Chapter 2

14.2K 933 29
                                    

Xavera dan Kalya terus memborbardirku dengan curhatan-curhatan mereka tentang pasangan masing-masing. Curhatan seperti...

Kemarin dia mengajakku dinner romantis. Oh my god!

Akhirnya aku dikenalkan dengan keluarganya.

Dia memberiku bunga dan cincin.

Dia mengajakku ke ruang spesial di rumahnya.

Bla bla bla bla

Aku tidak terlalu tertarik dengan semua itu karena setiap kali, maksudku setiap hari, mereka terus beradu kehebatan kekasihnya masing-masing. Terkadang aku menanggapinya, ya hitung-hitung sebagai sahabat baik, tapi terkadang aku juga merasa bosan dan mengabaikan mereka. Kali ini adalah momen membosankan itu. Sejak tadi aku hanya mengangguk lalu memberi senyum seolah mendengarkan mereka yang begitu antusias dengan curhatan masing- masing.

Mereka sahabatku.
Damn!

Tak kusangka memiliki sahabat segila dan seambisius mereka. Ambisius dalam arti berpacaran tentunya. Terkadang ini memberi dorongan positif untukku tapi terkadang...
Aku meringis. Mereka terdengar sangat menggelikan.

"Hey, Rin. Kau mendengar kami tidak?" ujar Kalya membuyarkan lamunanku.

Mereka berdua menatapku curiga. "Sejak tadi kami berceloteh ini itu dan tanggapanmu hanya senyum, anggukan dan tatapan tak fokus." Lanjut Xavera protes.

Aku tersenyum tipis merasa kikuk di bawah tatapan penuh intimidasi mereka. Betapa bodohnya aku yang menunjukkan ketidak-tertarikan pada curhatan mereka. Ini adalah saat-saat dimana mereka merasa bahagia dan paling bahagia di dunia ini. Bagaimana bisa aku mengacuhkan begitu saja! Aku menghela napas.

"Sorry sorry. Aku tidak tahu apa yang sedang kupikirkan. Mungkin karena kurang tidur," jawabku dengan wajah menyesal.

Mereka menunjukkan kekesalan masing-masing sementara aku masih tersenyum merasa bersalah. Kalya menyender semakin dekat sambil bergumam, "Kau memikirkan Darren, senior tersayang kita?"

Mulutku terbuka shock. "Sssttt..." Kulihat ke kanan dan kiri dengan cepat. "Kau bisa membuatku malu jika orang lain tahu ini, Kalya."

Xavera tertawa. "Kau menyukai mahasiswa tampan dan pebasket handal kampus ini, Rin. Bukankah itu hal yang wajar? Semua mahasiswi juga mengaguminya."

Aku melotot. "Jangan katakan keras-keras, Ver."

Mereka berdua tertawa. Benar aku menyukai kakak seniorku, Darren Yoru.
Dia salah satu anggota tim basket yang sangat diandalkan. Di samping itu, dia juga sangat tampan, berkepribadian baik, bertanggung jawab, pintar juga ramah. Kampus ini sangat beruntung memilikinya. Aku menyukainya sejak semester 1. Dia tidak akan pernah tahu dan tidak akan ada yang tahu selain Kalya dan Xavera tentunya.

Xavera memutar bola matanya. "Dia tidak akan melirikmu jika tidak melambai-lambai dan bersorak keras meneriaki namanya."

"Aku tidak ingin melakukannya dan jangan pernah membahasnya di tempat umum."

Kalya mengendus kuat. "Whatever. Oh... by the way, kalian tahu isu mahasiswa pindahan?"
Xavera menggeleng. Aku mengedikkan bahu sama sekali tak tertarik. "Hmm...Banyak yang mengatakan dia tampan."

"Darimana mereka tahu?" tanya Xavera penasaran.

"Dia datang saat pendaftaran ulang."

Aku menyedot chocolate milkshake-ku sambil mendengar perbincangan mereka. Aku sungguh heran. Bagaimana bisa mereka bergosip tentang ketampanan pria lain saat sudah terikat dengan pasangannya masing-masing? Wanita tidak pernah puas. Mungkin kalimat itu memang tepat untuk menggambarkan keadaan ini.

Your Own Prisoner (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang