FlashBack

187 14 2
                                    


Masa lalu.Tak perlu kembali. Hanya perlu di pelajari. Lihat sudah sejauh mana kita berlari! Dan tak perlu di hakimi. Atau bahkan mengutuk diri sendiri. Tidak. Kita hanya perlu mentafaquri dan terus memperbaiki diri"

***
"Kamu dan Hobiku"

Ini bermula saat pertama kali kenal di facebook. Dia tama. Orang yang menyebalkan. Sering ngechat gak jelas. Bahkan nama ku. Seenaknya dia memanggilku dengan nama yang aneh. Awalnya aku tak perduli. Cuek. Dan lama - lama aku terganggu.

"Ini anak nyebelin banget. Gak di respon bukannya kapok. Malah makin menyebalkan." gumamku

Hari berganti, minggu berlalu. Dia, selalu menghubungi ku lewat facebook. Memulai chat duluan dengan topik obrolan yang tak pernah jelas. Namun rutin. Aku bahkan sering dibuat kesal. Menyebalkan.

Namun,  disuatu titik aku mulai merasa nyaman. Obrolan gak jelas itu mampu membuatku tersenyum. Ada rasa, mungkin kehilangan. Kayaknya sepi gitu. Padahal banyak teman. Haha ini lucu.
Iya,  waktu di awal kami kenal. Tama pernah kehilangan akses ke akun facebooknya. Hampir seminggu tak ada kabar.

" Tumben,  nih anak gak on facebook. " kataku

" Mungkin dia udah kapok. Ah sudahlah. Gpp lah toh adanya dia cuma buat aku kesal. Orang itu memang menyebalkan." lanjutku

Dan aku salah. Ya, tama. Dia muncul kembali dengan akun barunya. Selalu. Tak pernah bosan mengganggu dengan chat gajenya. Pertama hanya di akun facebook,  kemudian dia meminta nomor handhone ku. Awal, aku khawatir. Takut dan parno tentunya. Buat apa?  Ketemu juga belum pernah. Pokoknya gak akan ku kasih.

Lantas dia menyerah?  Tidak sama sekali.

Aku kekeh tak mau sedangkan dia kekeh pun meminta.

Aku hanyalah remaja yang tabu dengan pergaulan yang katanya kekinian. Aku hanyalah anak rumahan yang tak pernah mau perduli dengan gaya anak - anak zaman sekarang. Takut, malu dan sedikit cuek .

Jadi, ketika ku mengenal tama. Ada rasa takut. Dan semua itu terbantahkan ketika aku tahu ternyata dia teman kiki.
Waktu itu, tama menanyakan asal sekolahku. Dan singkat cerita sebelum tama menanyakan padaku. Dia telah terlebih dahulu menanyakan tentangku pada kiki.
Bingung. Awalnya aku agak sedikit sanksi,  dan mempertanyakan hubungan pertemanan antara kiki dan tama.

Kiki dan tama adalah teman sejak kecil. Mereka tinggal di lingkungan yang sama dengan latar belakang keluarga yang berbeda. Tama dari keluarga yang berada sedangkan kiki dari keluarga sederhana. Beranjak dewasa pertemanan mereka masih tetap sama. Sudah tak ada rasa canggung dari keduanya. Mungkin karena sudah lama jadi kayak sodara dan memang kiki udah dianggap adik sama tama.
Aku mulai mengerti dan tak khawatir lagi.

Emang dasarnya orang gaje, sampe memanggilku dengan sebutan gaje pula. Entahlah dia dapet inspirasi dari mana sampai memanggil ku dengan sebutan UMIN. Awalnya aku gak suka. Toh itu bukan namaku. Lagian siapa dia, seenaknya mengganti nama orang.
Seiring waktu berjalan. Bosan. Iya,berkali - kali,  berpuluh bahkan berapa ratus kali aku bilang "Aku gak suka nama itu. Dasar kusmo"
Spontan ku kelurkan nama itu. Entah nama siapa. Dia hanya bilang " Jangan kusmo,  bagusan Umo. Panggil aja umo! Umo dan Umin. Cocok kan tuh.. Hha" jawabnya.
Hadeuh!!  Aku sempat berpikir. "Nih, anak terbuat dari apa? Gak ada kapoknya"
Antara lucu dan menyebalkan. Tapi itulah realitanya. Akupun sudah tak mau berkomentar lagi soal nama. Terserah dia aja lah toh pada akhirnya aku selalu kalah.

Waktu berlalu, antara kami tak pernah mempermasalahkan lagi nama panggilan masing - masing. Ya,  Umin dan Umo. Dua nama yang di dapat karena ke gajean seorang Tama.
Perkenalan yang konyol dan menyebalkan.

***

"Hobiku! "

Aku memang tak bergaul seperti yang lain. Namun, aku terlalu fanatik terhadap Korea. Bukan tentang makanan atau pun makeup nya. Tapi, perkembangan musiknya yang luar biasa. Kpop, virusnya mampu menghipnotis kaum remaja, termasuk aku.
Hingga aku memutuskan menjadi penggemar dari salah satu idol. Parahnya aku sampai merelakan waktu, rela tidur tengah malam demi mengetahui info terupdate mereka. Itu sering. Mati - matian ngebela pas ada yang ngehina. Gilanya,  sering ngehayal buat jadi istri mereka. Belajar bahasa korea. Beli kamus, novel, poster dan masih banyak lagi yang berbau korea. Perjuangan yang luar biasa. Sering di buli. Soalnya cuma aku satu - satunya yang suka korea diantara teman lainnya. Aku peduli? Tidak sama sekali. Disini mungkin letak egoisku.
Gelap, duniaku dibutakan korea. Sesering apapun temanku menghina mereka, tetap dimataku mereka itu sempurna.

Ini berlangsung cukup lama. 2012, tahun dimana semua dimulai. Awalnya biasa, suka dan kagum. Namun, perlahan rasa itu terus tumbuh dan mendalam. Memang tak di pungkiri selain perjuangan karir yang luar biasa, paras mereka lah yang jadi sorotan utama. Karena mereka aku pernah menangis, bahkan terluka. Menurut sebagian orang mungkin alay. Namun ketika itu, bagiku wajar. Toh aku menyukainya, senang dengan yang ku sebut itu hobiku. Ngumpulin data, stalking, nabung buat beli yang berbau kpop. Rela gak jajan. Ya,  itulah aku dalam kurun waktu kurang lebih 4 tahun.

Kebaikan datangnya dari mana saja, selagi ada kemauan, berani melangkah dan percaya.

Allah sayang padaku. Perlahan semua kebenaran ditunjukan. Aku salah dalam rasa, tak seharusnya aku terpedaya.

Dipertengahan tahun 2016, aku mulai menghapus file yang berbau kpop. Hati ku tak tenang. Aku harus melangkah. Meskipun melupakan itu sulit. Setidaknya aku harus mencoba. Karena aku yakin BISA.

"Rasa kepada Makhluk tak harus melebihi rasa kepada sang pencipta. Terlalu berharap kepada makhluk, niscaya kecewa yang kan di dapat"

Kecewa, iya sering dirasa. Kenapa?  Karena aku terlalu berharap pada makhluk. Cukup. Aku tak mau lagi.

Malam makin larut, membuatku berfikir dan banyak hal yang mengganggu. Semakin hari bumi ini rapuh. Aku teringat akan hari akhir. Hari perhitungan. Takut membayangiku.

" Bukan kah sebaik - baiknya idola itu nabi Muhammad SAW? Lantas kenapa aku mengidolakan yang fana? Yang jelas hanya akan memberatkan hisabku. Astagfirullah. " sesalku

Penyesalan datang padaku. Aku hanya bisa merenung. Ini adalah rasa yang sama. Candu.

" Antara kamu dan hobiku adalah candu. Aku hanya harus memilih satu. Bukan untuk terus bersamamuAtau bahkan terus dengan hobikuAku hanya harus melangkah, memulai hal baruMeraup ilmu, menenangkan kalbuBersama Lillah ku gapai hidup baru yang lebih berkah."

Life Is Choice (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang