Chapter 6

9.8K 696 23
                                    

Aku terperangah melihat wajahnya dengan degup jantung yang semakin kencang. Dia terlalu sering mengecup keningku seolah kami adalah pasangan kekasih. Namun kenyataan dia bukan kekasihku. Aku bahkan tidak menyukainya. Dengan mata menyipit aku berkata,"Kenapa kau melakukan ini?"

Dia bergerak mundur. "Karena aku harus melakukannya."

Kedua alisku beradu. Ini bukan jawaban yang kuinginkan. "Kenapa kau harus melakukannya?"

Dia menarik tanganku dan lagi-lagi mengecup telapak tanganku. "You don't have to know that now, Sweetheart."

Sekali lagi dia tidak menjawab pertanyaanku. Aku menarik tanganku dengan kasar dengan mata memicing. "Tolong jangan dekati aku." Dengan itu aku keluar dari mobilnya.

Dia pikir siapa dirinya mengatakan ini dan itu lalu melakukan segalanya sesuka hati. Aku bukan barang dan jelas bukan miliknya. Saat keluar dari mobil, mataku langsung bertemu tatap dengan Kalya. Dammit! Kenapa harus sekarang?

Setelah menutup pintu mobil Arlanzio, aku melihat Kalya tidak berada jauh dari mobil. Shit! Apa yang harus kujelaskan? Aku tidak punya hubungan dengan pria ini dari sorot mata Kalya, aku tahu dia telah salah menduga.

Dia pikir aku meninggalkan Darren karena menjalin hubungan dengan Arlanzio. Saat aku sedang memutar otak untuk berkelit, Arlanzio malah keluar dari mobil. Sialan! Dia tidak seharusnya keluar sekarang. Kenapa pagi-pagi begini aku harus mendapati kesialan berganda! Sambil mendengus kesal, aku mendekati Kalya yang masih terpaku di tempat.

"Uh... Hei.. Kalya," ujarku gugup.

Dia melepaskan pandangan dariku kemudian melihat Arlanzio sebelum kembali lagi menatapku. Kali ini tatapannya jelas menunjukkan asumsinya yang sudah matang.

"Hai, Rin. Selamat pagi." Senyumnya lalu memandang ke belakang.

Shit! Kenapa Arlanzio tidak langsung pergi saja. Dia hanya akan menambah masalah dengan berdiri di sana. "Um... Rin, kau tidak memperkenalkanku dengan__"

Aku berbalik melihat Arlanzio yang dengan santainya berdiri tak jauh di belakangku. Tidak banyak yang bisa kulakukan. Satu-satunya jalan adalah memperkenalkan mereka.

"Oh Tentu. Kal, ini Arlanzio," ucapku dan melihat binar mata Kalya yang menatapnya penuh minat. Wanita mana yang tak terpesona pada wajah itu! "Arlanzio, ini Kalya. Sahabatku."

Dengan penuh semangat Kalya mengulurkan tangannya berniat menjabat tangan Arlanzio tapi pria itu tak bergeming. Dia diam di tempat dengan kedua tangan tetap di dalam kantong celana sambil menatap uluran tangan Kalya tanpa minat. Aku menarik napas panjang. Sialan Arlanzio! Bisakah dia tidak mempersulit posisiku sekarang ini? Aku berniat menegurnya yang kupikir tidak akan membalas, sampai akhirnya dia mengeluarkan tangan kanannya dan membalas uluran tangan Kalya.

"Arlanzio," gumamnya dengan nada yang membuat bulu kudukku naik. Suaranya selalu mengalun rendah mengalirkan sengatan dingin yang menyeramkan. Aku berpikir apa mungkin Kalya merasakan hal yang sama?

Kalya yang semakin terpaku tidak membalas menyebutkan namanya dan hanya termangu menatap kagum pada Arlanzio. Dia malah terlihat semakin aneh dengan ekspresi terpukaunya. Barulah saat Arlanzio melepas jabatan tangannya, Kalya sadar. Dia memberi senyum bingung saat Arlanzio tidak menatap ke arahnya lagi karena Arlanzio mengarahkan pandangannya padaku.

"Tunggu aku di sini sepulang kuliah," perintahnya penuh arogansi lalu mendekat, menelusupkan tangan kanannya ke leherku kemudian mengecup singkat pipi kiriku. Aku menarik napas terkejut saat bibir dinginnya menyentuh kulit hangatku. Darahku terasa mengalir cepat. Kugigit bibir bawahku saat dia mundur dan melihatku dengan smirk di bibirnya setelah itu dia berlalu meninggalkanku dan Kalya.

Your Own Prisoner (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang