Hukuman

36 7 0
                                    

Michellia

Setelah aku makan malam dengan Leo. Kami pun harus memasuki kamar masing masing, karena besok sudah mulai latihan. Jadi semua murid harus bisa bangun pagi.

Aku menyempatkan diri untuk berterima kasih, "Leo, terima kasih ya. Kamu sudah menghiburku,mengantar ku ke kantin, dan menemaniku makan malam. Maaf jika itu merepotkan mu".

Leo tertawa kecil. "Tidak Michell, aku tidak keberatan sama sekali. Justru aku senang menemanimu, aku merasa mempunyai teman baru. Selama ini aku kesepian".

Aku pun penasaran apa maksudnya.

"Apa kau tidak mempunyai teman sama sekali? Tapi kalau iya, kau masih ada keluarga kan?".

"Aku hanya tinggal bersama ibuku. Ayah meninggal dalam perang. Dan setelah kepergian ayahku dan perang telah usai, sebagian rakyat dari kerajaanku dipaksa untuk menjadi rakyat Red Flower. Dan kita termasuk. Jadi kami tinggal disini".

Ceritanya semakin membuatku bertanya tanya.

"Perang? Perang apa? Yang aku tau, dari bunda, kita belum pernah berperang lagi setelah kematian Blue Woman. Wanita itu menciptakan peperangan yang besar".

Raut wajah Leo berubah menjadi marah, dan dia berkata dengan nada kesal.

"Justru ayahku itu meninggal saat perang yang dibantu oleh Blue Woman! Dan asal kau tau, sebenarnya kerajaan ini salah tentang wanita itu. Dia tidak menciptakan perang sama sekali! Kau jangan asal bicara!".

Aku tersentak, aku terkejut, aku hampir menangis.

"Ta...tapi aku bilang kan aku tau itu dari bundaku. Aku tidak asal bicara. Kenapa kamu memarahiku? Padahal kita baru saja kenal".

Leo memalingkan muka, "Haruskah kita langsung akrab? Lagipula kau yang memancing emosiku. Kau tidak merasakan menjadi aku. Aku kira kau pengertian, ternyata tidak".

Air mataku tidak terbendung lagi, aku menutup mulutku,

"Maaf".

Leo hanya mendengarkan. Dia langsung pergi begitu saja dariku.

Aku berlari secepat mungkin ke kamarku.

Sesampainya dikamar aku langsung menangis, tidak peduli orang lain akan mendengarnya atau tidak.

Aku sedih, mengapa Leo sensitif? Padahal aku sudah bilang kalau itu dari cerita bundaku. Aku lelah.

Leo

"Michell...Aku salah menjadi kan mu teman. Aku menyesal kita saling kenal".

Michellia

Sinar matahari pagi dari jendela membuatku terbangun.

Aku langsung menyadari, bahwa hari ini hari pertama latihan. Aku pun segera bersiap siap.

"Perhatian! Latihan kali ini, kalian mencari pasangan untuk bergulat. Jangan ambil serius! Ini hanya latihan. Cukup 2 orang saja".

Yang lain rupanya sudah akrab satu sama lain, tinggal aku yang belum dapat pasangan untuk memulai latihan.

Aku melihat ke sekeliling, rupanya ada Leo. Dia hanya melihatku sebentar lalu membuang muka dan lanjut bergulat lagi.

Aku menghela nafas sabar. Tiba tiba Rena datang menghampiriku.

"Tak ada pasangan rupanya?".

"Iya, lagipula aku tidak bisa bergulat, aku takut menyakiti yang lain".

Rena tersenyum licik. "Bergulatlah denganku, jangan manja tuan putri!".

Lalu aku pun hanya terdiam sambil melihat Rena sedang bersiap melawanku.

Aku tidak tau apa apa, aku takut menyakiti Rena.

Dan dengan cepat, Rena memukul wajahku dengan sangat keras. Dari hidungku, mengalirlah darah yang cukup banyak.

Petugas yang melihat kami langsung berlari mendekati kami.

"Hei cukup! Rena apa yang kamu lakukan? Sudah diperingatkan. Jangan terlalu serius! Ini hanya latihan! Tidak kah kau mendengar?".

"Dia payah, dia hanya berpura pura!".

Aku tidak menjawab, aku hanya sedang serius menahan sakit.

"Tidak mungkin dia pura pura. Kau pasti memukulnya dengan keras. Ayo ikut aku ke ruangan kepala sekolah!".

Rena hanya diam dan tangannya ditarik oleh petugas.

Sebelum dia pergi, Rena masih sempat memberikan tatapan sinis kepadaku.

Petugas yang lain menolongku dan membawaku ke sebuah ruangan pengobatan.

Di sana, semua luka ku dibersihkan. Dan aku dipersilahkan untuk istirahat.

Aku merebahkan diri di kasur. Dari jauh aku mendengar ada suara Leo.

Saat aku melihat ke pintu, dia sedang mengobrol dengan teman barunya. Dia sempat melihatku, tetapi lagi lagi dia tidak mau melihatku.

Hari yang sial, sangat sial. Aku merasakan sakit fisik maupun batin dalam waktu yang hampir bersamaan.

Kini aku hanya bisa menangis saja.

Blue WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang