PART 3

597 103 3
                                    

a/n :   TYPO EVERYWHERE

"Baiklah karena tadi kita sudah me-review ulang materi barusan, aku minta semuanya mengerjarkan soal di buku paket halaman dua puluh tiga, hanya nomor satu, soal A dan B. SEKARANG DAN DIKUMPUL!"

JOY POV

Setelah mendengar perkataan ibu guru Taeyeon selaku guru bidang studi matapel fisika, kelas pun seperti biasa langsung riuh sana-sini.

"Hei! Bantu aku?!"

"Aku malas, kau saja yang mengerjakan!"

"Ottoke? Aku sama sekali tidak mengerti!"

"Kupikir ini mudah, tapi sangat RIBET!"

"Bagi jawaban milikmu, dong!"

"YA! PALLI.. PALLI..!!"

Banyak sekali yang berisik, meminta jawaban sana-sini, mencontek, dan berteriak. Aku memilih mengerjakan soal dengan tenang sesuai rumus yang ku tahu dan sesekali memandang guru fisika cantik itu.

Tanpa sadar aku mendengus.
Bu Taeyeon sangat cantik tapi juga cuek. Ia tidak peduli kelas dalam keadaan hening atau ribut yang penting tugas sudah terkumpul di meja sebelum bel. Lihat saja sekarang, ia sedang memainkan ponsel genggamnya sambil sesekali menatap seisi kelas, kemudian kembali memandang ponsel genggam itu.

"Apa ada yang sulit?" Perkataan itu menyentakku. Oh, dia. Orang disampingku.

Aku refleks menggeleng. "Sejauh ini sih belum." Kalian tahu mengapa aku memakai kata 'sejauh ini' ? Ya. Karena satu soal saja sudah menyangkut banyak rumus yang benar-benar bikin pusing. Aku saja baru setengah jalan di soal A.

Aku kembali memandangnya. "Bagaimana dengan mu, ehmm ....... " Aku bingung memanggilnya apa.

"Kookie. Namaku Kookie." Ujarnya dengan senyum kecil.

"Ooh. Hehe, aku Joy. Bagimana dengan mu, Kookie-ah?" Tanya Joy ulang.

Ia mengedikkan bahu. "Sudah ku kumpul." Refleks aku hanya mengangguk.

Namun sedetik kemudian melotot dan kembali memandangnya.
"WHAT?! SUDAH KAU KUMPUL?!!" Jelas sekali aku kaget. Rumus ini sangat-sangat rumit. Tapi--tapi bagaimana dia bisa secepat itu.

Anak-anak yang mendengar teriakan ku refleks melotot dan melihat ke arah Bu Taeyeon yang sedang mengoreksi satu buku, yaitu milik Kookie.

"Daebak!" Ucap kami semua serempak, kemudian kembali beraktifitas masing-masing. Bu Taeyeon sendiri tampak tidak peduli.

"Aishh... bagaimana bisa variabelnya tidak dibagi? Ah! Jangan-jangan rumusku salah." Gumamku penuh sesal. Sial. Sudah capek menghitung tapi hasilnya tetap tidak bisa dibagi. Memusingkan.

"Apa yang tidak bisa?"

"Eh? Kau mendengarku?" Dia mengangguk.

"Ooh. Ini. Kurasa, aku sudah memasukkan rumusnya dengan baik, tapi kenapa hasilnya tidak ketemu-temu? DAMN!" Rutukku dengan setengah kesal.

Setengahnya lagi frustasi.

Sial.

"Coba, biar kulihat sebentar." Ujarnya sembari mendekatkan kursinya dengan kursiku dan menunduk. Dia termasuk namja yang tinggi.

Deg.. deg..

Tunggu. Apa-apaan ini? Kenapa jantungku berdegup hanya karena jarak kami yang dekat. Tidak, tidak boleh. Begini-begini juga aku memiliki tipe.

"Apa kau sudah paham?" Tanya nya padaku.

Aku makah linglung. Memangnya tadi dia ngomong apa?

"Ck! Sudah ku duga kau tadi pasti sedang melamun. Sini! Biar aku yang kerjakan." Ujarnya sambil merebut pulpen dan buku ku.

Sedangkan aku? Hanya bisa melongo tidak jelas, apalagi saat dia mengembalikan buku dan pulpenku dengan cepat.

"Sana! Berikan pada Bu Taeyeon, sepuluh menit lagi bel."

Refleks aku mengangguk dan buru-buru mengumpulkannya. Untuk saat ini, sudah sepuluh buku diatas meja guru.

Saat aku kembali ke tempat duduk, aku menatap balik Kookie yang sedang menatapku. "Kamsahamnida, Kookie."

"A-ahh iya sama-sama."

Setelah itu, kami sama-sama diam menyaksikan kelas yang semakin riuh saat jam menunjukkan lima menit lagi bel istirahat.

Selamat berjuang teman-teman!

...

...

...

Kringg! Kringg!!

Bel pun berbunyi. Bu Taeyeon pun keluar begitu saja setelah kami semua memberi salam. Beruntung semuanya mengumpulkan tugas, tidak seperti pertemuan kemarin.

"Kookie-ah, ayo kantin?!" Ajakku.

Namun, dia hanya menggeleng. "Ehmm.. tidak dulu, maaf. Aku tidak ke kantin. Sudah bawa bekal sendiri."

"Mmm.. baiklah kalau begitu aku duluan, ya. Annyeong!"

Dia mengangguk.

Aku berjalan dengan sedikit.. sedih. Entahlah. Aku malah tak bernapsu.

Aku memutuskan untuk pergi ketempat yang selalu membuatku tenang.

Aku berlari melewati banyak anak tangga dan segera membuka pintu coklat yang sedikit berdebu itu.

Ceklek

Inilah tempat yang selalu membawaku dalam ketenangan saat menikmati semilir angin dan sinar matahari yang menerpa rambut panjangku, serta pemandangan sekitar sekolah.

Welcome to the rooftop.

📈📃📉

Hello everyone!
DON'T FORGET TO VOMENTS!
H
O
P
E
YOU LIKE MY STORY!
😊😊😊

NERDY BOY IN LUV {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang