*kadang, aku memaafkan seseorang. Bukan karena aku telah memaafkan kesalahannya. Namun, aku masih ingin orang itu ada dihidupku*
"Kau harusnya tau. Selama ini aku selalu menunggumu. Semua tidaklah mudah. Semua yang berkaitan denganmu terasa menyakitkan. Aku bertahan karena aku mencintaimu"
Baekhyun tertegun.
"Kumohon jangan pergi.." suara taeyeon bahkan terdengar parau.
"Maafkan aku. Aku tau ini sulit untukmu. Tapi ini juga sakit untukku"
Taeyeon menunduk, semakin menenggelamkan kepalanya. Taeyeon sebenarnya tidak ingin menangis lagi, ia tidak ingin membuang air matanya untuk hal yang menurutnya hanya akan sia-sia. Tapi mau bagaimana lagi, hatinya sesak, terlalu sesak sehingga menahan air matapun tidak dapat ia bendung lebih lama lagi.
Taeyeon mengangkat kepalanya saat ia melihat sepasang sepatu berhenti dihadapannya. Baekhyun tersenyum tulus, lalu mengulurkan tangannya. Taeyeon menatap tangan baekhyun lama. Merasa diabaikan, baekhyun pun menarik tangan taeyeon, dan menjatuhkan gadis itu kedalam pelukannya.
Taeyeon mematung. Saat ia merasa sebuah tangan mengelus punggunya. Ia pun mengangkat kedua tangannya -membalas pelukan baekhyun- . taeyeon mendekap baekhyun erat, seakan ia tidak bisa hidup jika ia tidak mendekap tubuh kokoh pria yang saat ini sedang memeluknya.
Baekhyun melepas pelukannya. Matanya menatap mata sayu taeyeon dalam.
"Baiklah. Kita mulai semuanya dari awal. Dan mulai saat ini tidak ada kim heecul ataupun perjodohan sialan itu. Kini hanya ada kita. Maukah kau berjuang bersamaku?"
Taeyeon mengangguk yakin, lalu mencium bibir baekhyun sekilas.
Baekhyun terkejut, sedangkan taeyeon hanya terkekeh kecil. Tanpa taeyeon sadari, seulas senyuman kecil tercipta dibibir baekhyun.
---
Jiyeon terlonjak kaget saat merasakan dua buat tangan memeluknya dari belakang, keterkejutannya tidak berlangsung lama karena ia begitu hafal siapa pemilik tangan kekar itu.
"Kau kemana saja, huh? Aku seharian ini mencarimu" tanya lay, lalu melepaskan pelukannya kemudian membalikan tubuh mungil jiyeon.
"Aku mempunyai sedikit urusan"
"Apa itu? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"
Jiyeon tersentak.
Melihat perubahan jiyeon, membuat lay menaikan sebelah alisnya 'apa ada yang salah dengan ucapannya?'
"Wae? Ceritakan saja padaku"
Jiyeon mengigit bibir bawahnya. Ia takut lay pergi meninggalkannya.
"Aku baik-baik saja"
Bohong. Jiyeon tidak baik-baik saja, dirinya sedang kacau saat ini. Sangat kacau, tapi jika ia ceritakan semuanya. Ia takut lay meninggalkannya.
"Ceritakan padaku park jiyeon" ucap lay dengan tegas.
"Aku..."
"Tidak apa-apa, pelan-pelan saja"
"Aku.."
"Aku hamil" ucap jiyeon dengan satu kali tarikan nafas.
Lay tercekat. Perlahan ia melepaskan kedua tangannya yang sedari tadi setia menggenggam tangan jiyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny?
FanfictionMenangislah seakan ini adalah terakhir kalinya dirimu dikecewakan seseorang.