PART 12

398 82 7
                                    

"Joy, nanti aku jemput atau tidak?" Tanya Kookie pada ku yang baru saja selesai mencatat dan membereskan buku-buku untuk pulang.

Ya. Memang nanti akan mengerjakan tugas kelompok di rumah Kookie, lagi. Kali ini adalah tugas matematika. Aku sendiri agak bingung dengan kurikulumnya, karena lebih banyak tugas berkelompok dibanding tugas individu.

Aku menggeleng pelan, "Tidak, Kookie. Aku kan sudah tau alamat rumah mu."

"Benar?" Tanya nya memastikan yang ku angguki dengan pasti.

"Baiklah, kalau begitu nanti datangnya jam 2 siang saja ,ya?"

"Memangnya kenapa kalau sebelum jam 2 siang?"

Ku lihat Kookie menggaruk tengkuknya. "Yaa.. tidak papa. Hanya saja, agar Joy bisa beristirahat dulu di rumah setelah pulang sekolah."

Setelah mempertimbangkan, aku mengangguk. "Baiklah, aku pulang dulu kalau begitu." Pamit ku sambil berlalu.

Jungkook POV

"Hh.. untung saja."

Aku pun segera merogoh saku celana ku sambil berjalan menuju tempat mobilku terparkir-di luar sekolah. Saat sudah di dalam mobil, barulah aku mulai mengetik beberapa digit angka yang merupakan nomor telepon Jimin.

Tepat di dering ke dua, sambungan langsung terangkat.

"Annyeong, Jimin."

"Ne, annyeonghaseyeo. Ada apa Jungkook?"

"Hari ini aku ada kerja kelompok di rumah. Ku rasa kita tidak bisa latihan bersama dulu."

"Baiklah, aku paham. Bagaimana dengan hari Sabtu?"

Jungkook sedikit berpikir sebelum kembali menjawab, "ku rasa itu tak masalah, tapi malamnya aku ingin membesuk ayah sang calon," ucap Jungkook di akhiri kekehan ringan.

Jimin tertawa di ujung sana. "Wahh.. kau benar-benar menyukainya, ya? Uri Jungkookie sudah besar!"

Jungkook mendengus. "Ya-ya-ya terserah kau mau ngomong apa, ku tutup dulu. Bye!"

"Bye!"

***

Aku sudah memesan taksi online untuk menuju ke rumah Kookie. Aku tahu kalau sekarang masih jam setengah satu siang, tapi entah kenapa aku ingin kesana. Bukannya untuk menghiraukan perkataannya, aku juga takut kalau nantinya macet.

Dan benar, jalanan mulai dilanda kemacetan.

20 menit menunggu, akhirnya aku sampai tepat di depan rumah Kookie.Setelah membayar, aku langsung menekan bel gerbang rumah Kookie. Pengawasannya memang sangat ketat.

Ting..nung..

Aku terus membunyikannya hingga Pak Satpam membukakan gerbang sedikit kemudian bertanya.

"Maaf, anda siapa?"

Aku tersenyum lembut, "halo, Pak. Nama ku Joy. Aku teman Kookie. Rencananya kami ingin mengerjakan tugas bersama."

Pak Satpam sedikit berpikir hingga kemudian tersenyum, "Oh, kamu itu yang kemarin sempat datang, kan, bersama Tuan Kookie?"

For your info, Pak Satpam juga memang memanggil nama Jungkook dengan sebutan Kookie juga, bukan Jungkook, Tuan muda Jeon, ataupun panggilan-panggilan formal lainnya.

"Eh- iya, Pak. Jadi, bisa saya masuk?"

"Oh, tentu. Maaf karena tidak mengenali kamu." Ucap Pak Satpam lembut.
ee"Tidak, apa-apa, Pak. Saya ke dalam dulu, ya!"

Aku pun masuk ke dalam dan segera menghampiri salah satu pelayan disana. "Halo, Bi!"

"Eh? Non Joy sudah datang? Ingin mencari Tuan muda, ya?"

Aku terkekeh pelan kemudian sedikit mengernyit saat samar-samar mendengar music yang dipasang cukup keras. Mungkin Bibi mengetahui apa yang aku pikirkan sehingga ia kembali berbicara.

"Itu dari ruangan dance nya Tuan Muda, Non Joy langsung saja ke sana."

Dalam hati aku bertanya, jadi.. Kookie suka dance?

"Dimana letaknya, Bi?"

Bibi menunjuk salah satu kamar yang berada di ujung lantai atas. "Yang itu kamarnya, pintunya berwarna putih."

Aku pun memandang sekilas kemudian menghadap ke Bibi. "Terima kasih, Bi. Joy kesana ya."

Aku berjalan pelan sambil terus berpikir. Apa ini yang membuat Kookie tidak mau aku datang lebih awal? Tapi, cukup terkejut juga, sih, ternyata dia suka dance. Hh.. aku memang bukan sahabat yang benar, masa masalah sekecil ini saja aku tidak tahu. Yang benar saja!

Saking asiknya bergumul dengan pikiran sendiri, aku ternyata sudah sampai di depan pintu yang ternyata tidak tertutup. Hanya terbuka sedikit.Aku pun meletakkan tas ku di lantai kayu itu, dan mulai mengintip.

Aku langsung membelalakkan mata saat melihat badan Kookie yang hanya terlapisi kaos putih polos yang sangat basah akan keringat, kaca matanya bahkan ia lepas. Aku sampai menutup mulut saat ia menyisir rambut basahnya dengan sebelah tangan dan itu benar-benar keren!

 Aku sampai menutup mulut saat ia menyisir rambut basahnya dengan sebelah tangan dan itu benar-benar keren!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pipi ku memerah saat melihat Jungkook benar-benar membuka bajunya. Topless.

Sial. Bagaimana bisa ia memiliki otot-otot seperti itu. Tak kusangka, dia benar-benar hot! Kenapa ia tidak berpenampilan seperti ini saja jika ke sekolah? Apa dia tidak percaya diri?

***

"Joy, kau kenapa?" tugas mereka baru saja selesai. Kookie bertanya pada Joy karena sedari tadi Joy diam dengan pipi gembulnya yang memerah. Memang terkesan sangat imut, tapi Kookie tak tahu apa penyebabnya.

Tadi, Kookie sempat khawatir kalau Joy demam, namun saat ia menempelkan tangannya ke kening Joy, pipi yeoja itu malah semakin merah, padahal suhu tubuhnya normal.

"Kookie, aku ingin bertanya. Apa kau menyukai dance?"

Kookie sedikit tersentak mendapati pertanyaan itu, "ya-aa lumayanlah. Memangnya kenapa?"

Joy tidak menjawab. Dia malah melamun. Kookie menghela napas. "Joy.. ayolah katakan. Ada apa denganmu?"

Joy tersenyum, membuat Kookie terperangah. Joy sangat cantik.

"Lain kali, boleh tidak aku melihatmu dance? Aku penasaran," Kookie sedikit menimbang-nimbang, kemudian tak lama ia mengangguk.

"Ya sudah."

"YEAYY!!"

Kookie semakin bingung, memang apa serunya melihat dia menari?

Tapi, satu yang pasti. Hanya Joy dan Sang Kuasa yang mengetahu arah dan tujuan dari perkataan Joy.

Benar, kan? Atau kalian juga mengetahuinya?

NERDY BOY IN LUV {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang