Rindu

40 3 0
                                    

"Ada rindu yang sedang ku tenun, hati yang sedang ku tata dan nama yang selalu ku panjatkan dalam do'a"

***

Tertusuk duri itu sakit namun tidak lebih sakit dari sakitnya hati yang berharap pada makhlukNya

Andai rindu itu berwujud pastinya sudah tak terbendung lagi.

Aku bahkan tak mengerti rasa itu kian menggerogoti hati padahal alurnya pun tak pernah pasti.

Waktu berjalan semakin jauh meninggalkan masalalu, namun hatiku tak sepikiran.

Saat ini ada sosok yang kurindu, ya seseorang dari masalalu.

Pintaku hanya satu, kita bertemu.

Tak terasa 2 tahun pun berlalu ada hal yang mengganjal, namun selalu ku pungkiri.

Kini hal aneh kembali menghampiri, tiga bulan terakhir ini aku selalu mendapat sesuatu yang selalu mengingatkanku padanya.

Sesuatu yang tak pernah kuduga, harusnya aku bisa meredamnya namun aku tak kuasa. Semua mengalir begitu saja.

Ya, aku selalu mendapatkan kiriman buku dari penulis favoritku yang di bungkus dengan kertas warna biru.

Anehnya lagi, seakan sipengirim tahu buku apasaja yang belum pernah aku baca.

Bagaimana bisa aku tak curiga atau aku tak kembali berfikir padanya. Ah, sial ini sangat mengganggu.

Buku itu tak dikirim kerumah ataupun ke tempat kerja, anehnya si pengirim pun tahu aku selalu berkunjung ke taman setiap minggu sore dan yaaa kiriman itu selalu sampai disana.

Hidupku terasa berantakan hanya untuk memikirkan itu semua, aku mencoba untuk tidak kembali tenggelam dalam pikiran masalalu, ku kira cukup. Ya, tidak perlu untuk kembali memikirkannya.

Akupun memutuskan untuk tidak lagi mengunjungi taman dan berhenti memikirkannya.

Aku kembali meluruskan niat untuk tetap hanya berharap pada keridhoanNya.

Nyatanya memang tak mudah, aku harus jatuh, bangkit lalu jatuh dan coba bangkit kembali.

Bagaimana pun aku memang membutuhkan teman yang bisa memingatkan dikala lupa, merangkul dikala salah.

Aku mulai memberanikan diri untuk mengikuti kajian kajian rutin dengan konstan,kembali memupuk semngat hijrah dan meneguhkan hati agar selalu istiqomah.

Mencoba mendalami dan mencari teman sebanyak banyaknya agar tidak futur.

"Alhamdulillah..." ucapku keluar dari dalam masjid melihat cuaca yang begitu cerah.

Bergegas memakai sepatu dan bemaksud untuk pulang. Oia, kebetulan hari ini minggu, aku baru saja mengikuti kajian Lady's day.

"Ukhty"

Aku auto nengok, ku lihat perempuan berpakaian muslimah lengkap dengan cadarnya sedang berjalan ke arahku. Entah siapa akupun tak tau.

"Ukhty" katanya

"Aku?" Tanyaku sambil menunjuk diriku sendiri

"Iya ukhy"

" Ah, ada apa?" Tanyaku sembari tersenyum

" Eum..sebelumnya kenalkan namaku Hanifah, ini benarkan ukhty rania?"

" Iya benar, kok tau?"

" Alhamdulillah, iya aku tau dari formulir keanggotaan yang ukhty isi, kebetulan aku salah satu panitianya"

" Ah bigitu ya?"

" Iya ukh, oia..ukhty sedang buru buru kah?"

" Tidak, memang kenapa?"

" Panggil saja ifah, kita seumuran kok..hehe biar lebih akrab." Jawabnya diikuti dengan senyuman yang terhalang oleh cadar namun masih terlihat dari matanya yang menyipit.

" Ah iya, aku kira tuaan aku. Oia jadi ada apa fah?"

" Bagaimana kalau kita ngobrolnya di cafe deket sini, biar sekalian duduk gitu."

" Ah iya bener juga, hayuu..di premiun coffees cafe aja"

"Oke, tunggu sebentar aku ambil tas dulu"

Tak butuh waktu lama, ifah pun datang dengan memakai tas yang warnanya senada dengan pakaian muslimah yang dikenakannya, abu muda polos tanpa motif apapun.

Entah kenapa aku merasa adem, tenang melihatnya. Pikiran iripun hinggap di kepalaku.

"Aku juga ingin sepertinya"

Kebetulan letak cafe dengan masjid tidak begitu jauh, jadi kami memutuskan untuk berjalan kaki saja.

Setiap langkah diisi dengan pembicaraan yang berfaedah, aku memberanikan diri menanyakan beberapa hal perihal agama padanya, ifah begitu luar biasa dengan ilmu agama yang dimilikinya.

Akhirnya kami sampai di premiun coffees , memesan 2 gelas coffee.

Setelah beberapa saat ifah pun memulai pembicaraan.

" Jadi gini, aku tuh lagi membutuhkan partner buat diacara kelurga nanti"

"Partner? Acara?" Tanyaku bingung

" Rania kan di bionya menyantumkan photography, nah ifah lagi butuh photograpy  buat acara keluarga"

" Oh gitu. Acara keluarga apa fah? Nikahan?"

" Ha? Hehe bukan ran, ini acara syukuran aja sih"

" Oh begituu"

" eheee..gmna ran bisa?"

" Hmmm...In syaa Allah aku bisa fah"

" Alhamdulillah.." jawabnya dengan senyuman

" Oia, sekalian makan aja yuuu..kamu mau pesen apa biar aku traktir" lanjutnya

" Ah, tidak usah fah" jawabku tak enak

" Serius ran, gpp. Ini sebagai tanda terimakasih. Masa km mau nolak rezeky"

" Yaudah, aku mau" Jawabku sambil tersenyum

" Nah gitu dong"

Setelah perdebatan kecil itu, kami pun memesan makanan dan larut dalam obrolan. Disitu aku merasa bersyukur bisa bertemu dengan teman se shalehah ifah.

Hari ini, tepat hari senin. Ya, hari ini aku mengunjungi rumah ifah sesuai alamat yang dia kirim via WA.

Tak butuh waktu lama, aku sampai di sebuah rumah yang cukup megah dengan taman yang tertata nan hijau. Ketika aku memasuki gerbang, aku disambut oleh seorang ibu paruh baya yang sangat ramah. Dia menuntunku masuk menuju pintu utama rumah dan disanapun aku disambut oleh ifah.

Sedikit perbincangan antara kami, kemudian ifah mempersilahkan ku untuk masuk, menunggu diruang dimana sudah tertata, ada spot dimana sudah diatur untuk tempat photo. Photo keluarga pikirku.

Sembari menunggu, aku berkeliling, melihat isi rumah tersebut. Hingga mataku tertuju pada sebuah photo. Aku beranjak mendekati dan melihat dari arah dekat. Ketika aku ingin meraih photo tersebut terdengar suara yang familiar di telingaku.

"Rania" panggilnya

Aku sedikit terlonjak kaget, " Apa ini? Apa aku berhalusinasi? Suaranya kenapa mirip sekali? Ah~" hatiku terus berargumen tanpa henti.

Hingga aku mencoba menetralisirkan hati dan pikiranku, menarik nafas dan coba untuk tenang, tapi belum berani untuk menengok hingga sedetik kemudian ada suara panggilan kembali.

" Rania"

" Ah iya" jawabku gelagapan. Pikirku,ah ini suara ifah.

Akupun kembali menarik nafas lalu menengok.

Dan nyatanya aku melihat bukan cuma ifah yang berada di belakangku, ada satu orang lagi di sampingnya. Ya, aku tak berhalusinasi. Nyatanya dia kembali hadir.

Kembali hatiku tak bisa ku kontrol, semua pertanyaan kembali berkecamuk dalam hati dan pikiranku.

" Aku benci keadaan seperti ini"

Life Is Choice (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang