Esok harinya
Agni sedang bersiap di kamarnya. Menguncir rambut, menyiapkan buku dan tas beserta perlengkapan lainnya.
"O iya, gue belum cerita tentang kulkas itu," gumamnya dalam hati "gimana mau cerita, orang seharian kemarin ada mama sama gue, mana bisa cerita! Bisa-bisa dibawa balik ke Yogya lagi kalo Mama dengar!" Lanjutnya berucap. Lantas melanjutkan aktivitasnya yang sebelumnya sempat tertunda.
Setelah siap ia pun keluar kamar dan turun menuju ruang makan.
***
"Hai!" koor dua buah suara tiba-tiba. Seorang gadis kecil menoleh saat mendengar itu. Raut wajahnya berubah seketika.
"Kalian dari mana aja! Aku cariin dari tadi nggak nemu-nemu, aku panggilin nggak muncul-muncul," gerutu gadis itu sebal. Kedua sumber suara tadi hanya merenges tak jelas.
"Maaf, kita tadi abis jalan-jalan," ujar salah satunya. Satu lagi mengangguk mengiyakan.
"Terus kalau kalian main, kalian nggak inget sama aku? Kalian nggak kasian sama aku yang sendirian di sini?" sahut gadis kecil itu dengan rengutan di wajahnya. Kedua temannya tadi seketika panik.
"Aduh, maaf! Kita tadi cuma main sebentar kog, kita selalu inget sama kamu, kamu maafin kita, kan?" celetuk salah satu temannya.
"Iya, kita tadi ada 'panggilan' sebentar, kamu kan tau kita seperti apa kalau ada 'panggilan' seperti itu! Kamu mau ya maafin kita! Kita beneran nggak lupa sama kamu, cuma tadi kamu kan di taman, kita kira kamu main sama teman baru kamu di sana, jadi kita ya pergi aja sebentar, eh taunya malah dapet panggilan. Kita minta maaf, ya!" celoteh teman yang lainnya. Gadis kecil itu melipat tangannya di depan dada sambil memalingkan wajahnya dari kedua temannya. Ia merajuk.
"Ayolah! Maafin kita, ya!" bujuk kedua teman gadis itu dengan kedua tangan masing-masing mengangkup di depan wajah lengap dengan ekpresi memohon mereka. Gadis tadi melengos lucu.
"Ya udah deh, aku maafin," ujar gadis itu. Kedua temannya senang tak terkira,
"mak--" ucap mereka terpotong.
"Tapi..." ucap gadis itu tiba-tiba. Raut wajah kedua temannya kembali murung dengan tatapan memohon, berharap tak mendapatkan syarat yang sulit mereka kabulkan.
"Tapi apa? Jangan aneh-aneh, ya!" mohon salah satu temannya.
"Iya, kita masih pengen nemenin kamu disini," sahut yang satunya.
"Iya-iya, nggak aneh-aneh kog," sahut gadis itu sambil tetsenyum seraya menatap kedua temannya bergantian. "Kalian harus mau bantuin aku kali ini," lanjutnya seraya menerawang ke langit. Seketika wajah kedua temannya menjadi senang sekaligus penasaran.
"Apalagi yang sekarang?" tanya temannya.
"Semalam, aku liat ada yang mau hancurin karier Papa." ujar gadis itu. Kedua temannya mengangguk saling bertatapan.
"Siap deh kita bantuin! Kan, Al?" ucap salah satu teman gadis lantas menatap teman lainnya. Temannya itu hanya mengangguk.
"Kamu mau sekarang gimana?" tanya teman yang dipanggil 'Al' tadi.
"Hemm" gumam gadis itu sembari menerawang dan berfikir, lengkap dengan jari telunjuk kanannya ia ketuk-ketukan di pelipisnya. Setelah beberapa saat, wajahnya berubah terang menatap kedua temannya dengan telunjuk berpindah di depan samping kanan wajahnya. Kedua temannya menatapnya penuh tanya.
"Apa?"
"Aku tadi liat apa saja yang orang itu mau lakukan. Jadi kita harus cegah dia. Kita harus................................................................................ kalian paham, kan?" jelas gadis itu. Kedua temannya mengangguk paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Keindahan
De Todo---------- Menceritakan petualangan 4 orang remaja mencari tau sesuatu yang tersembunyi dibalik sebuah rumah yang terlihat megah. Diwarnai konflik seru para tokoh. ---------- "Aku di sini menyaksikan tawa kalian. Aku senang melihatnya. Jujur, aku i...