Hari sudah sore. Seluruh karyawan perusahaan Adisatya bersiap untuk pulang. Begitu juga dengan Adira. Dia sedang menunggu taksi di depan pintu masuk kantor. Pada saat yang bersamaan, Langit tidak sengaja lewat.
" Pak..." sapa Adira pada Langit.
" Hai. Nunggu apa? " tanya Langit berhenti di dekat Adira.
" Taksi, Pak."
" Mau pulang? "
" Enggak. Mau nyusul Aldo ke rumah sakit. Nanti pulang bareng dia."
" Oo... Kenapa gak Aldo yang jemput kesini? "
" Masih ada pasien katanya, dia belum bisa pulang. Jadi saya aja yang nyusul kesana."
" Oh gitu. Hmmm... Yaudah kamu ikut saya aja biar saya antar ke rumah sakit."
" Ha? Eng, enggak... Gak usah, Pak, saya takut merepotkan."
" Enggak kok. Lagian kamu kan pacar sahabat saya, saya disuruh jagain kamu di kantor katanya. Hahaha..."
" Emang Aldo bilang begitu, Pak? "
" Iya. Yaudah yuk." Ajak Langit sambil berjalan menuju mobilnya yang sudah disiapkan satpam. Akhirnya Adira pun mengalah, dia mengikuti langkah Langit masuk ke dalam mobil.***
Langit memarkirkan mobilnya di depan pintu IGD kemudian turun bersama Adira dan masuk ke dalam.
" Bapak ikut turun juga? " Tanya Adira bingung."
" Iya sekalian mau ketemu sama Aldo." Jawab Langit santai.
" Oh..."
Mereka masuk ke dalam IGD dan menemukan Aldo sedang memeriksa pasien.
" Mba Adira." Panggil seorang perawat sast melihat Adira masuk. Adira pun menoleh.
" Hai." Sapanya pada perawat yang menyapanya.
" Mau nemuin Dokter Aldo ya? " tanya perawat itu.
" Iya. Masih sibuk kayaknya." Jawab Adira melihat Aldo yang masih memeriksa pasiennya.
" Tinggal satu kok, Mba. Tunggu aja, nih duduk dulu." Kata perawat itu sambil menyodorkan bangku.
" Dua ya, buat bos saya satu lagi. Dia sahabat Aldo dulu di SMA." kata Adira sedikit berbisik.
" Oh iya, sebentar." Kata perawat itu berjalan mencari sebuah bangku lagi. Sementara itu Langit masih berdiri dan berjalan-jalan di sekitar ruangan IGD. Dia memperhatikan beberapa dokter dan perawat yang sibuk dengan pasien masing-masing. Bintang yang tiba-tiba mendapat telepon ada pasien gawat langsung berlari ke IGD sambil mengikat rambutnya agar tidak berantakan. Bintang yang sedang sibuk dengan rambutnya tidak memperhatikan jalan di hadapannya sampai tidak sengaja menabrak seseorang.
" Bruuukkkk...." Bintang hilang keseimbangan dan akan jatuh ke lantai.
" Aaaaaaaa......" dia berteriak sambil menutup mata saking kagetnya. Untungnya tangan seseorang dengan cepat menahan tubuhnya sehingga tidak menyentuh lantai. Bintang membuka matanya saat menyadari bahwa tidak ada yang sakit pada tubuhnya. Sepertinya seseorang sudah menyelamatkannya sehingga dia tidak jadi terjatuh. Dia kaget saat menatap sepasang mata menatap tajam ke arahnya. Bola matanya bulat, alisnya tebal, rambutnya tertata rapi dan harum tubuhnya tercium jelas di hidung Bintang. Dia tidak asing dengan wajah dihadapannya itu. Semua orang di IGD pun memperhatikan mereka.
" Elo? " kata Bintang kaget saat mellhat seseorang yang menolongnya. Dia adalah Langit.
" Lepasin gue." Kata Bintang mencoba melepaskan tangan Langit yang menempel di tubuhnya. Secara spontan Langit melepaskan tubuh Bintang sehingga terjatuh ke lantai.
" Awwww...." teriak Bintang kesakitan saat Langit melepaskan tubuhnya.
" Aawww..." teriak beberapa orang disana yang melihat Bintang terjatuh. Bintang mencoba berdiri dengan cepat karena semua orang sedang memperhatikannya.
" Heh!! Kenapa lo ngejatuhin gue?? " protes Bintang kesal.
" Kan tadi elo yang minta dilepasin. Yaudah gue lepasin." Jawab Langit santai.
" Maksud gue itu lepasin tapi tunggu gue berdiri dulu." Lanjut Bintang lagi.
" Oh... Lo gak bilang." Sahut Langit santai.
" Arrgghhh..." teriak Bintang saking kesalnya.
" Dokter Bintang... Pasiennya apneu." Teriak seorang perawat memanggil Bintang. Bintang langsung menghentikan perdebatan itu dan berlari menuju bed pasien. Bintang langsung melakukan tindakan pijat jantung pada pasien itu. Langit yang penasaran dengan keadaan pasien berjalan mendekat dan melihat bagaimana Bintang dengan sigap melakukan prosedur. Ada sedikit rasa kagum di hati Langit saat melihat Bintang yang sedang bekerja. Bintang meminta perawat untuk menggantikannya melakukan pijat jantung, sementara dia mengambil alat defibrilator untuk membantu mengembalikan denyut jantung pasien. Langit memperhatikan semuanya dengan seksama.
" Posisi! Satu, dua, tiga..." Bintang meletakkan alat kejut listrik di dada pasien dan memberi instruksi pada para perawat. Dia melakukan kejut listrik itu beberapa kali, namun tidak ada respon. Bintang melakukannya kembali sampai akhirnya denyut jantung pasien kembali muncul di layar monitor.
" Denyut jantung kembali, Dok..." kata perawat memberi tahu. Bintang menghentikan tindakannya dan menghela nafas lega. Dia meletakkan alat itu ke tempatnya dan mengelap keringat di dahinya.
" Steteskop..." Bintang meminta steteskop pada perawat. Seorang perawat memberikannya. Bintang memeriksa suara jantung dan paru pasien itu. Bintang juga memeriksa matanya dengan penlight.
" Bu, tadi denyut jantung Bapak sempat berhenti. Tapi, saya sudah berhasil mengembalikan denyut jantungnya. Sekarang kondisi bapak dalam keadaan koma, untuk tau penyebabnya kita harus melakukan CT Scan. Setelah itu Bapak akan kita masukkan ke ruang ICU agar bisa dipantau pakai monitor." Kata Bintang menjelaskan pada keluarga pasien.
" Makasih, Dok. Makasih banyak." Kata istri pasien itu sambil menggenggam tangan Bintang.
" Iya, sama-sama, Bu. Nanti perawat akan meminta tanda tangan persetujuan dari keluarga untuk melakukan tindakan. Kalo begitu, saya permisi dulu ya." Kata Bintang sambil tersenyum.
" Iya. Sekali lagi terima kasih, Dok." Kata Ibu itu dan keluarganya tak henti berterima kasih pada Bintang. Bintang berjalan meninggalkan bed pasien dan tak sengaja melihat Langit yang sedang memperhatikannya sejak tadi.
" Urusan kita belum selesai. Ikut gue!" Kata Bintang sambil menarik tangan Langit. Langit yang kaget dengan tindakan Bintang itu hanya bisa pasrah. Bintang membawa Langit ke taman dekat IGD untuk berbicara.
" Ngapain sih narik-narik gue? " tanya Langit sambil menarik tangannya yang dipegang Bintang. Bintang pun kaget dengan tindakan Langit itu.
" Apa maksud lo ngejatuhin gue kayak tadi? Lo gak tau itu IGD? " tanya Bintang masih emosi.
" Tahu."
" Terus? "
" Ya kan lo yang minta lepasin, ya gue lepasin. Salah gue? Salah temen-temen gue? " tanya Langit dengan nada menggoda Bintang.
" Aarrgghhh... Kenapa gue sial banget sih hari ini?? Kenapa gue harus ketemu orang nyebelin kayak lo disini?? " teriak Bintang yang sudah tidak bisa menahan emosinya.
" Bintang..." tiba-tiba seseorang memanggilnya. Bintang menoleh, begitu juga dengan Langit.
" Aldo..." kata Bintang saat melihat Aldo dan Adira datang.
" Kalian saling kenal? " tanya Aldo bingung melihat Bintang dan Langit sedang ngobrol berdua.
" ENGGAK! " jawab mereka serempak. Aldo dan Adira saling menatap bingung.
" Terus ngapain beduaan disini? " tanya Aldo lagi.
" Siapa yang beduaan??? " tanya mereka serempak lagi. Aldo dan Adira semakin bingung.
" Dia nih narik-narik gue sampe kesini." Kata Langit sambil menunjuk Bintang.
" Soal yang di IGD tadi? " tebak Aldo mencoba mencari tahu.
" Iya. Dia udah ngejatuhin gue di depan semua pasien yang ada di IGD. Mau taruh dimana wajah gue, Do?? Apalagi gue pake snelli kayak gini." Kata Bintang kesal.
" Taruh di dengkul." Sahut Langit ngasal yang semakin membuat Bintang kesal.
" Lo punya sopan santun gak sih? Gue gak kenal sama lo dan lo juga gak kenal sama gue. Bisa gak kalo ngomong lebih sopan? " tanya Bintang emosi.
" Ya salah sendiri jalan gak lihat-lihat. Gue lagi berdiri malah lo tabrak. Berarti lo yang salah, jalan gak pake mata." Kata Langit membela diri.
" Elo!! Ngapain berdiri di tengah IGD? Lo kira itu pasar malam? " balas Bintang tak mau kalah.
" Eh, udah, udah... Kok jadi makin ribut sih. Kalian tuh kayak anak kecil berebut mainan tau gak? Masalah kayak gitu aja dibesar-besarin. Mending kalian saling minta maaf aja deh biar sama-sama enak." Kata Aldo mencoba melerai pertengkaran mereka.
" ENGGAK! " teriak mereka serempak. Aldo dan Adira menghela nafas panjang.
" Sampai kapan pun gue gak bakal mau minta maaf sama dia." Kata Bintang menunjuk Langit, kemudian berlalu pergi meninggalkan taman.
" Ih, aneh banget sih tuh cewek? " gumam Langit sambil melihat kepergian Bintang.
" Hadeehhh... Lo berdua ada-ada aja." Kata Aldo geleng-geleng kepala.
" Dia tuh yang aneh. Bawaannya marah-marah mulu. Gue udah dua kali jumpa dia hari ini dan dua-duanya gue diomelin." Kata Langit curcol.
" Ha? Lo kok bisa jumpa dua kali hari ini sama dia? " tanya Aldo bingung.
" Tadi siang pas gue pulang nganterin lo, gue gak sengaja mau nabrak dia. Awalnya gue mau minta maaf, tapi dia udah ngomel-ngomel. Ya gue urunginlah niat gue buat minta maaf." Kata Langit menjelaskan.
" Oo... Padahal selama gue temenan sama Bintang, dia anak yang baik lho." Kata Aldo membela Bintang.
" Bintang? " tanya Langit sambil mengernyitkan dahinya.
" Iya. Namanya Bintang, temen sejawat gue di spesialis bedah." Jawab Aldo menjelaskan. Langit hanya mengangguk-angguk sambil menatap Bintang yang berjalan semakin menjauh.
" Yaudah, kita pulang yuk. Makasih ya, Bro, udah nganterin Adira kesini." Kata Aldo berterima kasih pada Langit.
" Oh iya, sama-sama. Yuk pulang." Jawab Langit sambil berjalan menuju parkir. Parkiran mobil Langit dan Aldo kebetulan sedikit jauh. Jadi mereka berpisah di depan IGD dan menuju mobil masing-masing. Saat ingin masuk ke dalam mobil, Langit tak sengaja melihat seorang cewek yang tak jauh dari mobilnya sedang menendang-nendang ban mobil.
" Arrgghhh... Sial banget! Kenapa bisa kempes sih? " gumamnya ngedumel. Ternyata ban mobilnya kempes. Langit mencoba menghampiri cewek itu.
" Lo punya dongkrak gak? Biar gue bantuin gantiin bannya." Tanya Langit tanpa menyapa terlebih dulu.
" Kalo gue punya, udah gue panggil satpam buat gantiinnya." Omel cewek itu tanpa menoleh ke arah Langit. Langit menghela nafas panjang kemudian menuju mobilnya. Dia membuka jasnya dan mengambil peralatan di bagasi mobil, lalu kembali ke mobil cewek tadi.
" Minggir. Biar gue gantiin ban mobil lo." Kata Langit mencoba bersikap baik. Cewek itu pun minggir dan menatap wajah Langit. Ada rasa ketertarikan di wajahnya saat melihat wajah Langit. Ya, cewek mana pun tidak akan bisa menolak ketampanan wajah Langit. Langit memulai aksinya diikuti oleh tatapan perempuan itu. Setelah beberapa menit, Langit selesai mengganti ban mobil perempuan itu. Dia berdiri dan bersiap untuk pergi.
" Tunggu..." panggil perempuan itu menahannya. Langit menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
" Makasih ya. Gue Jeha..." kata perempuan itu sambil mengulurkan tangan.
" Gue Langit... Tangan gue lagi kotor, gak bisa nyambut uluran tangan lo." Balas Langit sambil menunjukkan tangannya yang kotor bekas mengganti ban tadi. Tak lupa dia memberikan senyum termanisnya pada perempuan yang bernama Jeha itu. Kemudian dia pergi tanpa mengatakan apa-apa. Jeha yang melihat senyuman maut Langit itu langsung klepek-klepek.
" Aaaaaa..... Ya Tuhaannn... Jadikan cowok itu jodohku pliissss..." teriak Jeha saking senangnya.
" Uppsss..." kata Jeha menutup mulut saat tersadar dia baru saja melakukan hal konyol. Kemudian dia masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit & Bintang
RomanceBagaimana jadinya jika dalam hidupmu harus menjalani pernikahan tanpa rasa cinta? Tersiksa bukan? Itulah yang dirasakan oleh Langit dan Bintang. Pernikahan kontrak yang awalnya menyeramkan, perlahan mulai menemukan titik terang. Cinta datang karena...