Part 3 - Rencana

357 28 1
                                    

Rumah Rio

Sesampainya mereka di rumah Rio, mereka segera masuk rumah dan duduk di sofa ruang tamu rumah.

Agni menghempaskan badannya ke salah satu sofa. Nampaknya ia sangat kelelahan akibat bermain basket tadi. Sejenak ia memejamkan mata untuk mengurangi rasa letihnya.

Sivia pun ikut duduk di sofa, sebelah Agni. Rio dan Cakka duduk di sofa yang berseberangan dengan sofa Agni dan Sivia.

Segera Agni membuka mata dan menatap Rio yang berada tepat di hadapannya, hanya dibatasi sebuah meja sofa.

"Kak, sekarang lo ceritain, apa yang lo liat tadi? atau yang lo cari tadi?" tanya Agni dengan mimik wajah serius. Rio menghirup nafas dalam-dalam dan kemudian mengembuskannya kasar.

"Iya, gue cerita," jawab Rio terputus. Kini 3 makhluk di samping dan di hadapannya telah menatapnya intens, seolah ia adalah seorang terdakwa yang tengah menghadapi sebuah pengadilan.

"Tadi, sewaktu kalian berdua tanding, gue nggak sengaja lihat ada seorang gadis cantik di balik jendela tengah atas rumah mewah yang ada di samping lapangan itu." jelas Rio menerangkan apa ya ia saksikan tadi, dengan mimik wajah yang serius. Alhasil, membuat 3 makhluk dihadapannya melongo tak percaya. Namun dengan alasan yang berbeda.

"Aelah, Kak, gue kira apaan. Cuma lihat cewek cantik aja sampai nggak kedip gitu," sahut Agni, "Apa jangan-jangan lo naksir tuh cewek ya, Kak? Secantik apa sih tu cewek sampai buat Kakak gue yang satu ini nggak kedib ngeliatinnya?" lanjut Agni curiga di pertanyaan pertama, dan menggoda di pertanyaan kedua.

Rio melengos, "Bukan masalah can-" ucap Rio terpotong oleh suara lain.

"Tunggu-tunggu. Bukannya itu rumah yang udah lama nggak ada penghuninya itu, ya?" sahut Cakka pelan sambil menatap satu per satu makhluk di sana, heran saat mendengar apa yang disampaikan oleh Rio tadi. Tak urung ia penasaran juga. Agni, Rio, dan Sivia pun terkejut dibuatnya.

"Ya, itu dia! Terus setelah Agni masukin bola pertamanya tadi, gue lihat lagi, tapi itu cewek udah nggak ada lagi di tempatnya." ucap Rio menyampaikan sesuatu hal yang membuatnya penasaran.

"Ee, rumah itu bukannya yang pernah jadi tempat pembunuhan itu, ya?" ucap Sivia sambil mengingat-ingat peristiwa yang pernah ia dengar beberapa tahun silam. Mereka semakin terkejut mendengar perkataan Sivia itu.

"Iya, iya itu, makanya gue tadi merinding agak ngeri juga pas inget tentang cerita-cerita itu. Apalagi katanya rumah itu ada 'penunggu'nya. Banyak orang bilang, mereka pernah lihat penampakan seorang gadis cantik di rumah itu." ucap Rio menegaskan ucapan Sivia dengan nada yang sangat serius, mata yang sedikit melebar, dan tubuh tegang. Membuat mereka saling pandang, tak urung kulit mereka pun merinding.

"Ma, ma, maksud kakak.. l, l, lo.. lo abis lihat penampakan gitu, Kak?" sahut Agni tersendat-sendat karena tak menyangka dengan cerita Rio baru saja.

"Yaa.. gue nggak yakin sih." sahut Rio tak yakin, "Soalnya tadi pas gue perhatiin ceweknya itu ngeliatin ke arah kita-kita sambil senyum gitu. Kayak ada rasa bahagia gitu. Tapi dari senyumnya itu gue perhatiin juga kayak ada rasa sedih gitu. Terus kelihatannya nyata banget gitu wujudnya. Putih, cantik, bening banget pokoknya," terang Rio kembali dengan mimik wajah serius, namun berseri di akhir kalimatnya. Mereka bertiga melengos saat mendengar akhir kalimat Rio.

"Yee.. soal cantik aja lo melek," ledek Cakka, diikuti decakan Agni dan Sivia.

"Hhe.. E, tapi gue serius. Itu cewek keliatan cerah banget gitu. Kalo di tivi-tivi itu biasanya kan yang namanya hantu itu putih pucet, terus wajahnya nyeremin gitu, kan. Tapi yang gue lihat tadi nggak gitu. Cerah gitu wajahnya, nggak kaya yang ada di tivi-tivi yang nyeremin itu." jelas Rio membela diri.

"Yaa.. mungkin aja tuh hantu lagi nyamar. Kan bisa aja tuh" ujar Cakka diakhiri dengan mengangkat alisnya meminta pendapat. Rio, Agni, dan Sivia pun berfikir meng-iya-kan ucapan Cakka.

"Iya juga, ya. Hmm, gue jadi penasaran sama tuh rumah." ucap Rio sambil berfikir dan berayal.

"Iya-iya, gue juga. Denger cerita kalian gue jadi penasaran. Kayaknya unik juga kisahnya." sahut Agni.

"Tumben lo, Yo. Penasaran sama rumah angker. Biasanya juga masa bodoh denger cerita-cerita yang begituan." ledek Cakka, membuat kepalanya menjadi korban tangan Rio -menoyor-.

"Biasanya kan gue cuma denger ceritanya aja, makanya gue cuek. Lha ini! Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri!" seru Rio dramatis sembari menunjuk matanya.

"Engg, gimana kalo, kita telisik rumah itu?" tanya Agni pelan-pelan namun yakin di akhir kalimatnya. Dan di akhiri dengan menatap satu per satu makhluk di hadapannya yang sedari tadi menatapnya, untuk meminta pendapat, membuat mereka saling tatap satu sama lain.

----------DBK----------

Di Balik KeindahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang