lo kuliah?"

"Baru keterima." Jawab Changbin.

"Jurusan apa?"

Changbin menatap Lami, "Rahasia."

Lami mendengus keras, "Gue pengen jadi dokter."

"Cita-cita seribu umat." Respon Changbin.

Lami tersenyum mendengarnya, "Tapi jadi psikiater, bukan dokter umum."

"Yang nanganin orang sakit jiwa?" Tanya Changbin yang Lami balas anggukan singkat.

"Seru kan Bin.."

Changbin bangkit dari duduknya lalu pindah ke sofa, "Seru apanya? sini lo." Changbin menepuk tempat di sebelahnya.

Lami ikut berpindah dan duduk di samping Changbin, "Iya sih, semua orang yang gue kasih tau cita-cita gue pasti bilang gue aneh."

"Ga aneh, tapi kayaknya nyeremin aja."

"Iya sih."

"Lo harus punya kesabaran tinggi, ngatur emosi, ga panik, bisa jaga diri. Gue lebih suka lo jadi dokter rumah sakit umum aja, jangan jadi psikiater rsj." Ucap Changbin panjang lebar.

Lami mendongkak untuk menatap Changbin, "Lo pemberi solusi yang baik juga loh Bin."

"Baru liat sisi lain gue ya? Makanya dari dulu tuh nurut sama gue."

Lami menunduk, "Changbin kenapa sih harus gue?"

Changbin berdecak keras, "Gue udah lupa sama tujuan awal gue bawa lo kesini,"

"Trus?" Lami tampak berfikir, "Trus kenapa?"

Changbin hanya diam lalu tangannya terangkat mengusap rambut Lami, "Kalau nurut sama gue, jangan tanyain yang kaya gitu. Suatu hari juga lo bakal gue bebasin."

Harusnya Lami senang mendengar hal itu, tapi kali ini Lami malah semakin aneh. Sebenarnya apa yang membuat Changbin berubah seperti ini.

--

"Ya ayo bikin kesepakatan." Kata Changbin memulai.

Chan dan Binnie hanya saling memandang, "Gue ga perlu kesepakatan. Gue perlunya anak itu balik ke keluarganya." Respon Chan.

"Gue ga bisa balikin dia."

"Kenapa? Lo butuh uang? Atau lo butuh apa?" Tanya Binnie, "Motif lo ini tuh apa sih Changbin? Gue udah ga abis pikir sama jalan pikiran lo."

"Gue ga butuh tebusan dari keluarganya, gue ga punya motif apa-apa." Balas Changbin, "Dulu mungkin ada, tapi sekarang engga lagi, gue ga bisa pake alesan itu."

"Lo sinting Changbin." Celetuk Binnie.

"Sumpah Changbin lo harus tau kalau keluarga dia udah putus asa, mamahnya udah depresi, apalagi kakanya kaya udah ga waras lagi mikirin adenya."

Changbin memutar bola matanya, "Ya salah kakanya juga kok, kalau waktu itu Lami ga disuruh jalan sendirian pasti ga akan kaya gini."

"YA ITU SALAH LO KENAPA MAIN NYULIK ANAK ORANG?!" Bentak Binnie kesal.

Changbin menatap Chan, "Lain kali kalau ngobrol sama gue jangan ajak ni cewe, pengang telinga gue."

"Yang, lo tunggu di mobil sebentar deh .. aku pengen ngomong sebagai kelurga sama Changbin."

"Nah daritadi dong. Harus di omongin dulu baru ngerti." Kata Changbin terdengar sarkatis. Binnie hanya mendengus lalu keluar dari kosan Chan.

"Gue tebak," kata Chan setelah Binnie pergi, "Lo nyari temen buat lampiasin emosi lo?"

Changbin tidak merespon, hanya mengaduk kopi yang barusan Chan buat.

"Bin gue ngerti banget gimana ada di posisi lo. Ayah lo emang keras, dia emang jahat, Herin masin terlalu muda buat di ajak berbagi, dan gue menyesal atas kepergian ibu lo," ucap Chan, "Tapi tolong, jangan pake cara ini. Lo beneran melanggar hak orang."

"Tuh lo ngerti Chan, kok maksa gue ngomong terus?" Tanya Changbin terdengar jengkel.

"Lami punya kehidupan, dia masih muda banget Changbin gue berani sumpah. Mental dia ga kuat, fisiknya juga, ngeliat gimana kondisi dia kemaren gue tau kalau lo ga cuman nyekap dia." Chan menghela nafas panjang sebelum melanjutkan, "Gue tau lo ngelakuinnya sadar, tapi sebenernya engga, lo tuh buta karena marah sama ayah lo."

"Yang itu salah." Jawab Changbin, "Gue ga sadar, yang gue pikirin waktu itu adalah ayah. Gue pengen banget mukul ayah tapi jadinya malah mukulin dia."

"Sekarang gimana, masih marah?"

"Udah engga, gue malah jadi sinting Chan." Jawab Changbin, "Btw makasih loh udah repot repot bantuin gue padahal gue cuman minta bantuan waktu itu doang."

"Gue tau lo tuh perduli dan merasa bersalah sama Lami."

"Nanti juga gue lepas Chan, dalam keadaan hidup dan sehat. Tapi dia lagi sakit, gue obatin dulu." Changbin berdiri, "Nanti juga gue lepas Chan." Ulang Changbin.

"Lebih cepat lebih baik, dia harus hidup normal lagi."

Changbin menyunggingkan senyum miring, "Iya sekarang hidupnya emang ga normal."  Jawab Changbin lalu keluar dari kamar Chan.

--

Woy mingdep aing uas tp ini idenya sangat lancar 😭😭😭

Btw cek work baru judulnya cold blooded yaw  itu ada another crack ship❣️❣️

Twilight ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang