Part 23

1K 25 1
                                    

Langit berjalan menuju ruangan Gisel seperti orang yang ingin memakan manusia. Tatapannya tajam membuat siapapun takut. Dia melewati meja sekretaris Gisel begitu saja.
" Eh, Pak Langit... Tunggu..." teriak sekretaris Gisel, tapi Langit tak menghiraukannya.
" Kreeekkk..." Langit membuka pintu ruangan Gisel dan melihat Gisel sedang duduk sendiri disana.
" Maaf, Bu, Pak Langit tidak mendengarkan saya..." kata sekretarisnya takut.
" Kamu boleh pergi." Kata Gisel mengangguk.
" Baik, Bu. Permisi."
Setelah sekretarisnya pergi, Gisel langsung berdiri dan berjalan ke arah Langit.
" Ada apa, Lang? "
" Apa maksud kamu nyebarin berita itu ke media? " tanya Langit to the point.
" Kan udah aku bilang, kalo kamu gak ngikutin permainan aku, aku akan buka rahasia kamu ke publik." Kata Gisel santai.
" Terus sekarang kamu puas? "
" Belum. Kecuali kamu mau menandatangi ini..." kata Gisel sambil memberikan selembar kertas. Langit mengambil dan membacanya.
" Surat perjanjian?? Saya yg bertanda tangan di bawah ini, Langit Bumi Adisatya, akan menceraikan Bintang tepat saat enam bulan pernikahan dan akan menikah drngan Gisel Faustina..." kata Langit membaca surat itu.
" Sel, lo gila ya! " sahut Awan yang mendengar isi surat itu.
" Kenapa, Wan? Lo kan tau gue cinta banget sama sahabat lo ini." Balas Gisel sambil melirik Langit.
" Kamu apa2an sih? Orang2 akan ketawa kalo baca surat perjanjian kayak gini. Kamu malu2in diri sendiri, Sel..." kata Langit tak percaya.
" Aku gak peduli yang penting aku bisa nikah sama kamu."
Dddrrrttt... Perdebatan itu terhenti saat hp Langit bergetar.
" Ya, Ma? " jawab Langit yang ternyata itu adalah mamanya.
" Lang, papa masuk rumah sakit." Teriak mama dari seberang.
" APA? Rumah sakit? "
" Iya. Tadi dia pingsan setelah nonton berita tentang kamu."
" Oh, damn it! Rumah sakit mana, Ma? "
" Harapan Ibu."
" Harapan Ibu? Yaudah, aku segera kesana."
Klik! Telepon terputus.
" Kenapa, Lang? " tanya Awan ikutan panik mendengar pembicaraan Langit di telepon.
" Bokap masuk rumah sakit."
" Apa??? " teriak Awan dan Gisel bersamaan.
" Gue harus kesana." Kata Langjt sambil berlari pergi.
" Gue ikut." Awan menyusul langkah Langit.
Gisel mengambil tasnya dan bersiap menyusul juga.

***

Saat tiba di rumah sakit, Langit langsung ke IGD. Disana tampak mama yang sedang duduk di ruang tunggu.
" Ma..." panggil Langit menghampiri mamanya. Disusul oleh Awan.
" Lang..." mama langsung memeluk Langit.
" Gimana keadaan papa? "
" Belum tau, Bintang lagi nemenin dokter spesialis jantung di dalam."
" Bintang udah tau? "
" Udah. Tadi mama langsung nelpon dia."
" Ma, maafin aku ya. Semua ini gara2 aku..."
" Lang, kenapa bisa sampe bocor ke media? "
" Huuuffttt... Aku minta maaf, Ma."
Tiba2 Bintang keluar dan menghampiri mama dan Langit. Mama melepaskan pelukan Langit.
" Bin, gimana keadaan Papa? " tanya Langit.
" Serangan jantung, Lang. Tapi, udh ditangani sama dokter spesialis jantung. Papa harus masuk ICCU ( Intensive Care Cardiologi Unit ) karena kesadarannya menurun." Kata Bintang menjelaskan.
" Ya Allah... Tolong lindungi suamiku..." kata mama mulai menangis.
" Ma..." Bintang memeluk mama.
Mama menangis di pelukan Bintang.
" Papa bisa sembuh kan? " tanya mama takut.
" Insya Allah, Ma. Bintang akan follow up terus ke dokter jantungnya. Mama tenang ya." Kata Bintang mencoba menenangkan mama.
" Wan, tolong bawa nyokap keluar dulu biar tenang." Bisik Langit.
" Oke, Bro." Sahut Awan yang ikut terpukul dengan ini.
" Tante, kita keluar dulu yuk biarTante bisa tenang. Nanti kalo Om mau masuk ruangan, kita kesini lagi." Kata Awan membujuk mama.
" Iya, nanti Bintang telepon kalo papa mau masuk ruangan ya." Kata Bintang menambahi.
" Tolong selamatkan papa kamu, Nak." Kata mama sambil menggenggam tangan Bintang.
" Insya Allah, Ma. Kita berdoa sama2 ya." Balas Bintang mencoba menguatkan. Mama pun pergi sambil di bopong oleh Awan. Kini hanya tinggal Langit dan Bintang berdua.
" Lang..." panggil Bintang menghampiri Langit.
" Ini semua salahku. Arrgghhh..." geram Langit memukul tembok.
" Hei..." kata Bintang sambil menarik tangan suaminya.
" Ini salah kita berdua, jangan menyalahkan diri kamu sendiri." Kata Bintang menggenggam tangan suaminya.
Langit menatap Bintang tajam, lalu memeluk istrinya erat. Dia memeluknya hingga Bintang merasa sulit bernafas.
" Aku disini..." kata Bintang sambil mengelus kepala belakang Langit.
" Aku takut, Bin... Aku takut papa kenapa2." Bisiknya pelan.
" Sssttt... Insya Allah semua akan baik2 saja..." balas Bintang menenangkan suaminya. Langit semakin mengencangkan pelukannya. Pelukan Bintang mampu mengurangi sedikit beban di hatinya.
Gisel melihat adegan itu dari jauh. Hatinya sakit melihat keadaan Langit hancur seperti itu.
" Seharusnya aku yang kamu peluk itu, Lang, bukan dia..." gumam Gisel kecewa. Dia berlari pergi meninggalkan IGD rumah sakit Harapan Ibu.

Langit & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang