Jujur

24 6 2
                                    

Rena

Kini aku berada di ruang pengobatan. Aku terus menerus merasa tidak terima.

"Tidak mungkin aku kalah dengan dia!".

Lalu aku pergi meninggalkan ruang tersebut dan pergi keluar sekolah untuk mencari tempat sepi.

Tepatnya di tempat yang banyak pepohonan.

Michellia

Aku mencari tempat untuk menenangkan diri. Setelah aku berjalan cukup jauh dari lapangan, aku memilih duduk di sisi tebing sambil memandangi lautan.

Aku menghela nafas lega, akhirnya aku bisa sendirian untuk sementara.

Ternyata, Leo mengikuti juga. Lalu dia duduk di sisiku.

"Kenapa kau ikut?".

"Aku hanya ingin menemani sahabatku, memang tidak boleh? Aku hanya memastikan, apakah kau baik baik saja. Aku takut kau terluka".

Aku menunjukkan tanganku yang tadi terluka.

"Lukanya hanya ini saja. Lagipula sudah tidak sakit lagi".

Leo hanya mengangguk.

Sudah cukup lama kami disini, jadi kita memutuskan untuk kembali ke sekolah.

Saat di perjalanan, kami menemukan Rena sedang berlari ke arah hutan.

Kami saling berpandangan, "Mau kemana dia? Leo, sebaiknya kita ikuti dia".

Akhirnya kita pun mengikuti Rena. Dan akhirnya Rena berhenti berlari.

Saat itu juga, kami bersembunyi dibalik pohon.

"Aku tidak lemah!" Rena berteriak.

Lalu dia merusak barang barang yang ada disekitarnya. Aku yakin dia masih marah karena kekalahannya.

Saat dia sedang merusak barang barang, kami tidak menyangka bahwa akan ada tembakan.

"Rena awas!" kami berteriak.

Tapi, takdir telah menentukan.

Rena tertembak dan terjatuh. Dia tertembak dibagian perutnya.

Dia menatap langit dengan tatapan kosong. Kami pun menghampiri Rena.

Darahnya berceceran dimana mana.

"Rena"

Aku memanggilnya dengan tangis.

Rena melihatku dengan tersenyum. "Ini saatnya".

"Saat untuk apa?" tanyaku.

"Kau harus tau kebenaran dirimu. Pergilah temui orang itu, orang yang pernah datang ke pesta ulang tahun mu yang ke lima. Ada orang yang bertingkah aneh kepadamu. Kau ingat?".

"Iya aku ingat. Dia menatapku cukup lama dan tatapannya penuh dengan rasa penasaran. Bagaimana kau bisa tau?".

"Aku ada waktu itu, hanya kau saja yang tidak melihatku".

"Temui orang itu, Michell. Kau harus tau apa yang sebenarnya terjadi. Kau harus tau siapa yang mengkhianatimu selama ini".

Aku mengangguk.

"Iya, aku pasti menemuinya. Jangan khawatir".

"Sofia, maafkan aku".

Aku tidak mengenal siapa yang Rena maksud.

"Sofia?".

Tapi, baru saja aku mau bertanya, Rena telah menghembuskan nafas terakhir dan diiringi dengan air mata terakhirnya.

Aku dan Leo tidak bisa berbuat apa apa. Aku memeluk Rena, tidak peduli aku terkena darahnya.

"Maafkan kami Rena. Kami tidak bisa menolongmu dari tembakan tadi" tangis ku.

Tiba tiba terdengar suara tembakan lagi. Tapi untunglah, tembakannya meleset.

"Michell ayo pergi! Kita tidak aman disini!".

Lalu Leo menarik ku pergi dari tempat itu. Kami berlari secepat mungkin untuk kembali ke sekolah.

Orang tak dikenal

"Sial! Sebentar lagi dia akan mengetahui kebenarannya. Kalau itu sampai terjadi, aku harus menyiapkan senjata dan pasukan untuk berperang. Aku tidak mau kalah lagi".

Blue WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang