Part 7 - Mama??!!

258 26 0
                                    

Tap.. tap.. tap...

Mata mereka semakin membuka. Mereka semakin mendekatkan telinga mereka masing-masing ke arah pintu, mencoba menajamkan indra pendengaraannya, saat tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang dari arah dalam ruangan di sebalik pintu itu. Suara-suara tersebut seperti menunjukkan kepada mereka adanya kehidupan di dalam sana. Jantung mereka semakin berdebar kencang seolah ingin keluar dari tempatnya, diiringi dengan mata yang masih membuka lebar, dan tubuh menegang. Seketika barbagai spekulasi hadir ke dalam batin mereka. Itu tadi suara apa? Apa iya itu suara hantu? Benarkah di rumah ini memang ada hantunya? Apa hantu itu sedang berada di dalam ruangan ini? Apa... ? Apa... ? Mungkin seperti itulah pertanyaan-pertanyaan dari batin mereka berteriak.

"Apa.. apa hantunya ada di dalem?" tanya Sivia sambil menetralkan detak jantungnya masih dengan tubuh yang menegang, entah kepada siapa, karena hanya berupa gumaman tipis. Mungkin kepada Rio karena hanya ada pemuda itu di tempat ini selain dirinya, atau mungkin kepada dirinya sendiri.

Rio hanya menggelengkan kepalanya pelan, sembari menyadarkan dirinya sendiri. Ia menarik nafas dalam seraya memejamkan mata, kemudian mengembuskan perlahan seraya membuka mata dengan perlahan pula. Perlahan namun pasti, jantungnya mulai berdetak normal kembali. Tubuhnya pun tak lagi menegang seperti tadi. Sivia pun melakukan hal yang sama.

"Buka aja deh, Kak, pintunya!" pinta Sivia tak sabar ketika rasa penasaran menyelimutinya begitu pun Rio. Rasa penasaran itu semakin kuat menyergap hatinya. Apalagi setelah ia sukses memyadari bahwa dari ruangan inilah ia menemukan sesosok gadis misterius saat pertandingan adiknya di gelar di lapangan komplek tempo hari. Sosok yang mengantarkan hatinya untuk menelisik rumah ini. Rumah yang dianggap sebagian besar orang sebagai rumah angker. Rumah yang sebelumnya tak ia acuhkan berita-berita miring yang mengelimutinya.

Mendengar perkataan Sivia itu, Rio mendengus kesal sambil memutar bola matanya malas.

"Kalo bisa gue buka pintu ini, udah gue buka dari tadi kali, Vi!" seru Rio gemas.

"Heran deh gue, padahal nih ya, sejak tadi sore kita kelilingin rumah ini, pintu-pintu yang kita temuin tuh nggak ada yang dikunci, kan? Sama sekali nggak ada. Nah pintu ini nih, satu-satunya pintu yang dikunci. Terang lagi. Yang lain ngga ada pengerangan sama sekali. Lah ini? Bikin penasaran banget gue." Tambah Rio.

"Ngga bisa di buka sama sekali, ya?" tanya Sivia kembali dengan nada memelasnya.

"Eh iya, bener deh kata Kakak. Ruangan ini nyurigain banget. Markas hantunya di sini kali ya, kak!" Ucap Sivia menyetujui.

"Emang hantu suka tempat terang, ya? Serahu gue hantu tuh seringnya di tempat-tempat gelap gitu, kan?" tanya Rio berargumen.

"Mana tahu hantunya hantu baik yang suka terang ngga kaya hantu-hantu biasanya yang sukanya di tempat gelap kayak gitu. Bukti mendukung area rumah ini bersih banget kan, Kak! Jadi ya mungkin aja!" argumen Sivia.

"Emang ada?" tanya Rio kembali sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Ya gue nggak tahu. Pernah liat hantu aja nggak. Apalagi kepribadian hantu kayak gimana aja." balas Sivia sewot. Alhasil membuat Rio melengos sebal.

"Lo kalo ngasih argumen yang logis. Apaan hantu baik, hantu jahat. Heileh!" Ucap Rio sebal.

"Kan sekadar hipotesa aja. Orang kalo buat eksperimen kan harus buat hipotesa-hipotesa gitu, kan! Apa salahnya gue buat hipotesa-hipotesa kayak gitu!" balas Sivia.

"Udah lah debatnya. Nggak selesai-selesai nanti. Gimana sekarang?" putus Rio meminta pendapat.

"Ngga tau juga gue, Kak." jawab Sivia.

Di Balik KeindahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang