ILMU

739 35 10
                                    

"Keadaan jangan disesali!

Hidup jangan cuma di ratapi!

Tapi, coba bangun dan wujudkan mimpi."

****

Ada banyak hal yang tak orang tahu dari diri kita.

Ada banyak hal juga yang enggan kita ceritakan kepada orang lain.

Ada pula yang sekedar ingin tahu tanpa peduli, namun tak sedikit pula yang perduli.

Terlepas dari apa alasannya, itu hak semua orang.

Hubungan yang baik dengan sesama manusia, tak menjamin baik pula hubungan kita dengan sang pencipta.

Justru kadang hubungan yang baik dengan sang pencipta memberikan kita pilihan.

Iya, terkadang menyampaikan kebenaran itu berakibat buruk ketika mereka yang menerima tak paham.

Adapun yang menyampaikan kurang tepat sehingga yang menerima menjadi marah.

Memang tugas kita adalah saling mengingatkan, namun bukan berarti saling memaksa.

Jalan diberikan untuk mereka yang mau berusaha, karena hidayah hanya milik ALLAH.

Bersyukur adalah salah satu jalan untuk mendapat keridhoanNya, namun banyak hal yang membuat manusia sulit untuk bersyukur. Terlalu serakah, mengeluh, dan putus asa.

Banyak orang yang memang kita temui dari mulai beda profesi hingga beda usia. Memberikan ilmu yang luar biasa. 

Benar. Ilmu memang tidak selalu di dapat di sekolah. Tanpa kita sadari pergaulanlah yang membantu membentuk karakter dan moral.

Semua dimulai saat melangkah. Ya, melangkah adalah perkara yang mudah. Terlepas jalan mana yang akan di pilih. "Life is Choice". 

Apapun silahkan nilai sesukamu, pilih sesuka hatimu, namun bukankah semua ada konsekuensinya?

Peradaban yang kini lumrah dengan nafsu dan di butakan oleh amarah. 

Sesuka hati menilai tanpa tau etika. 

Sesuka hati melangkah tanpa memikirkan benar atau salah. Miris, ketika hak dan kewajiban. Moral dan sikap. Pergaulan dan keimanan. Tak di perdulikan lagi.

Semua terlihat indah. Ya, disinilah. Masa remaja. 

Masa yang di jadikan ajang poya - poya, banyak bergelut dengan hal yang tak berfaedah. 

Ketika lalai menjadi kebiasaan, kewajiban terabaikan, handphone menjadi perhiasaan dan al qur'an banyak ditinggalkan. 

Ketika iman kau gadai demi eksistensi lalu kau bilang "ini toleransi". Miris!! Sungguh sangat miris. 

Dunia yang semakin tua dan rapuh tak pernah terpikir. Gundah dan resah tak pernah di rasa, apalagi menelaah apa yang menjadi sebab dan akibat dari musibah yang sebenarnya.

*****

Rania Akira Maharani. Anak perempuan yang sensitif, pemalu dan minder. Sering merasa hampir putus asa. Tak mempunyai rasa percaya sama sekali pada orang lain. Kecuali ibu. Karena ibu adalah segalanya. Satu - satunya orang yang ada ketika semua pergi menghilang entah kemana.

 Sejak kecil rania di didik dengan penuh kasih sayang. Walau terkadang salah mengartikan. Dan ibu pun hanya manusia biasa yang kadang salah dalam menyampaikan.  

Ini berawal ketika rania kecil yang bahagia tinggal bersama ayah, ibu dan kakak . 

Namun semua tak bertahan lama. Ketika usiak 4 tahun, rania, ayah dan ibu tak lagi tinggal satu atap. rania ikut dengan ibu. Dan ayah? Ayah tetap tinggal di rumah itu bersama anak laki - lakinya. 

Sulit untuk di pahami. Kala itu aku hanyalah rania kecil yang tak tahu apa-apa. 

Seiring dengan berjalannya waktu aku mulai mengerti kenapa ayah dan ibu berpisah.Tidak. Bukan cerai. Hanya berpisah tempat tinggal.

Tanggung jawab. Egois dan kasih sayang. Masalahnya disini. Beberapa rasa yang tak sinkron.

Ya, ibu dengan egonya memilih tinggal dirumahnya. Sedangkan ayah mengemban tugasnya menjadi orang 'penting' di lingkungannya.

Ya, ayah adalah seorang imam masjid, namun beliau bukan dari lingkungan santri.

Sebenarnya ayah dan ibu sebelumnya pernah berumah tangga, nasib pernikahannya sama. Cerai mati. Terpaut usia 10 tahun. Ayah dan ibu menikah. Sama sama membawa buah hati dari pernikahan sebelumnya. Dan aku? Aku adalah kado dari Allah di dalam rumah tangga keduanya. Anak perempuan satu - satunya.

***
Flashbackn on

2011

Usiaku menginjak remaja. Masih dengan sifat kanak - kanak. Aku sering membantah dan susah di atur. Sering kali ibu dibuat marah olehku. 

Hingga suatu sore, aku duduk di dapur bersama ibu. Aku menyantap makanan yang di bawa ibu. Sedangkan ibu menyeduh kopi.

 Kala itu hujan amat lebat. Petir yang luar biasa menambah seram suasana sore itu. Dan sesuatu terjadi pada kami. 

Kilatan cahaya begitu cepat, masuk dari jendela kamar. Tanpa sedikitpun suara yang terdengar, tiba-tiba

duarrrr!? Bughhtt!!

Mengenai punggung ku memantul mengenai paha ibu. Gelap. Semua hitam. Aku tak sadarkan diri.

"Sampai disinikah usiaku?"

Tubuhku lemas, jangankan bangun, membuka matapun aku sulit. 

Tapi, suara itu. Ibu? Dia menangis, tepat disampingku. 

Pelan tapi pasti, aku mulai membuka mata. Dan, lagi. Air mata itu turun membasahi pipi.

 Saat itu aku mengutuk diriku sendiri. Kenapa aku jadi penyebab air mata itu turun lagi?

Tubuh yang terkulai lemah, hanya bisa menangis menatap ibu.

Ah~ Ya Allah inikah teguranMu?
Aku yang selalu menyalahkan takdir, sering membuat ibu marah. Dan, kali ini. Anak petir itu berhasil menghantam punggungku.

 Dan ibuku? Ah..Syukurlah ibu baik baik saja. Beberapa jendela rumah rusak. Alat elekronik jadi korban. Langit - langit rumah pun retak. 

Baiknya Allah tidak mencabut nyawaku. Hanya meninggalkan luka sayat di punggung kananku.

"Alhamdulillah..Aku janji akan menjadi manusia yang lebih baik lagi

Rasa syukur ku panjatkan pada Mu. Masih mengizinkan rania untuk berubah,  memperbaiki semua kesalahan, menjadi manusia yang selalu bersyukur.

Hikmah. Iya, mungkin ini yang dinamakan hikmah. Jika Allah tak sayang padaku, entah seperti apa dan bagaimana aku kedepannya.

Flashbackn off

Dan rania kecil kini tumbuh menjadi seorang remaja yang mencoba menjalani hidup dengan penuh semangat, meski keadaan tak sama dengan mereka dan mencoba menjadi manusia yang lebih baik lagi.



Alhamdulillah..
Cerita di bagian "Ilmu" ini sudah selesai😊 mohon di maklum cerita pertama soalnya😆
Mohon bantuannya^^
Vote dan komen ya? Buat semangat ke kelanjutan cerita "Life is Choice"selanjutnya😁

Life Is Choice (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang