"Dia cedera otak karena dikeroyok oleh preman ketika di klub...,"
***
Tzuyu menatap sosok Sana yang berbaring ditempat tidurnya. Tubuh gadis itu semakin kurus dan seakan tinggal kulitnya saja. Sana sudah terkena pneumonia berat dan dia kesakitan setiap malam. Hoseok yang walaupun selalu dengan sabar dan setia mendampinginya akhirnya juga hancur lebur melihat Sana yang setiap malam berteriak kesakitan sambil memegang dadanya. Pria itu diam-diam menangis di atap sambil meninjukan tangannya ke tembok hingga berdarah. Sampai seperti itu Hoseok menahan kesedihannya melihat Sana dan ingin ikut merasakan sakit yang dideritanya. Semua hancur.
Dan sekarang Yoongi yang jelas sudah hancur lebih dulu sedang sekarat di rumah sakit hingga dokter mengatakan untuk melepaskan Yoongi dari alat-alat yang selama ini menopang kehidupannya. Jika Yoongi tidak memiliki Taehyung, Namjoon dan Jisoo, kemungkinan besar dia sudah mati. Melihat keadaan kedua orang itu seperti ini, Tzuyu benar-benar dilemma. Semua sudah terlambat, karena walau dia mengatakan keadaan sebenarnya pada Yoongi, Yoongi sudah tidak bisa mendengarkannya lagi. Dan jika dia mengatakan pada Sana, yang ada Sana akan semakin tersiksa.
"Apa yang harus kulakukan...,"lirih Tzuyu.
Sementara itu, Taehyung dan Namjoon berlari menyusuri lorong rumah sakit dimana Yoongi dirawat. Ketika mereka tiba di depan kamar Yoongi, Jisoo sudah berdiri disana sambil berbicara dengan dokter.
"Terima kasih!!!"ucap Jisoo dengan airmata berlinangan.
"Jisoo apa itu benar?!"tanya Namjoon penasaran. Jisoo langsung menoleh pada sahabat-sahabat Yoongi.
"Oppa! Dia sudah terbangun tadi kata dokter! Tapi sekarang dia tertidur lagi,"Jisoo berlari sambil memeluk kedua orang itu. Taehyung dan Namjoon menyambut pelukan Jisoo dengan bahagia.
"Akhirnya, kita benar kan! Yoongi tidak akan menyerah semudah itu!"ucap Taehyung bahagia.
"Dokter itu benar kan? Yoongi sudah sadar dan dia akan membaik kan?"tanya Namjoon melepas pelukan Jisoo dan Taehyung lalu berjalan kearah dokter.
"Ya...bisa terbangun setelah 28 hari masa kritis saja...itu merupakan keajaiban. Kalian benar-benar beruntung,"ucap dokter tersebut.
Namjoon tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya lagi dan berteriak 'HORE!' diikuti Taehyung yang melonjak-lonjak kegirangan bersama Jisoo. Mereka lalu menatap Yoongi dari balik pintu. Yoongi masih tertidur pulas, untungnya sekarang bukan tertidur karena koma lagi.
"Welcome back, my friend,"ucap Namjoon sambil tersenyum.
***
Pagi itu Sana menarik lengan baju Hoseok dan mengajaknya keluar menikmati udara di atap rumah sakit. Tentu saja Hoseok dengan senang hati membawa Sana naik ke atap walaupun cuaca cukup dingin. Hoseok menyelimuti tubuh Sana dengan selimut hangat dan menggendong gadis yang berat tubuhnya entah menghilang kemana. Ada rasa getir dihati Hoseok ketika merasakan beban tubuh yang telah menipis itu, nafas yang tersengal-sengal menyebabkan ketakutan dalam hati Hoseok jika sewaktu-waktu Sana merasa sesak karena ketika keluar, Sana tidak pernah mau memakai selang oksigen.
"Aku bisa bernafas lebih lega lagi di luar!"itu alasan yang dilontarkan Sana pada Hoseok.
Hoseok menurunkan tubuh Sana ketika mereka sudah tiba diatas. Perlahan gadis itu mendekati pagar kawat dan memandang pemandangan kota di musim gugur. Lagi-lagi tatapannya terlihat jauh dan Hoseok tau apa yang dicari Sana walau itu mustahil. Sana pun hanya menatap kejauhan dengan hati yang hampa karena walaupun dia mencari sosok Yoongi, dia tidak akan pernah bisa menggapainya lagi.
"Satu tahun yang lalu aku datang ke apartemennya pagi-pagi sekali hanya untuk menaiki Namsan Tower dan menikmati udara seperti ini. Menara itu ada diseberang sini...aku penasaran, apakah sekarang dia ada disana...,"Sana mengulurkan tangannya dan membentangkan jari-jemarinya seolah menggapai menara tinggi yang ada dikejauhan. Sana lalu tertawa kecil,"Itu mustahil kan,"katanya.
"Ya mustahil...,"Hoseok ikut tertawa kikuk.
"Oppa...Yoongi Oppa sekarat dan kemungkinan hidupnya kecil. Dia dikeroyok oleh preman...,"
Karena sekarang ini Yoongi juga pasti ada di rumah sakit, batin Hoseok.
Ah rumah sakit...apakah mungkin...
"Oppa? Oppa?!"
Lamunan Hoseok buyar ketika mendengar Sana memanggil namanya.
"Euh..ya?"tanya Hoseok bingung.
"Apa yang kau pikirkan?"tanya Sana dengan senyum lembutnya. Hoseok hanya menggeleng pelan dan memberikan senyum untuk menenangkan Sana.
"Kau cantik,"ucap Hoseok yang sekejap terpana melihat wajah Sana yang dihembus oleh angin lembut menyebabkan beberapa helai rambutnya yang sudah pendek itu terbang.
"Apakah orang sakit sepertiku masih bisa dibilang cantik? Ibarat bunga, aku ini sudah layu,"Sana tertawa pahit.
"Tidak. Kau cantik, Sana. Jika kau adalah bunga, kau adalah bunga edelweiss yang tertap berkembang di cuaca dingin sekalipun, walau sulit bertahan tapi kecantikannya tidak pudar,"ucap Hoseok dengan tulus. Sana hanya tersenyum lirih.
"Oppa...terimakasih karena kau masih ada disini dan tidak membiarkanku mati kesepian,"ucap Sana sembari menatap Hoseok dengan tulus. Hati Hoseok remuk mendengarnya, ucapan itu membuatnya sadar bahwa Sana akan menghilang cepat atau lambat. Dengan gerakan cepat Hoseok menarik Sana ke dalam pelukannya dan memeluk gadis itu begitu erat.
"Sana...tolong bertahanlah lebih lama lagi,"ucap Hoseok dengan suara yang berat karena ia sedang menahan tangisnya. Sana terkejut dan mengatupkan bibirnya dengan rapat karena sadar bahwa Hoseok saat ini sedang menahan tangisnya.
"Maaf...,"ucap Sana lemah.
***
"Maaf...,"
Jisoo berhenti mengaduk teh yang sedang diseduhnya ketika tiba-tiba mendengar kata itu dilontarkan dari sebuah suara yang tidak lain adalah milik Yoongi. Ya, siapa lagi di kamar ini selain dia dan Yoongi? Jisoo langsung menoleh dan mendapati Yoongi sedang memperhatikannya.
"Kau tidak salah dengar. Aku minta maaf,"ucapnya dengan wajah datar.
"Atas selama ini...aku mencoba sekuat tenaga menyingkirkanmu. Walau aku tidak peduli padamu tapi aku tetap ingin meminta maaf. Aku benci semua orang kecuali dia, fakta itu tidak berubah bahkan sampai sekarang. Karena itu maaf...karena kau tetap sabar untuk tinggal namun aku tidak bisa mengubah apa pun,"
"Oppa...itu saja sudah cukup,"Jisoo tersenyum lirih.
"Bukankah itu artinya kau sudah menerima kenyataan bahwa aku pasti akan terus tinggal disisimu? Walau kau tidak menerima kehadiranku tapi dengan kau membiarkanku terus bersamamu saja itu sudah cukup. Itu cukup...untuk bayi ini...,"Jisoo memegang perutnya dengan tatapan sendu. Yoongi melirik sedikit ke perut Jisoo. Benar, itu bayinya...darah dagingnya. Tapi kenapa kenyataan ini sangat pahit? Tidak pernah terbesit sekalipun dipikiran Yoongi untuk memiliki anak selain bersama orang yang dicintainya. Karena itulah, walau Yoongi begitu liar namun dia tidak pernah dengan cerobohnya tidur dengan gadis lain. Dia selalu menjaga jarak dengan gadis lain dan Sana hanyalah satu-satunya gadis yang dengan lancang memaksa masuk di kehidupan Yoongi. Sana berhasil, namun dia juga berhasil meremukkan kembali kehidupan Yoongi.
🍁🍂🍁🍂🍁🍂🍁🍂🍁🍂🍁🍂🍁🍂
Terimakasih...aku akhir-akhir ini dapat like lebih banyak dari perkiraan dari para pembaca. Ternyata masih Ada yang baca ff ini 😂 tapi akan lebih baik rasanya kalau aku bisa Tau apa pendapat teman-teman tentang ff ini 😆

KAMU SEDANG MEMBACA
Lost (INA-COMPLETE)
FanfictionSelama aku menggendongnya, aku menyadari bahwa perlahan-lahan kehidupannya telah meninggalkan dunia ini. Karena itu...aku dekap erat tubuhnya, agar aku masih dapat terselamatkan oleh sisa-sisa kehidupan yang dia berikan untuk bersamaku. theme song...