Anin menatap Lila iba. Melihat sejak pagi tadi teman sebangkunya itu hanya termenung di tepi jendela. Tatapannya menerawang entah apa yang ditatapnya di luar sana. Sementara di lapangan sekolah, beberapa murid ada yang sedang bermain futsal.
Elvan yang sedang ikut bermain bersama teman-teman sekelasnya beberapa kali terlihat melirik ke arah jendela di mana wajah Lila terlihat. Anin menyadarinya, kemudian ia menegur Lila.
"Ada yang ngasih bunga lagi, La?" tanya Anin.
Seolah telah kepergok melakukan sesuatu Lila geragapan menatap Anin. "Eh, maksud kamu?"
"Bunga itu?" tunjuk Lila ke arah bunga lilac yang Lila simpan di laci mejanya. "Juga Elvan yang dari tadi ngeliatin kamu terus dari lapangan."
"Masa sih?" Lila dengan refleks menoleh ke arah lapangan mencari sosok Elvan. Benar saja, saat itu Elvan sedang menatap ke arahnya. Saat menyadari Lila sedang menatapnya, Elvan tersenyum seperti biasa.
"Tuh kan, dia senyum-senyum tuh." tunjuk Anin.
"Ya emang kenapa kalo senyum?"
"Aneh. Apalagi kalo liat sikap dia selama ini sama kamu, La." Anin menatap Lila curiga.
"Ya masa senyum gak boleh." Lila tersenyum.
"Jangan bilang kamu suka sama Elvan!" teriak Anin dan Lila refleks membekap mulut temannya itu dengan tangan.
"Jangan teriak, dong! Nanti kan jadi pada bergosip." desis Lila khawatir.
Setelah memastikan Anin tidak akan berteriak lagi seperti tadi, Lila pun melepaskan bekapannya.
"Kamu kalo mau ama Elvan, harus mikir ribuan kali, La. Aku serius!" Anin menatap wajah Lila dengan ekspresi serius dan kalau tidak salah ingat Lila jarang sekali melihat wajah temannya seserius itu.
"Kalo kamu ngomong gitu, kesannya Elvan itu jahat banget." komentar Lila.
"Aku gak bilang dia jahat, kok. Tapi, kamu itu terlalu baik buat dia. Kamu mending sama Rendra, deh. Bukannya dia udah liatin tanda-tanda? Dia juga ngasih bunga itu ke kamu kan?"
Lila menggeleng perlahan.
"Jadi, bukan Rendra?" tanya Anin kaget.
Lila mengangguk perlahan.
"Terus siapa?"
"Elvan." jawab Lila membuat pupil mata Anin membesar karena terkejut.
"Tuh, kan. Aku udah curiga kalo dia suka ama kamu. Dia udah nembak kamu, ya?"
"Enggak." cepat Lila menggeleng.
"Terus bunga itu?"
Lila mulai merasa tidak nyaman karena sikap Anin yang terkesan menekannya. Membuat Lila merasa enggan untuk menceritakan setiap detil hal yang Elvan lakukan padanya.
Sikap Anin mungkin akan lebih frontal kalau Lila cerita perihal tulisan di kertas yang Elvan berikan bersama dengan bunga itu.
"Cuma mau ngasih aja katanya."
"La, dengerin aku deh. Aku gak ada maksud ngatur perasaan kamu ataupun ngatur kamu harus gimana. Tapi, aku cuma mau ingetin kamu aja. Elvan itu troublemaker di sekolah. Gak ada untungnya kamu kenal dia, apalagi sampe punya ikatan emosional. Aku takut kamu malah keseret dampak buruk tingkah laku dia. Inget loh, kita ini bentar lagi lulus."
"Aku tau." Lila tersenyum untuk menenangkan temannya itu.
*****
Pulang sekolah, entah kenapa tiba-tiba Lila teringat pada Elvan. Anak itu pasti sedang menjalani hukuman dari Pak Madi. Lila memutuskan untuk menengok keadaannya dari ujung koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Lilac ✓
Teen FictionElvan Gardenia si troublemaker sekolah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang gadis manis bernama Lilacyta Serafina yang pertama kali ia lihat di bawah guguran bunga Lilac. Segala cara Elvan lakukan untuk menarik perhatian cinta pertaman...