Part 6

781 28 3
                                    

Mohon maaf atas keterlambatan cerita ini. Maklum, saya lagi sibuk banget. Hehehe... Happy reading!











" APA??? Satu milyar??? " tanya Heidy kaget saat Bintang menceritakan masalah panti padanya. Bintang mengangguk lesu.
" Mau dapet dari mana uang sebanyak itu, Bin? Penghasilan dari restoran gue aja satu bulan paling gede cuma bisa dapet tiga puluh juta. Sementara lo perlu satu milyar dalam waktu satu bulan..." kata Heidy shock.
" Itu makanya gue pusing banget nih..." kata Bintang sambil memijit-mijit kepalanya.
" Tabungan lo ada berapa? " tanya Heidy sambil menikmati makan malamnya.
" Lima ratus juta..."
" Tuh, masih kurang banyak. Dan gak mungkin lo pakai semua, ntar lo gak ada simpanan lagi."
" Aduuuhhh... Gue harus cari uang segitu banyak dari mana? " tanya Bintang sambil memukul-mukul kepalanya.
" Lo udah coba tanyain ke temen-temen lo? "
" Udah. Tapi mereka paling cuma bisa minjemin sepuluh jutaan. Masih banyak kurangnya, Hei..."
" Ya iyalah. Zaman sekarang nyari satu milyar dalam satu bulan dari mana coba? " gumam Heidy ikutan bingung. Mereka terdiam beberapa saat. Suasana menjadi hening. Mereka saling mencari ide masing-masing. Dua menit... Lima menit...
" Bin, gue ada ide!! " seru Heidy tiba-tiba yang mengagetkan Bintang.
" Ide apa? " tanya Bintang tanpa ekspresi.
" Pinjem ke bos lo di kantor aja. Pasti dia punya uang segitu banyak." Kata Heidy memberi ide.
" Langit maksud lo? " tanya Bintang memastikan.
" Iyalah, emang bos lo siapa lagi? " kata Heidy balik bertanya.
" Ogah ah... Gue kan baru kerja disitu. Lagian hubungan gue sama Langit gak bagus-bagus amat. Malu donk gue tiba-tiba datang mau pinjem uang segitu banyak." Tolak Bintang mentah-mentah.
" Yaelah, Bin... Singkirin dululah gengsi lo itu. Yang penting lo bisa dapetin uang dan nebus panti supaya panti gak digusur." Kata Heidy menasihati.
" Lo gak ada saran lain apa? " tanya Bintang mulai kesal.
" Enggak. Itu satu-satunya ide gue yang gue rasa masuk akal. Lo bayangin deh... Seorang direktur utama perusahan ternama, Adisatya, masa gak punya uang buat dipenjemin satu milyar? Kan gak mungkin."
" Iya, pasti dia punya. Cuma yang gak mungkin itu adalah... Dia mau minjemin uang segitu banyak ke gue." Kata Bintang pesimis.
" Dicoba dulu donk. Lo kan belum nyoba, kok udah nyerah sih? "
" Gue males ah minjem sama Langit..."
" Yaudah, terserah lo. Kalo emang lo mau ngelihat panti digusur sih... Ya gak papa." Kata Heidy menyerah membujuk Bintang. Kemudian dia masuk ke dalam kamar dan meninggalkan Bintang sendiri di dapur. Bintang terdiam dan merenung sendiri. Dia mencoba memikirkan kata-kata Heidy yang tadi.

***

Pagi ini Langit datang ke kantor lebih awal karena ada rapat dengan klien dari luar kota. Shinta yang berdiri di sampingnya tampak sibuk mempersiapkan semuanya.
" Kamu udah siapkan power pointnya kan? " tanya Langit saat di dalam lift.
" Sudah, Pak."
" Bagus."
Mereka kemudian menunggu sampai lift tiba di lantai tujuh. Setelah pintu lift terbuka, Langit langsung berjalan menuju ruangannya untuk mengambil beberapa dokumen penting, sementara Shinta kembali ke mejanya untuk mengecek segala keperluan rapat.
" Tok... Tok... Tok..." terdengar suara ketukan pintu saat Langit sedang menyiapkan dokumen di mejanya.
" Masuk." Sahut Langit tanpa menoleh ke arah pintu.
" Misi, Pak..." kata seorang cewek yang muncul dari balik pintu. Langit yang mengenal suara itu langsung menoleh.
" Bintang? " kata Langit kaget saat melihat Bintang disana.
" Hmmm... Ada yang mau saya bicarakan sama Bapak." Kata Bintang ragu.
" Soal apa? " tanya Langit bingung. Tumben sekali Bintang sepagi ini sudah mencarinya dan ingin membicarakan sesuatu yang kelihatannya begitu penting.
" Euummm....." Bintang tampak ragu memulai percakapan.
" Tok... Tok... Tok..." terdengar suara ketukan pintu lagi.
" Masuk." Sahut Langit sambil terus menunggu Bintang mulai bicara.
" Pak, klien sudah datang." Kata Shinta yang membuat konsentrasi Langit pecah.
" Oh, oke... Saya segera kesana." Kata Langit cepat. Shinta mengangguk dan menutup pintu kembali.
" Bintang... Saya rapat dulu. Nanti setelah selesai rapat, kita akan bicara lagi. Kalo kamu mau, kamu bisa tunggu disini aja. Lagian jam segini kan belum ada pasien di poli." Kata Langit sambil melihat jam tangannya.
" Oh, iya..." jawab Bintang sambil mengangguk. Langit membawa beberapa dokumen dan langsung pergi meninggalkan Bintang di ruangannya. Dia tampak buru-buru sekali. Bintang menghela nafas panjang karena dari tadi dia sangat takut untuk memulai pembicaraan dengan Langit.

Langit & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang