#5: Rival

828 136 77
                                    

"Kayaknya di kelas ini ada yang suka sama kita, deh." bisik Anin saat jam istirahat pertama tiba dan kondisi kelas agak lengang.

"Maksud kamu?" tanya Lila bingung.

"Kemaren aku dapet surat kaleng. Sekarang ada yang narok bunga di meja kamu. Ini mesti ada yang gak beres di kelas ini." mata Anin berkilat antara antusias bercampur curiga.

"Terus, kira-kira siapa orangnya?"

"Tau gak, tadi aku dah nyelidikin ke anak-anak. Aku tanya siapa yang dateng pertama hari ini. Dan kamu tau gak siapa orangnya?" tanya Anin dengan nada bicara dibuat pelan sok misterius.

"Siapa?" tanpa sadar Lila pun ikut-ikutan memelankan suaranya.

"Rendra." jawab Anin dengan suara lebih pelan dari sebelumnya.

"Terus apa hubungannya sama kasus surat kaleng dan bunga di meja aku?" tanya Lila dengan polosnya.

"Ya ampun, Lila! Bisa aja si Rendra itu yang naroh bunga ini di meja kamu. Kan gak ada yang liat. Soalnya dari anak-anak yang kutanyain, pas mereka dateng ke kelas ini, bunga itu udah ada di meja kamu."

Lila terdiam. Seolah sedang mencerna kalimat panjang teman sebangkunya barusan. Rendra? Apa mungkin?

"Dia tipe kamu banget, kan? Kalem, pinter, berkarisma, leadership-nya kuat lagi." Anin habis-habisan memuji pemegang juara umum angkatan mereka selama dua tahun berturut-turut sekaligus mantan Ketua OSIS. Ia juga menjabat sebagai ketua kelas mereka sekarang.

"Ih, apaan sih kamu? Gak mungkin lah dia suka ama aku. Dia kan orang terkenal, mana mau ngelirik makhluk mars kayak aku." Lila mengulum senyum gelinya.

"Ck, kamu ini. Kalo beneran gimana?"

"Apanya?"

"Dia suka sama kamu."

"Ya itu kan hak dia. Gak ada yang bisa ngelarang kan?"

"Kamu gak seneng?" goda Anin seraya menaik-turunkan alisnya dengan jahil.

Lila hanya menanggapi dengan senyum tenangnya seraya menggeleng-gelengkan kepala.

Ini entah sudah ke berapa kali Anin menggodanya untuk hal yang sama. Namun, sejak dulu Lila belum ada kenginan menjalin hubungan dengan lawan jenis seperti yang dilakukan oleh teman-teman seusianya. Ia merasa masih terlalu kecil untuk memikirkan hal-hal seperti itu.

Hal yang harus dilakukannya sekarang adalah fokus belajar agar bisa lulus dengan nilai yang baik.
Namun, kali ini rasanya ada sesuatu yang lain menyusup masuk dalam benak Lila saat menatap bunga itu. Apalagi saat setelahnya, secara tidak sengaja netra Lila bertemu tatap dengan netra Rendra yang baru tiba di kelas.

Deg.

Jantungnya serasa berhenti selama satu detik dan kembali berdenyut ketika ketua kelasnya itu mengalihkan tatapannya.

Ada apa ini?

Lila memegangi dadanya yang terasa aneh.

*****

Rendra Ardana.

Nama itu sudah tidak asing lagi bagi Lila karena sejak kelas 10 mereka selalu berada di satu kelas. Secara fisik, sebenarnya Rendra itu biasa saja.

[Sudah Terbit] Lilac ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang