Michellia
"Aku sudah baikan. Aku mau ke kamar saja".
"Baiklah, aku antar ya?". Petugas mengantar ku kembali ke kamar.
Di kamar, aku langsung mandi, tubuhku terasa gerah.
Kubuka semua bajuku dan langsung mandi. Sesudah mandi, aku bercermin melihat diriku sendiri.
"Kenapa? Mengapa? Aku begini? Aku kehilangan teman baru ku. Aku dipermalukan didepan murid yang lain oleh Rena. Aku ditertawakan di kantin".
"Apakah aku selemah ini? Dimana kekuatanku? Aku benci mereka!".
Tanpa ku sadari aku berteriak dan memukul cermin dihadapan ku.
Cermin itu retak. Dan anehnya, di bagian retak nya terdapat warna biru terang. Aku raba warna itu.
"Apa ini? Tidak terasa apa apa. Apakah ini cat tembok? Ah mungkin saja".
Aku segera berpakaian dan keluar kamar untuk mencari petugas. Akhirnya aku bertemu salah satu petugas.
"Eh, permisi? Cermin di kamar mandi ku pecah. Bisa diganti tidak?".
"Oh bisa bisa. Saya akan mengambil cermin yang lain dulu ya? Tunggu disini".
Beberapa menit kemudian, datanglah petugas tadi. Dan aku antar dia ke kamar ku.
Kutunjukkan cermin yang rusak. Warna biru terang tadi masih ada rupanya.
Petugas pun meraba warna biru tersebut.
"Akh! Panas sekali! Apa ini?".
Aku heran, lalu aku ikut meraba.
"Ah tidak terasa apa apa".
Petugas menatapaku heran
"Aneh".
Lalu petugas segera mengganti cermin nya dan menasihatiku untuk lebih menghargai barang barang disekitar.
Setelah masalah cermin selesai, aku duduk di teras kamarku.
Aku terkejut, ada Leo sedang mengobrol dengan petugas yang mengganti cermin ku.
Aku memejamkan mata, siapa tau dia menyangka aku sedang tidur.
"Michell? Kau terluka memukul cermin?".
Aku berteriak dan menjambak rambut Leo.
Leo merintih kesakitan.
"Oh maaf, aku tidak sengaja".
Dia mengusap ngusap kepalanya, "Aduh tidak apa apa. Salahku telah mengagetkanmu".
Hening seketika dan akhirnya Leo bicara. "Michell...maafkan aku. Aku kelewatan. Seharusnya aku lebih sabar dan tidak terbawa emosi. Kau mau memaafkanku kan?".
Mataku berkaca kaca kembali
"Kau tidak perlu meminta maaf jika masih ada dendam".
Dia menggelengkan kepalanya "Aku tidak dendam sama sekali. Dimaafkan tidak?".
Aku mengangguk. Dan tidak kusangka, dia memelukku.
"Biarkan aku menjadi sahabatmu Michell" bisik nya.
Lalu ku balas pelukannya.
Lalu kami saling melepas pelukan. Aku melihat ke langit yang cerah,
"Melihat langit yang sedang sedikit awan nya, aku jadi suka warna biru".
Leo hanya tersenyum kepadaku.
Leo
"Apakah dia anak dari Blue Woman? Soal cerminnya yang retak membuatku curiga dia anaknya".
"Warna biru dari wanita itu, memang terkenal panas dan hanya Blue Woman lah yang tidak merasakan panas sama sekali, itulah ciri khasnya".
"Dan cermin itu, bagi petugas, rasanya panas. Tapi tidak bagi Michell".
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Woman
FantasyMengisahkan seorang anak yang suka mendengarkan dongeng dari bunda nya sebelum tidur. Dan bagaimana jika ternyata ada cerita dibalik cerita tersebut. Dan membuat kesalah pahaman diantara mereka. Blue woman membuktikan bahwa wanita tidak selemah yan...