Part 4 - Rencana (2)

300 32 3
                                    

"Engg, gimana kalo, kita telisik rumah itu?" tanya Agni pelan-pelan namun yakin di akhir kalimatnya. Dan di akhiri dengan menatap satu per satu makhluk di hadapannya yang sedari tadi menatapnya, untuk meminta pendapat, membuat mereka saling tatap satu sama lain.

"Gimana?" tanya Agni kembali dengan wajah berseri dan tak sabar.

"Engg, lo yakin, Ag? Mau nelisik rumah itu?" tanya sivia dengan tempo lambat. Ia ragu dengan usulan Agni. Bukan! Bukannya ia takut, ia tak takut dengan hal seperti itu. Bahkan ia sangat menyukai hah-hal yang berbau misteri seperti itu. Hanya saja ia tak mau ambil resiko dengan melakukan hal itu.

"Yakin banget, Vi! Gue penasaran banget soalnya," ucap Agni semangat sambil menerawang sesuatu. Ia yakin, ini pasti akan menjadi sangat seru, Seperti yang telah ia lakukan bersama kakaknya dan beberapa temannya saat ia masih berada di Yogya beberapa waktu lalu. Ya, ia memang seorang pecinta misteri dan tantangan seperti itu. Menurutnya dengan sesuatu ketegangan itu membuat ia dapat melupakan sejenak masalah, dan baginya itu juga suatu hiburan yang sangat menyenangkan tersendiri baginya.

"Emm, gue setuju tuh sama usulan lo, Ag." ucap Rio menyetujui,"Bakal seru nih kayaknya," lanjut Rio dengan senyum senang.

"So, pasti lah, Kak. Kayak yang udah-udah waktu di Yogya itu," sahut Agni senang karena ada yang menyetujui usulannya. Mereka berdua pun ber-highfive ria. Membuat Cakka dan Sivia saling tatap dengan mimik wajah heran.

"Kalian sudah sering jelajah rumah hantu kayak gini?" tanya Sivia kepada Agni dan Rio, ingin mengobati rasa penasarannya dengan Cakka.

"Ya. Bukan sering, sih, lebih tepatnya pernah. Sudah beberapa kali gitu. Nah, waktu itu Agni tuh lagi patah hati sama cowok. Bukannya ngajak ke tempat hiburan atau apa, eh, dia malah ngajak ke tempat begituan." jawab Rio sambil melirik Agni saat ia berkata 'patah hati'. Dilihatnya Agni tengah bersungut kesal akibat perkataan Rio. Tiba-tiba handphone milik Agni berbunyi. Ia pun segera melihat layar handphone-nya dan melihat nama orang yang meneleponnya. Ia segera menyingkir dari tempat mereka berkumpul untuk mengangkat telepon, agar tak mendapat suara yang mengganggu.

"Bisa patah hati juga toh si Api ini. Gue kira style cowok kayak dia tuh nggak bisa kepincut sama cowok." ucap Cakka setelah Agni berhasil menyingkir dari tempat mereka.

"KAK CICAK! GUE DENGER!!" teriak Agni dari tempatnya. Alhasil, membuat Cakka yang tadinya hanya terkikih pelan kini menjadi tertawa keras. Rio dan Sivia hanya terkikih geli mendengar teriakan Agni.

"Jangan macem-macem lo, Kka, sama Agni. Sekali dapet bogem dari dia, udah abis dah lo entar." ucap Rio memperingatkan Cakka sambil menunjukkan kepalan tangannya, dengan kikihan yang masih keluar dari mulutnya.

"Jadi gimana? Kalian berdua mau ikut atau nggak?" tanya Rio kembali, sambil menatap satu per satu wajah Cakka dan Sivia, setelah semuanya
berhasil menghentikan tawa mereka. Yang ditanya -Cakka dan Agni- pun saling tatap, hingga akhirnya tarapan mereka beralih kepada Rio.

"Iya deh, gue ikutan. Penasaran juga, jadinya," Putus Cakka.

"He'ehm, iya, gue juga mau ikutan!" seru Sivia semangat.

Agni pun kembali, dan duduk di tempatnya semula.

"Siapa, Ag?" tanya Rio.

"Mama. Nanya kabar aja." jawab Agni, "gimana? Kalian ikut?" tanya Agni mencari tau.

"Semuanya ikut, Ag." sahut Rio, membuat Agni tersenyum senang dengan wajah berbinar.

"Aseekk!" seru Agni, "Oke, besok malam kita semua ngumpul di sini," ucap Agni tak sabar. Sontak membuat ketiga pasang mata di hadapannya membulat kaget.

"Eh, jangan besok! Lusa ada ulangan gue," sahut Rio keberatan dengan keputusan Agni.

"Alaahh, biasanya juga nggak belajar lo," sahut Agni meremehkan.

"Sabtu sore aja, deh. Biar nanti nggak kemaleman. Jadi kita bisa istirahat di hari Minggunya, nggak perlu ketiduran di sekolah, gimana?" ucap Rio mengambil keputusan. Kemudian menantap satu per satu makhluk di hadapannya. Nampak mereka pun saling tatap dan mengangguk-angguk kecil.

"Emm, oke, setuju gue, gitu aja." jawab Cakka diteruskan mengalihkan pandangannya kepada Sivia dan Agni, mereka hanya mengangguk setuju.

"Udah gelap nih, gue pulang dulu, ya," ujar Cakka meminta izin, kemudian didapatinya anggukan dari sang empunya rumah. seraya Cakka berdiri dari posisi duduknya dan mulai melangkah keluar. Namun baru beberapa langkah ia menghentikan langkahnya dan berbalik badan. Rio, Agni, dan Sivia pun menatapnya penuh tanya.

"Via, lo pulang gimana? Bareng gue aja, yuk!" tawar Cakka kepada Sivia.

"Emm, boleh, kak, ayo!" jawab Sivia, kemudian ia pun berdiri, "Gue pulang dulu ya, Ag, Kak," izin Sivia kepada Rio dan Agni. Mereka hanya mengangguk sembari tersenyum.

Setelah itu Sivia dan Cakka pun melesat keluar dan pulang dengan mengendarai motor Cakka.

----------DBK----------

Di Balik KeindahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang