Bagian 5

1.7K 237 10
                                    

"Argh!" erang Lami tertahan saat tangannya berhasil lepas dari ikatan, dia menyentuh pergelangan tangannya yang berdarah karena percobaannya yang lumayan lama dan menyakitkan. Dengan ragu Lami berjalan mengelilingi ruangan itu untuk menemukan sesuatu yang mungkin bisa menyelamatkannya dari sana.

Dia berhenti di depan lemari yang ada di pojok ruangan, gadis itu membuka lemari tersebut dengan ragu dan menemukan tas sekolahnya. Dia memekik girang dan dengan segera membuka tas sekolahnya, masih berharap ada sesuatu yang bisa menyelamatkannya dari situasi seperti ini.

Lami mengeluarkan semua isi tasnya dan sialannya dia tidak bisa menemukan apapun yang bisa dia gunakan untuk kabur. Lami mengerang frustasi dan hampir menangis lagi.

Dia masih sibuk mencari sesuatu di tasnya namun suara pintu yang akan di buka itu berhasil mengagetkannya.

Lami menoleh ke arah pintu yang sedang di buka, dengan cepat gadis itu memasukkan lagi semua barang-barangnya ke dalam tas dan mengembalikan tas tersebut ke dalam lemari. Namun sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada Lami, pintu tersebut terbuka tepat sebelum Lami pergi ke tempatnya semula. Si penculik melotot marah saat melihat Lami berdiri di tengah ruangan, "NGAPAIN LO DISANA?!" bentak si penculik sambil melangkah lebar menghampiri Lami yang mulai ketakutan.

Si penculik menampar Lami sampai gadis itu tersungkur, "GUE TANYA KENAPA LO BISA LEPAS?!" teriak si penculik kasar.

"Maaf,"

Si penculik menghembuskan nafas kasar sebelum menarik Lami berdiri lalu menarik gadis itu duduk di kursi, "Gue tanya, kenapa lo bisa lepas?"

Lami masih diam, menunduk tidak berani menatap mata tajam si penculik. "GUE TANYA KENAPA LO BISA LEPAS?!" bentak si penculik dengan pertanyaan yang sama sambil menarik wajah Lami kasar, "Mau diem aja? Mau gue pukul lagi?"

Lami masih bungkam. Si penculik menampar Lami keras sampai gadis itu sedikit meringis merasakan panas sekaligus linu di pipinya. Si penculik menarik nafas panjang sebelum menyentuh kedua pundak Lami, "Gue tanya terakhir kali, kenapa lo bisa lepas?" tanya si penculik pelan namun berhasil membuat bulu kuduk Lami berdiri.

"Ikatannya," bisik Lami pelan, sangat pelan, "Lepas."

"JANGAN BOHONG!" teriak si penculik sambil menarik tangan Lami, memperhatikan luka parut yang ada di pergelangan gadis itu, "Lo nyoba buat kabur kan?" tanya si penculik.

Lami diam. Menarik tangannya lalu kembali menunduk. Dan tingkah Lami barusan berhasil membuat si penculik naik darah. Si penculik menarik wajah Lami agar menatapnya, "Jawab atau gue telanjangin?"

Mata Lami berhasil membulat sempurna, "Ikatannya memang kendor dari awal, iya, gue memang berusaha kabur, tapi memang ga ada jalan keluar." jawab Lami pelan dengan suara bergetar.

Satu tamparan lagi mendarat di pipinya, "Jangan coba kabur lagi, lo ga akan bisa kabur dari sini."

Lami kembali menunduk, tangannya menyentuh pipinya yang terasa berdenyut. Si penculik menarik Lami berdiri lalu kembali mengikat Lami di ujung ruangan dan dengan ikatan yang lebih erat bahkan sampai membuat gadis itu meringis.

"Sampai gue liat lo kabur lagi, mungkin gue ga akan segan untuk membunuh lo." kata si penculik sebelum duduk di sofa yang ada disana lalu membuka laptopnya. Lami menunduk, menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah karena menahan tangis sekaligus sakit di pipinya. Dia mengigit bibirnya untuk menahan isakan yang memaksa keluar walaupun bibirnya sudah sobek akibat tamparan keras si penculik.

--

Eh anjir ga tega bikinnya ):

Twilight ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang