Part 13 - Telling Experience

217 23 0
                                    

Istirahat

"Ag! Lo tau? --" celetuk Sivia sesaat setelah bel istirahat berdering.

"Nggak," sahut Agni.

"Ih gue belum selesai," protesnya kesal. Agni hanya ngengir.

"Udah, apaan?" akhir Agni menghadap Sivia. Taut wajah Sivia kembali serius.

"Kemarin waktu mision, lo nggak tau kan, apa yang kita temuin di lantai atas?" ucap Sivia kembali bertanya.

"Emang apaan yang lo temuin?" sahut Agni ikut penasaran.

"Abang lo belom cerita?" tanya Sivia lagi. Agni menggeleng.

"Kita belom ada bahas nemuin apa di rumah itu," jawab Agni. Sivia menghela nafas bersiap untuk mendongeng kepada Agni. Saat ia hampir menyebutkan kata pembukanya, Agni segera menyela.

"Lo kalo cerita nanti aja. Kita udah ditunggu sama duo kakak kelas kita," sela Agni saat setelah melirik ke arah handphone-nya.

"O iya," celetuk Sivia. Agni bangkit dari duduknya lantas menarik pergelangan tangan Sivia.

"Ayo lah! Udah ditunggu sama mereka," ucap Agni seraya melangkah keluar kelas.

"Iya, Ag, sabar kenapa sih! Sakit tangan gue!" Gerutu Sivia.

"Diem aja lo! Keburu mereka ngomel nggak jelas!" Sahut Agni.

***

Kantin

Di salah satu meja kantin, kedua sisinya di kelilingi dua cowok ganteng (menurut RiSE dan C-LUVers). Ya, Rio dan Cakka. Mereka tengah melahap pesanan mereka masing-masing dalam diam. Hanya sesekali mereka saling menanyakan sesuatu, utamanya salah dua dari personil mereka yang belum hadir.

"Hai, Kakak-kakak!" sapa seseorang sembari langsung duduk di bangku samping Rio. Rio dan Cakka menoleh sekilas dan menjawab seadanya. Lantas melanjutkan santapannya.

"Kog kalian udah makan aja sih! Nggak nunggu kita," protes temannya yang sejak tadi memang bersamanya, kini duduk di bangku sebelah Cakka.

"Mati kelaparan kalo gue nunggu lo pada yang nggak dateng-dateng." celetuk Cakka sembari serius mengadapi semangkuk soto yang dibelinya.

"Udahlah, kalian mau pesen nggak?" lerai Rio.

"Mau lah, laper nih! Gue mau--" ucap Agni -cewek yang menyapa tadi- terpotong.

"Ya lo mesen sana! Ngapain lo bilang di sini! Gue nggak ada jualan," sahut Rio. Agni dan Sivia berubah lesu. Sambil menggunakan jurus puppy eyes miliknya, ia merayu sang kakak.

"Ayolah Kak! Pesenin buat kita, ya! Please!" rayu Agni lengkap dengan puppy eyes-nya dan tangan memegang sebelah lengan Rio.

"Pesen sendiri! Gue mau makan, Ag, lo nggak tau abang lo ini laper banget," bela Rio memelas sambil menunjukkan makanannya.

"Kak!" Agni masih merayunya.

"Lo pesenin gih, Yo! Kasian, melas banget udah dia, kayak nggak di kasih makan sebulan tuh!" ucap Cakka. Awalnya Agni dan Sivia tersenyum senang mendengarnya. Namun saat mendengar kalimat terusan Cakka, wajah mereka kembali melengos.

"Ogah banget! Ngantri di antara perkumpulan manusia kelaparan itu," tolak Rio mentah-mentah sembari bergidik memandang ke arah 'perkumpulan manusia kelaparan' di masing-masing stand makanan.

Agni menyerah, akhirnya ia dan Sivia memesan makanan mereka sendiri. Setelah mendapatkan pesanannya, mereka pun membawanya ke meja tempat Rio dan Cakka duduk. Mereka berdua telah menyelesaikan makan siang mereka. Kini tengah mengobrol ringan sembari menunggu bel masuk yang masih berbunyi sekitar 20 menit lagi. Agni dan Sivia meletakkan makanannya dan langsung menyantapnya tanpa menghiraukan kedua kakak kelasnya itu. Lebih tepatnya Agni, karena Sivia masih sempat menoleh ke arah kedua pemuda itu. Sementara Rio dan Cakka masih melanjutkan obrolan mereka. Ketika tengah mengunyah menu makan siangnya ini, Agni terhenyak karena tiba-tiba ia teringat sesuatu.

Di Balik KeindahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang