Dalam diamnya menikmati makanan, Rio diam-diam memandangi sepasang suami istri pemilik restoran ini. Ia merasa ada yang mengganjal saat melihat mereka. Terutama tatapan sedih Tante Hana tadi. Entah apa yang ia rasakan, tapi jelas ada yang tersembunyi disini. Tapi apa? Ah Sudahlah, mungkin hanya perasaannya saja. Ia pun melanjutkan menikmati makanannya.
----------DBK----------
Rumah Rio --tepatnya di ruang tengah, alias ruang keluarga--
Derai tawa menyelimuti keluarga itu. Tampaknya mereka tengah berbahagia saat ini. Sedari tadi mereka bersenda gurau. Beberapa kali mengorbankan sang bungsu untuk menjadi bahan candaan, membuat sang korban mengerucutkan bibir lucu. Kadang kali juga sang sulung yang terkena. Keluarga yang harmonis.
"Ehm, Ma, Pa, Rio mau ke kamar dulu, ya!" pamit Rio kepada kedua orang tuanya. Setelah mendapat anggukan dari keduanya, ia melirik ke arah Agni. Mengkode sang adik dengan anggukan kecil. Agni menjawab dengan anggukan samar pula. Rio pun melangkahkan kaki ke arah tangga. Setelah di perkirakan Rio telah tiba di kamarnya,
"Agni juga ke atas ya, Ma, Pa!" mohon Agni.
"Iya, Mama sama Papa juga mau beres-beres dulu nanti sore kita balik ke Jogja," balas Mama Ria setelah sebelumnya mengangguki ucapan sang bungku.
"Oke. Nanti kalau mau berangkat, panggil Agni sama kak Rio di atas ya, Ma!" ucap Agni.
"Pasti, Sayang!" balas Mama Ria sembari tersenyum puas seraya mengusap rambut Agni penuh sayang.
Percakapan terhenti. Agni menolakkan langkah menuju tangga dan berlanjut menapaki satu persatu anak tangga itu.
Tampaknya Agni tak begitu terkejut dengan perkataan sang Mama. Karena ia memahami bagaimana sibuknya kedua orang tuanya. Ia dan Rio pun memaklumi itu. Ia tau itu semua dilakukan oleh Mama Papa nya semata-mata hanya untuk dirinya dan sang kakak semata wayangnya.
***
Agni tiba di depan sebuah pintu yang tengah tertutup rapat. Bukan. Itu bukan pintu kamar Agni, melainkan kamar
"Kak Rio! Agni masuk, ya!" ucap Agni seraya meraih handle pintu. Tanpa menunggu jawaban dari pemilik ruangan, Agni langsung membuka pintu itu dan masuk ke dalam kamar Rio. Setelah tubuhnya sempurna memasuki ruangan, Agni kembali menutup pintu. Agni menghamparkan pandangan ke seluruh sudut ruangan. Rapi. Didapatinya Rio tengah tengkurap di atas bed-nya seraya mengutak-atik handphone kesayangannya. Agni pun menyebut nama sang kakak seraya mendekati tempat dimana kakaknya berada.
Mendengar namanya disebut, Rio mengalihkan pandang ke arah sumber suara. Agni mendekatinya. Rio pun merubah sikapnya menjadi posisi duduk di atas bed. Kembali berkutat dengan handphone-nya. Agni pun ikut duduk di samping Rio. Tampak raut penasaran di wajahnya.
"Ada apa, Kak?" tanya Agni to the point.
"Ini, soal rumah itu." jawab Rio singkat seraya beralih dari handphone dan meletakkannya di sisi kanannya. Agni yang mendengar itu hanya meng-O-kan mulutnya tanpa suara seraya mengangguk-anggukkan kepala seolah paham maksud sang kakak.
"O iya, Mama sama Papa balik kapan?" tanya Rio.
"Katanya sih, nanti sore. Ini lagi siap-siap." jawab Agni apa adanya. Gantian kini Rio yang meng-O-kan mulut sambil mangut-mangut seraya menatap langit-langit kamarnya. Ia berfikir.
"Gue udah chat Cakka. Besok kita bahas misi kita." ucap Rio masih menatap langit-langit. Agni menatap kakaknya dengan salah satu alis terangkat.
"Sivia?" tanya Agni. Rio menoleh ke arahnya.
"Kan gue nggak punya kontak dia." sahutnya, "kasih tau dia gih!" perintahnya menatap Agni. Agni menangguk tegas. Lantas ia mencari ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Keindahan
Random---------- Menceritakan petualangan 4 orang remaja mencari tau sesuatu yang tersembunyi dibalik sebuah rumah yang terlihat megah. Diwarnai konflik seru para tokoh. ---------- "Aku di sini menyaksikan tawa kalian. Aku senang melihatnya. Jujur, aku i...