Teror

18 5 0
                                    

Leo

Aku memaksa Michell untuk kembali ke sekolah dan meninggalkan jasad Rena.

Karena sekarang, nyawa Michell lebih penting.

Biarlah Rena berlalu, dia sudah dipanggil oleh Tuhan.

Sekarang, aku tidak mau kehilangan sahabatku.

Michellia

Kami sampai di sekolah dengan nafas yang masih tidak teratur. Sesampainya disekolah, kami berpencar.

Aku akan mencari semua petugas, guru, dan kepala sekolah.

Sedangkan Leo, dia mengumpulkan semua siswa yang ada disekolah.

Setelah terkumpul, semua warga sekolah berkumpul di tempat yang dulu dipakai saat perkenalan.

Lalu aku berbicara dengan kepala sekolah. Setelah berbincang bincang, kepala sekolah justru meminta aku dan Leo yang memberi tau kabar duka tersebut.

Kami pun berdiri di depan semua warga sekolah. Dan aku mulai berbicara.

"Sebenarnya kami berdua disini ingin memberi tau apa yang sebenarnya terjadi".

"Teman kita yang bernama Rena Marcella telah meninggal dunia, karena ditembak oleh seseorang yang misterius".

"Saat aku dan Leo masih berada disana, tak lama kemudian ada tembakan lagi, dan itu mengarah kepadaku".

"Untungnya tembakan itu meleset. Saat itu juga, Leo memaksa ku kembali ke sekolah, meskipun awalnya aku tidak mau. Tidak mau meninggalkan Rena sendirian".

Semua warga sekolah terkejut mendengar kabar duka tersebut.

Lalu kepala sekolah ikut berbicara.

"Jadi mulai kali ini, kalian harus berhati hati. Jangan meninggalkan sekolah, apalagi sampai ke tempat yang sepi".

"Meskipun kalian pergi bersama teman kalian. Karena saya yakin, pasti ada orang yang menyimpan dendam terhadap sekolah ini, tapi entah siapa".

"Yang terpenting adalah jaga diri kalian sendiri, mengerti?".

"Mengerti!" seluruh siswa menjawab dengan serempak.

Setelah pengumuman selesai, barisan dibubarkan. Begitu juga aku dan Leo. Kami pergi ke kantin untuk mengambil minum.

"Sudah lah Michell, biarlah ini berlalu. Kini kau harus menjaga dirimu sendiri".

Leo menasihatiku saat aku hampir menangis.

"Aku yakin, Tuhan masih membuka pintu maaf untuknya".
Leo menepuk pundak ku.

Lalu aku mengangguk dan menghapus air mataku.

"Aku akan datang ke rumah orang itu, orang yang Rena bicarakan. Aku ingin tau, siapa yang sebenarnya jahat kepadaku. Dan aku juga akan membunuh orang yang telah membuat Rena pergi".

"Hey, matamu...biru?".

"Iya, memang mataku begini. Masa kau tidak tau?".

Leo menggelengkan kepalanya,

"Iya aku tau itu. Tapi cobalah bercermin, warna birunya menjadi terang".

Aku heran, lalu aku mencari cermin di kantin.

Setelah aku menemukannya, ternyata benar, mataku berubah. Yang tadinya biru gelap, menjadi biru terang.

"Ini aneh" gumamku.

Petugas

"Ayo bergerak lebih cepat". Kami akan mencari jasad Rena sesuai dengan petunjuk kepala sekolah. Beliau telah diberi tau tempatnya oleh Michell dan Leo.

Untuk berjaga jaga, kami membawa pedang dan pistol.

"Hey, lihat! Itu tempatnya!". Kami pun berlari ke tempat yang ditunjuk.

"Mana jasadnya?". Kami semua terdiam sejenak. Hanya ada tulisan di tanah dan tulisan itu menggunakan darah.

Kami yakin itu darah dari jasad Rena.

"Apa apaan ini?!".

Di tanah tersebut bertuliskan "Terlambat".

Lalu aku memerintahkan semua petugas untuk kembali ke sekolah dan memberi tau kepala sekolah tentang kejadian ini.

Blue WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang