"Pa! Nomor kemarin nelfon lagi!" Ucap seseorang wanita paruh baya dengan nada yang sedikit panik kepada seorang pria paruh baya yang tengah asyik dengan laptop di sebuah sofa."Nomor?" tanya pria paruh baya itu sembari menoleh ke arah wanita itu dengan mimik penuh tanya.
"Iya, Pa! Dia bilang untuk kita nggak pergi hari ini, dan Papa tahu, kan, setiap dia bilang seperti itu, berarti memang ada bahaya sedang mengintai kita," jelas wanita itu dengan nada paniknya semakin panik.
"Mama nggak tanya dia siapa, kenapa bisa dia bicara seperti itu?" balas pria itu.
"Jujur, Mama pengen banget tanya seperti itu, tapi dia cuma ngomong kita nggak boleh pergi hari ini, dan hanya itu. Selalu saja nggak sempat buat tanyain itu," jelasnya.
"Ya udah, kalo dia sudah bilang seperti itu, kita nggak usah berangkat aja, itu sudah terbukti beberapa kali, kan," akhir pria itu santai, walaupun ia jufa tak habus fikir dengan orang yang selalu menelfonnya dan bilang bahwa keluarganya dalam bahaya. Awalnya ia dan istrinya tak mempercayai ucapannya. Namun, apa yang dikatakan orang itu ternyata benar adanya. Pernah ia kecelakaan mobil, dan sebelumnya memang orang itu mengatakan bahwa ia akan kecelakaan hari itu. Dan terjadi, kan? Dan pernah lagi, orang itu bilang untuk ia tidak bekerja sama dengan suatu perusahaan lain entah karena apa, dia tidak mengatakan alasannya. Karena sebelumnya sudah terbukti entah itu kebetulan atau tidak. Ia tetap menjalani kerja sama itu dengan tetap waspada. Dan apa yang terjadi? Ternyata perusahaan itu ingin mencuranginya. Namun karena ia telah waspada sebelumnya, jadilah rencana curang perusahaan itu dapat ia cegah.
"Iya, Pa. O iya, tadi dia juga bilang agar meeting Papa hari ini diundur aja, meeting itu bisa memajukan perusahaan." jelas wanita itu lagi. Pria paruh baya itu hanya mangut-mangut paham lantas kembali berkutat dengan laptopnya.
***
"Ag, lo ngerti apa yang diomongin guru mata elang tadi?" histeris seorang gadis di suatu kelas sesaat setelah seorang guru mata pelajaran terakhir mereka hari ini melangkah keluar dari ruang kelas mereka. Saat ini kelas mulai kosong ditinggalkan penghuninya, ehm, maksudnya siswa-siswi kelas tersebut, hingga hanya menyisakan dua orang siswi di sana. Yang ditanya hanya mangut-mangut seadanya. Hingga membuat gadis sebelumnya geleng-geleng frustasi.
"Hish! Sumpah, Ag, gue nggak paham, ngerti aja nggak sama yang dia omongin apaan."
"Lha lo tadi kayaknya nyimak baik penjelasannya kog malah nggak paham?" celetuk Agni heran.
"Gue nyimak penjelasan guru mata elang tadi? Hoho.. jelas nggak lah, Ag. Gue merhatiin cuma karena dia melototin gue terus. Jadi lah gue pura-pura merhatiin." gerutu Sivia. Agni melengos mendengarnya.
"Kebiasaan lo!" Cibirnya. Sivia nyengir membalasnya.
"Eh btw, terus gimana, tadi kan ada dikasih tugas sama Bu Yanka. Kita kerjain kapan nih?" tanya Sivia mulai serius, tapi santai. Agni mengangkat telunjuknya ke dagu.
"Emmm... enaknya kapan? Siang ini lo bisa nggak?" tanya Agni kemudian.
"Emm.... bisa sih, besok malah gue nggak bisa. Ya udah nanti gue ke rumah lo, ya!" setuju Sivia.
"Oke. Nanti lo dateng bawa Perlengkapannya, kan lo pasti nglewatin supermarket atau apa, nah lo beli bahan-bahannya. Dan kalo alat-alatnya, kayaknya di rumah gue ada deh," ujar Agni.
"Siap, Ag! Ya udah yuk balik!" ucap Sivia kemudian diangguki Agni. Mereka pun bangkit dari Bangku dan melangkah keluar kelas untuk segera pulang ke rumah masing-masing.
***
Agni turun dari boncengan motor sang kakak. Lantas ia segera melangkah ke arah pintu rumah. Setibanya di depan pintu, ia mengorek tas punggungnya untuk mencari kunci pintu rumah. Setelah mendapatkannya, membuka pintu. Lantas masuk ke dalam rumah. Langsung ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Keindahan
De Todo---------- Menceritakan petualangan 4 orang remaja mencari tau sesuatu yang tersembunyi dibalik sebuah rumah yang terlihat megah. Diwarnai konflik seru para tokoh. ---------- "Aku di sini menyaksikan tawa kalian. Aku senang melihatnya. Jujur, aku i...