Chapter 10

7K 618 25
                                    

Entah kekuatan darimana aku berhasil mendorongnya dan refleks menampar pipinya sekuat tenaga. Kali ini emosiku tak dapat dibendung lagi. Perilakunya yang menyiksa dan melukai orang lain serta bermain-main dengan banyak wanita terekam begitu jelas di memori otakku.

'Be mine' katanya?
Aku tertawa sinis sementara dia masih diam tanpa ekspresi seolah aku tidak baru saja menamparnya. Arlanzio benar-benar tidak punya perasaan.

"Kau pikir aku akan menerimamu setelah semua yang kau lakukan?" Aku menatap langit mencoba mengendalikan emosi. Tuhan... Beri aku kekuatan. "Aku menurutimu hanya karena ancaman," ujarku terang-terangan.

Aku sudah berpikir dia tidak punya perasaan, dia juga mengatakan hal yang sama. Namun setelah kalimat itu meluncur dari mulutku, dia terlihat seperti orang yang terluka. Matanya menyorot kepedihan walau masih sangat samar. Aku tidak akan berhenti. "Aku menurutimu karena aku terpaksa. Sangat terpaksa."

Secara otomatis, bahkan terjadi dalam hitungan detik. Mata yang awalnya menunjukkan sorot terluka berubah menjadi tajam dan penuh kemarahan seolah aku menekan tombol yang salah hingga matanya berubah lebih tajam dan lebih mengerikan. Dalam sekejap dia datang.  Api itu. Monster di dalam mimpiku. Dia seolah sedang hadir di depan mataku. Dia terlihat bercahaya.

Tiba-tiba mata Arlan seperti memancarkan api sampai akhirnya aku melihat mahkota itu. Tubuhku tersentak mundur karena shock.

'MONSTER!!' Pikiranku seolah berteriak memintaku untuk lari tapi kakiku tidak bisa bergerak. Sepersekian detik kemudian semua menjadi buram. Aku tak dapat melihat apapun lagi. Apa aku sudah mati?

Aku berada di tempat yang sangat sangat gelap. Hanya ada setitik cahaya di ujung sana. Aku dapat melihatnya tapi cahaya itu kelihatan sangat jauh. Jauh sampai aku tak dapat sampai padanya. Kakiku melangkah perlahan. Tidak, aku tidak sedang berjalan. Aku sedang berlari mengejar cahaya itu tapi cahayanya seolah ikut berlari menjauhiku. Aku lelah.Mungkin aku memang terjebak dalam kegelapan ini.

"Arine."  Sayup sayup kudengar suara seseorang memanggilku.

"Arine," panggilnya lagi membuat mataku berputar mencari asal suara itu. Suara itu suara seorang pria.

"Come here, Carissimi. Don't go. Come to where you belong," ujarnya. Suara itu terdengar sensual, penuh kehangatan dan kasih sayang seolah dia akan melindungiku. Jika dia dapat melindungiku dan menjauhkanku dari tempat ini, aku akan mengikutinya.

"Siapa kau? Kenapa aku tak bisa melihatmu?" tanyaku dengan suara kuat berputar-putar mencarinya dalam kegelapan.

"Aku?" katanya lembut. "Aku adalah bagian dari dirimu, sayang. Kita harus selalu bersama."

Bagian dariku? Khayalanku? Halusinasiku? Setengah dari jiwaku? Apa maksudnya?

"Uh... Aku tidak mengerti. Aku ingin keluar dari kegelapan ini. Please, keluarkan aku dari tempat ini."

Dia tertawa. "Tidak bisa, Carissimi."

"Kenapa tidak?"

"Karena di sinilah tempatmu. Disinilah rumahmu, sayang. Bersamaku. Your partner. Yours."

Aku menarik napas panjang penuh keterkejutan. Di sini terang. God! Untung hanya mimpi. Mimpi buruk itu lagi. Kenapa selalu mimpi itu? Kenapa dia selalu menghampiriku? Anehnya selalu di tempat dan suara yang sama. Aku bergidik ngeri.

Setelah berusaha menyingkirkan pikiran tentang mimpi itu, aku menatap sekelilingku. Tempat ini sangat asing, tidak seperti kamar tempatku biasa terbangun setelah bermimpi buruk. Dimana ini?
Jantungku berdetak kencang saat pikiran buruk melintas. Aku melihat tubuhku secara spontan. Aku bernapas lega. Pakaianku masih utuh yang artinya tidak terjadi hal buruk.
Lalu dimana aku sekarang? Mengapa aku bisa ada di sini?

Your Own Prisoner (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang