Bagian 18

1.1K 186 11
                                    

Chan berlari kecil ke arah Changbin yang berdiri di depan sebuah rumah kecil di pinggir hutan, "Bawa siapa?" Tanya Changbin pelan.

"Ada polisi sebentar lagi, lo mending masuk ke mobil gue." Kata Chan terburu-buru, "Ayo Bin ga punya banyak waktu nih, lo cepetan ke mobil!"

Changbin ngangguk ragu dan jalan ke mobil Chan yang udah terparkir ga jauh dari sana. Sementara Chan lagi sibuk pura-pura nyari sesuatu sampai akhirnya beberapa mobil polisi dateng.

"Selamat siang,"

"Ini pa .. udah dikunci lagi, kayaknya dobrak aja.." Chan nunjuk pintu yang besi di bangunan itu, "Saya takut beneran ada orang di dalem pa, saya hampir kehilangan orang yang mau beli tanah saya ini."

Dengan segala kecerdikan Chan akhirnya laki-laki itu bisa bawa polisi kesini tanpa bikin polisi curiga. Yang Chan lapor cuman ada gubuk kecil di lahan tanah di hutannya dan merasa curiga ada yang ga beres.

Beberapa polisi itu sekarang lagi mulai dobrak pintunya, yang mulai Chan khawatirin sekarang adalah Lami. Dia takut gadis itu manggil nama Changbin.













Lami duduk di pojok ruangan seraya memeluk kakinya sendiri, merasa takut dengan suara gaduh di luar sana. Dia tau itu bukan Changbin.

"Changbin.." bisik Lami berulang, "Tolong.."

Dengan sekali tendangan kuat dari beberapa polisi akhirnya pintu besi itu terbuka, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama cahaya matahari masuk memenuhi ruangan kecil itu.

Terlihat Lami lebih ketakutan saat beberapa pria berpakaian polisi masuk dengan hati-hati, "Changbin ... tolong gue." Bisik Lami sangat pelan.

"Hey.." salah seorang polisi yang berhasil menemukan gadis itu mulai mendekat, "Jangan takut, kami bukan orang jahat."

Lami tetap diam, masih dengan memeluk lututnya gadis itu menundukan kepalanya. "Siapa nama kamu?"

"Lami?!" Celetuk salah satu polisi, "Dia korban penculikan yang kasusnya hampir ditutup pa."

Lalu selanjutnya keadaan sedikit panik, beberapa polisi terus membujuk Lami agar keluar dari sana. Tapi sayangnya, gadis itu ragu jika harus pergi tanpa mengatakan apapun pada Changbin.

"Jadi gimana pa?"

Lami melotot kaget saat melihat Chan tiba-tiba masuk, baru saja gadis itu akan memanggil Chan, dengan cepat Chan mengusap bibirnya. Lami tidak terlalu bodoh, gadis itu kembali menutup mulut dan akhirnya mau pergi dari ruangan itu.


...


Bau obat-obatan menyengat membuat gadis dengan surai sepunggung itu bergerak gelisah dalam tidurnya. Lami akhirnya dengan perlahan membuka matanya, putih, yang mendominasi indra penglihatannya sekarang hanya cahaya putih.

"Lami sayang.." erangan disertai tangis itu langsung membuat kepala Lami berdenyut. Gadis itu menutup matanya lagi untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

"Mamah?" Gumam Lami pelan saat melihat sosok wanita yang entah sudah berapa lama tidak dia lihat, "Ma.." bisik Lami lagi tanpa suara karena merasa lemas.

"Maafin mamah nak ... astaga, mamah bukan ibu yang baik buat kamu."

Kepala Lami semakin berdenyut tapi rasa sedih yang tiba-tiba dia rasakan semakin membuat gadis itu tidak karuan, "Pusing ma.."

"Udah mah jangan di ganggu dulu adenya, masih pusing efek obat." Dan suara berat yang Lami ingat adalah suara ayahnya itu sekarang ikut memenuhi kepalanya.

"Changbin..." bisik Lami, "Tolong.."

...

Ada yg masih ingat tida? Maad banget guys, aku ga tau work ini mau dibawa kemana ㅠㅠ

Btw ini udah mau ending tp aku kehilangan ide bgt parah.

Tetep slow update/unpub? ):

Twilight ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang