Michellia
11 tahun kemudian
"Ini hari pertama ku, aku tidak boleh terlambat" ucapku sambil berlari menuruni tangga.
Tangga di istanaku cukup tinggi dan bisa membuatku kewalahan untuk menuruninya. Tapi tidak untuk kali ini, rasa lelah itu tertutupi oleh rasa semangatku.
"Michell? Wah putriku bangun pagi sekali? Apa kau siap mengikuti latihan menjadi prajurit Red Flower hari ini?".
"Tentu bunda, mengapa tidak?" jawabku semangat. Tetapi raut wajah bunda tiba - tiba berubah,
"Michell, apa kau berani mempertaruhkan nyawamu demi peperangan? Apa kau siap kehilangan salah satu anggota tubuhmu saat perang nanti?. Michell dengarkan aku, aku tidak pernah memaksamu menjadi prajurit. Kau adalah putriku, putri kesayangan ayah dan bunda. Jika kau berubah pikiran, kau boleh keluar dari sekolah prajurit. Nanti, biar bunda yang bicara".
Aku terkejut dengan kata - kata bunda, tapi aku akan berusaha meyakinkan bunda bahwa aku memang berani.
"Iya bunda, aku tau. Tapi bukankah untuk mencapai kemenangan harus ada yang dikorbankan? Aku siap menerima apapun meskipun itu nyawaku. Ini demi kemenangan, demi kerajaan kita".
Lalu bunda hanya mengecup keningku dan tersenyum kepadaku. Dan akhirnya aku di izinkan untuk pergi ke sekolah. Ya, semoga Tuhan memberkati ku.
Sesampainya disana, ternyata sudah banyak calon prajurit yang berkumpul. Dan yang cukup membuatku kecewa adalah semua anggotanya adalah laki - laki.
Hanya ada dua perempuan saja, aku dan Rena.
Rena adalah gadis yang terkenal dengan tenaganya yg cukup besar, sifatnya yg egois, dan pemarah. Aku memang tidak terlalu akrab dengannya. Tapi mungkin suatu saat kami akan akrab.
"Perhatian! Silahkan semuanya berbaris. Kita akan memulai dulu perkenalan". Sontak, kita semua langsung berbaris. Dan setelah berbaris, munculah salah satu guru sekolah ini.
"Dimulai dari depan sebelah kanan. Perkenalkan nama dan tujuan kalian memasuki sekolah ini". Sesuai perintah, orang yang berdiri di barisan depan paling kanan langsung memperkenalkan diri.
"Nama saya Leonardo. Saya datang ke sekolah ini, agar saya bisa mengikuti jejak ayah saya".
Hmmm, menurutku dia lumayan bagus untuk menjadi prajurit. Karena dia bertekad mengikuti jejak ayahnya. Anak yang berbakti.
Selanjutnya giliran murid yang ada di sebelah kirinya.
"Nama saya Johnny. Saya datang kesini karena menjadi prajurit adalah cita - cita saya sejak kecil".
Dan akhirnya giliran Rena lah yang memperkenalkan diri. "Nama saya Rena Marcella. Cukup panggil saja Rena. Saya datang kesini hanya untuk mencari saingan saja".
Apa? Beraninya seorang gadis mencari saingan disini, sementara disini semuanya laki - laki. Apalagi, dia memperkenalkan diri dengan wajah yang malas dan sombong.
"Hey kamu, kenapa melamun?".
Ternyata, saat aku memikirkan Rena, sudah giliranku untuk maju. Memalukan sekali.
"Nama saya Michellia. Saya mengikuti sekolah ini, karena saya ingin melindungi Red Flower".
Lalu guru yang ada di hadapanku menatapku dengan heran, "Bukankah kamu putri dari ratu Callista? Memangnya ibumu mengizinkanmu?".
"Ya, aku adalah putrinya. Tenang saja, dia mengizinkan ku".
Setelah itu aku kembali ke barisan. Ternyata saat aku kembali ke posisi semula, Rena sedang menatapku dengan sinis, sepertinya dia tidak suka ada gadis lain disini.
Tapi aku tidak peduli, ini adalah keinginanku, bukan keinginan Rena.
Callista
"Suamiku, apa dulu kau ingat? Michell pernah mengidolakan Blue Woman?".
Suamiku yang tadinya menatap jendela, langsung menatap ku.
"Ya aku tau, kurasa ini salah kita karena telah menceritakan wanita jahat itu kepadanya. Sungguh disayangkan".
"Mudah - mudahan saja dia tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi sampai akhir hidupnya nanti. Jika dia tau kebenarannya...ah, aku tidak terpikir kan apa yang akan terjadi".
Suamiku hanya mengangguk. Kini kita hanya berdoa kepada Tuhan, semoga Michell tidak ingat apa yang sebenarnya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Woman
FantasyMengisahkan seorang anak yang suka mendengarkan dongeng dari bunda nya sebelum tidur. Dan bagaimana jika ternyata ada cerita dibalik cerita tersebut. Dan membuat kesalah pahaman diantara mereka. Blue woman membuktikan bahwa wanita tidak selemah yan...