PART 9

413 78 6
                                    

Saat sedang asik membaca buku, Joy merasakan kursi di sebelahnya bergerak. Saat ia mendongak, terpampanglah wajah Kookie yang tersenyum cerah ke arahnya masih dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya yang cukup besar.

"Pagi, Joy!" Sapanya.

Joy balas tersenyum, "Pagi juga, Kookie."

Setelahnya, tidak ada lagi suara yang terdengar. Hanya keheningan yang mengisi ruang antara keduanya. Joy yang asik mendengarkan music dengan mata memejam dan tangan yang terlipat di dada, serta Kookie yang menelungkupkan wajahnya di meja sambil memerhatikan wajah tenang Joy.

Apa dia kelelahan?

Tepat saat Joy membuka mata, Jungkook pun langsung memejamkan matanya. Berharap Joy tidak memergokinya.

Joy yang baru membuka mata langsung melihat ke arah Kookie yang telah memejamkan matanya. Dia tersenyum kecil sambil mengingat kejadian kemarin, kemudian mengikuti Kookie menuju alam mimpi. Tempat yang selalu ia gunakan untuk membayangkan semua kejadian yang ia inginkan, yang ingin ia ulang, dan ingin ia rasakan kembali di hidupnya saat ini, yang sudah tidak berwarna.

Tak.. brakk.. brukk

"Hei cepat, cepat!"

"Kau lambat sekali seperti siput!"

"Ayo cepat, Mr. Nam telah datang!"

Segala bunyi gemeretuk meja dan kursi yang bergeser serta pekikan-pekikan seperti tergesa-gesa membangunkan Joy serta Kookie terbangun dari mimpinya.

Awalnya mereka saling melempar pandangan tak mengerti, namun setelah suara Mr. Nam terdengar, barulah mereka berdua mengerti.

Semua siswa terbirit-birit masuk ke kelas, karena dalam peraturan Mr. Nam,

bagi siapa yang baru masuk kelas sesudah Mr. Nam masuk duluan, mereka tidak akan pernah lolos dari hukuman.

Beruntung saat ini semua kursi di kelas terisi full, tidak ada yang kosong sama sekali.

For your info, Mr. Nam itu benar-benar menyebalkan. Dia selalu mencatat materi yang akan pelajari dengan cepat di papan tulis dan setelah dia selesai, Mr. Nam akan langsung menjelaskan tahapan untuk memecahkan rumus-rumus tersebut dengan cepat tanpa memedulikan tatapan memelas yang diberikan para murid yang belum menyelesaikan catatan mereka. Bukan hanya itu, setelahnya Mr. Nam akan memberikan latihan soal yang sangat rumit serta menuliskan PR dari buku cetak.

Bisa diperkirakan, kan, gimana ribetnya?

Termasuk Joy. Lihatlah, bahkan dia sengaja memberhentikan pancaindera nya karena sudah tidak focus.

"Joy!"

"Hmm."

"Kau melamun?"

"Ah, tidak. Eh—mungkin iya."

Kookie menghela napas. "Sebaiknya jangan ulangi lagi, Joy. Aku khawatir kau akan terkena masalah oleh Mr. Nam nantinya."

Joy tersenyum lebar dan langsung menganggukkan kepalanya patuh.

Apa Kookie baru saja berkata bahwa ia khawatir padaku? Ahh.. manisnya..

Sedari tadi, Joy terus tersenyum lebar dengan kedua tangan yang dikatupkan di depan dada sambil memerhatikan Mr. Nam yang menjelaskan, dan itu membuat Kookie bergidik ngeri.

"Apa Joy menyukai Mr. Nam? Memang apa bagusya Mr. Nam? Dia kan sudah tua—yaa meskipun tampan tapi aku lebih darinya. Aku muda, pintar, penuh kasih sayang, perhatian, lucu, imut. Aku bahkan lebih-lebih tampan dari Mr. Nam," Kookie terus menggerutu dalam hati selama pelajaran matematika.

Ia masih tidak terima dan terus membandingkan dirinya dengan Mr. Nam. Tentu saja pikiran Kookie yang katanya pintar itu mengarang jika dirinya lebih baik dari Mr. Nam.

Begitulah saat jam pelajaran Mr. Nam. Beberapa yang sibuk mencatat, mendengarkan, menggosip tentang Mr. Nam, bahkan tidur.

Sepasang di meja tengah juga. Si perempuan yang terus tersenyum seperti orang gila, dan si laki-laki yang sibuk menggerutu dalam pikirannya. Entah kapan selesainya.

***

"Kita akan kemana Joy?"

"Ke tempat kesukaanku." Balas Joy dengan senyum.

Kening Kookie mengernyit bingung, kira-kira kemana Joy akan membawanya?

Sambil menggenggam sebelah tangan Kookie, Joy terus berjalan melewati anak-anak tangga hingga sampailah ia di sebuah pintu kemudian langsung mendorongnya hingga menimbulkan bunyi yang sedikit nyaring.

"Rooftop?"

Joy kontan mengangguk dan tersenyum. "Hanya disinilah tempatku berada jika merasa bosan, sedih, senang, gembira, jenuh, dan juga saat banyak pikiran."

Kookie terdiam sesaat sebelum kembali bertanya, "Wae?"

"Karena disini sepi. Tenang. Angin berhembus dalam tekanan normal, kecuali dalam cuaca tertentu. Intinya aku selalu bisa membayangkan semuanya. Semua yang aku inginkan." Joy tersenyum masam.

Kookie langsung menggenggam tangan Joy, menguatkan. "Apapun masalahmu, kau bisa ceritakan padaku. Aku akan selalu mendengarkannya. Ingat, beban jangan dipikul sendiri, itu akan sakit dan juga berat. Ya—anggap saja kita sahabat. Bagaimana?" Sebenarnya saat mengucapkan dua kalimat terakhir itu, dia sedikit meragu, tapi biarlah. Setidaknya hanya untuk saat ini. Ya, untuk saat ini saja.

Joy tersenyum, rasanya ia ingin sekali memeluk sahabat barunya ini, tapi jangan. Belum saatnya. Mereka kan hanya sahabat.

Joy menarik Kookie ke arah sofa yang di ujung, yang menampakkan langsung lalu lintas jalanan di sekitar sekolah itu. "Baiklah, kalau begitu lebih baik kita makan. Sebelum bel berbunyi."

Kookie terkekeh kecil, "Memangnya bunyi bel akan terdengar sampai ke sini?"

Joy menggeleng polos, "tidak juga sih.."

"Lantas?"

"Aku biasanya melihat jam. Jika jarum panjang berhenti di angka sembilan, sudah sewajibnya kita pergi dari sini--," Joy menjeda kalimatnya untuk melirik arloji biru di tangannya. Dan tak lama kemudian, dia memekik.

"YAAMPUN!!"

"Kenapa?"

"JARUM PANJANG SUDAH DI ANGKA TUJUH, KITA HARUS CEPAT MENYELESAIKAN MAKAN!!" Tepat setelah berkata begitu, Joy langsung buru-buru memakan makanannya. Tak peduli jika belepotan dan Kookie akan ilfeel padanya.

Kookie pun tertawa lepas melihat tingkah laku Joy, yang Joy hiraukan juga. Pokoknya dia harus cepat makannya.

"Pelan-pelan Joy. Kita tidak akan mendapatkan hukuman. Justru aku yang akan menghukum mereka, jika mereka berani menghukum Joyiie ku." Ucapnya pelan.

._.

GIMANA DENGAN PART INI?

Btw,

Ini dia Mr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini dia Mr. Nam, seorang tampan nan pintar dengan IQ 148, ngalahin author.. Kalo lagi serius, katanya sih dagunya Mr. Nam bakal maju(?) Bener ga sih?

Selamat malam,

NERDY BOY IN LUV {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang