Part 24

1.3K 29 3
                                    

Malam harinya mama bersikeras untuk menjaga papa di rumah sakit. Alhasil Langit yang menemani mamanya, sementara Bintang tidur sendiri di apartemen. Mereka tidak mungkin tidur bertiga disana, terlalu ramai. Sejak tadi sore Bintang merasa kepalanya pusing. Awalnya dia masih mengabaikan karena berpikir itu akan hilang dengan sendirinya. Tapi sampai malam ini kepalanya masih terasa sakit. Bintang merasa dia mungkin terlalu lelah akhir2 ini, apalagi sejak papa masuk rumah sakit. Akhirnya dia memutuskan untuk memejamkan mata dan berharap besok sakit kepalanya akan hilang.

***

Bintang tebangun karena merasa sesuatu ingin keluar dari mulutnya. Dia langsung berlari ke kamar mandi dan muntah2.
" Hueeekkk..." begitulah dia mencoba mengeluarkan apa yang membuatnya mual. Bintang merasa ini karena sakit kepalanya sehingga dia merasa mual. Pusing yang masih berlanjut ditambah rasa mual dan enek, dia juga merasakan badannya pegal2. Mungkin dia benar2 kelelahan dan harus beristirahat. Tapi tidak, dia teringat akan pakaian dan sarapan suami dan mertuanya di rumah sakit. Dia mengabaikan rasa sakitnya dan bersiap untuk memasak sarapan. Saat hendak keluar kamar mandi, Bintang melihat pembalut yang terletak di nakas dekat westafel. Kemudian dia teringat akan sesuatu.
" Kok aku belum datang bulan ya..." gumamnya. Dia langsung berlari keluar mengambil hpnya. Dia membuka catatan dan melihat jadwal haid terakhirnya.
" Tiga mei..." kata Bintang syok. Itu berarti dia sudah telat dua bulan sejak haid terakhirnya sampai hari ini.
" Jangan-jangan..." tebak Bintang saat berpikir bahwa dia sedang hamil.
Bintang kembali ke kamar mandi dan mencari test pack di nakas dekat westafel. Dia memang menyediakan beberapa test pack disana, apalagi saat dia sudah berhubungan intim dengan Langit untuk pertama kali. Bintang memutuskan untuk melakukan test pack agar semuanya jelas. Selesai menampung urin dan meneteskannya di stik, Bintang pun menunggu dengan jantung berdebar.
" Tiittt... Tiiittt..."
Suara test pack berbunyi dan menampilkan kata "YES" di dalam simbol berbentuk hati.
" AKU HAMIL? " kata Bintang syok. Dia baru menyadari bahwa pusing dan mual yang dia alami ini karena dia sedang hamil. Bintang terduduk di toilet sambil memandangi test pack digenggamannya. Dia kembali teringat setiap detik Langit menyentuh tubuhnya. Bagaimana mereka sering melakukan hubungan intim itu kapan pun dan dimana pun. Bintang pun teringat dengan kalimat Langit saat dia menanyakan kesiapan untuk memiliki anak.
" Saat aku memutuskan untuk bercinta dengan kamu, saat itu aku akan bertanggung jawab dengan apapun yang akan terjadi sama kamu."
Begitulah kata2 Langit yang membuat Bintang menyadari kalau ini adalah kabar yang mereka inginkan.
Bintang tersenyum kemudian bergegas untuk ke rumah sakit menemui suaminya.

***

Bintang membuka pintu ruangan papa dan melihat Langit dan mama sudah bangun.
" Pagi." Sapa Bintang sambil meletakkan semua bawaannya di atas meja.
" Pagi, Nak." Balas papa dan mama. Sedangkan Langit langsung berdiri dan menyambut istrinya.
" Pagi, Sayang." Bisik Langit di telinga Bintang, lalu mencium pipinya.
" Nih aku bawain sarapan buat kamu, papa dan mama." Kata Bintang sambil menyiapkan makanan yang dibawanya.
" Hmmm... Wanginya enak banget." Kata mama berjalan mendekat.
" Hehehe..." Bintang hanya cengengesan.
Selesai menyiapkan sarapan untuk suami dan mertuanya, Bintang keluar sebentar untuk menemui Cindy, temannya yang juga dokter spesialis kandungan. Dia ingin berkonsultasi dan memastikan soal kehamilannya.
" Tok... Tok... Tok..." Bintang mengetuk pintu poli Obgyn.
" Hai, Bin." Sapa Cindy saat melihat kehadiran Bintang.
" Hai, Cin."
" Ada apa nih pagi2 kesini? " tanya Cindy ramah.
" Gue mau konsul."
" Soal nyeri saat berhubungan lagi? "
" Bukaannn... "
" Oh... Terus? "
" Tadi pagi gue test pack dan hasilnya positif."
" Wow, selamat ya..."
" Hm makasih... Tapi, gue mau USG buat mastiin lagi."
" Boleh, boleh. Sini naik biar gue cek." Kata Cindy semangat. Bintang pun naik ke tempat tidur dan mengangkat bajunya. Cindy menumpahkan gel di atas perut Bintang, kemudian mulai menggunakan USG di area yang sudah dilumuri gel.
" Hmmm... Udah lumayan lho ini, Bin." Kata Cindy sambil melihat layar monitor.
" Lumayan apa? " tanya Bintang bingung.
" Usianya sekitar delapan minggu." Kata Cindy lagi.
" Berarti udah dua bulan donk? Emang hari pertama haid terakhir gue itu tanggal tiga mei, Cin."
" Oh iya pantesan... Dan lo baru tahu kalo lo hamil? " tanya Cindy bingung.
" Iya. Gue ngerasa pusing dan mual gitu tadi pagi. Terus tiba2 ingat kok gue belum haid ya..."
" Oo gitu... Baguslah, berarti ini calon bayi gak ngerepotin mamanya. Gak buat muntah2 dan lemes."
" Alhamdulillah, Cin..."
" Suami lo udah tau belum? " tanya Cindy.
" Belom. Gue mau mastiin dulu sama lo baru ngasih tau dia. Soalnya gue takut kalo cuma dari tes pack doank."
" Hehehe... Sekarang udah bisa ngabarin suami lo kalo lo positif hamil. Dia pasti seneng banget dengan kehamilan anak pertama kalian ini." Kata Cindy turut bahagia. USGnya sudah selesai. Dia memberi tisu pada Bintang udah membersihkan sisa gel di perut.
" Iya. Makasih ya, Cin. Akhirnya gue lega udah mastiin sama lo."
" Iya, sama2. Nih hasilnya bawa aja biar bisa nunjukin sama Langit." Kata Cindy sambil memberikan dua lembar kertas hasil USG.
" Oh iya makasih."
" Sama2. Dijaga ya kandungannya, soalnya masih trimester pertama. Nanti gue kasih resep buat vitaminnya. Jangan capek2 banget, bilangin sama Langit jangan sering2 nengokin calon bayinya dulu." Kata Cindy memberi nasihat.
" Hm? Maksud lo? " tanya Bintang bingung.
" Iya, jangan sering2 masukin juniornya dulu untuk bertamu ke tempat lo. Soalnya trimester pertama masih rentan. Nanti deh tunggu masuk trimester dua atau tiga baru hajar tuh..." goda Cindy.
" Oh hahaha... Lo ini. Yaudah kalo gitu gue cabut dulu ya. Makasih, Cin."
" Iya. Daahh."
" Iya. Daahh..."
Bintang menaruh kertas USG ke dalam tasnya lalu kembali ke ruangan papa.

Langit & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang