Part 29

496 14 0
                                    

Gisel membawa papanya yang di dorong dengan brankar ke dalam IGD. Mamanya juga ikut serta.
" Maaf, Bu, kalian silakan nunggu di luar. Dokter mau meriksa keadaan pasien dulu." Seorang perawat menghalangi Gisel dan mamanya.
" Tolong selametin papa saya, Sus."
" Iya. Kami pasti akan melakukan yang terbaik."
" Sreeetttt..." perawat itu menutup tirai. Gisel dan mamanya menunggu dengan cemas di luar.
Saat pulang dari kantor, tiba2 papa Gisel jatuh di depan pintu kamar. Sudah beberapa hari ini dia mengeluhkan sakit kepala. Tapi, dia mengabaikannya dan menganggap itu hanya sakit kepala biasa. Sampai akhirnya hari ini dia tiba2 jatuh pingsan. Gisel dan mamanya yang melihat kejadian itu langsung membawanya ke rumah sakit.
Seorang perawat berlari keluar dan mengambil sesuatu, kemudian seorang perawat lagi pun keluar sambil berlari.
" Hubungi dokter bedah umum." Kata seorang perempuan yang memakai jas putih, dia adalah dokter triase di IGD itu.
" Baik, Dok." Sahur perawat yang satu.
Gisel melihat papanya dipasang alat2 yang dihubungkan ke monitor. Yang lain sedang mencari nadi untuk pemasangan infus, ada juga yang memakaikan sungkup untuk oksigen. Semua bekerja sangat cepat dan sigap.

***

Bintang memegangi Langit keluar dari kamar mandi. Dia baru saja membantu memandikan suaminya. Langit duduk di tepi kasur belum memakai baju, hanya celana dari rumah sakit. Bintang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Langit menggosok2an rambutnya yang belum kering ke dada Bintang.
" Lang, basah donk..." kata Bintang tertawa. Langit melihat bekas basahan rambutnya itu membuat dada Bintang nyeplak. Dia langsung menciumnya dan memeluk pinggang istrinya dengan satu tangan karena tangan kanannya masih memakai splint.
" Seneng deh kalo dimandiin tiap hari." Katanya manja.
" Huu... Dasar." Balas Bintang menutup wajah suaminya dengan telapak tangannya.
Tiba2 hp Bintang berdering. Bintang mengambilnya di meja samping tempat tidur dan kembali ke arah Langit.
" Halo." Bintang menjawab panggilan masuk.
" Dokter Bintang..."
" Ya? "
" Dok, ini perawat dari IGD."
" Ya, kenapa? "
" Maaf sebelumnya mengganggu, Dok. Tapi, ini di IGD lagi ada pasien laki2, usia enam puluh tahun yang tiba2 jatuh pingsan dengan GCS 8. Kami udah mencoba menelpon dr.Aldo, tapi hp beliau tidak aktif. Kami juga telpon dr.Melki tapi beliau sedang ada operasi jadi tidak bisa visite pasien. Apa bisa dokter Bintang yang menangani, Dok? Soalnya keluarga pasien sudah menunggu." Perawat itu menjelaskan panjang lebar. Sementara itu, Langit menciumi pipi dan leher Bintang yang sedang mendengarkan. Bintang hanya mengelus2 rambut suaminya.
" Iya, tapi kan saya hari ini udah izin gak masuk. Saya lagi merawat suami saya di VIP." Kata Bintang memberi pengertian.
" Iya, kami tau, Dok. Tapi, tolong banget, Dok, soalnya gak ada dokter bedah umum yang bisa datang. Kondisi pasien tensinya makin turun, Dok." Lanjut perawat itu lagi.
" Huuufffttt... Yaudah, saya kesana sekarang." Bintang menghela nafas panjang.
" Makasih, Dok, makasih banyak."
Klik! Telepon terputus.
" Kenapa? " tanya Langit menghentikan aksinya.
" Aku harus ke IGD sekarang."
" Ha? Ngapain? "
" Ada pasien lagi gawat. Gak ada satu pun dokter bedah umum yang bisa kesana. Mau gak mau, aku harus lupakan izin cutiku hari ini."
" Terus aku gimana? "
" Ya tunggu bentar, gak lama kok. Aku lihat pasiennya dulu."
" Kok bisa sih orang lagi cuti disuruh ke IGD? " tanya Langit tak terima.
" Namanya IGD gak pernah libur, kalo IGD libur bisa demo satu Indonesia. Nih, pake bajunya dulu." Kata Bintang mengambil baju Langit di sofa.
" Jadi beneran mau kerja nih? "
" Ya gimana, tuntutan profesi. Dokter udah disumpah untuk lebih mementingkan kepentingan pasien di atas kepentingan pribadi. Mau gak mau aku harus taati sumpah itu." Kata Bintang pasrah.
" Huuffttt... Baru mau enak2an dikit." Gumam Langit kesal.
" Enak2an apa? " tanya Bintang curiga.
" Ya manja2an sama kamu. Aku pengen dipelukin seharian." Kata Langit yang kambuh manjanya.
" Iya, nanti dipelukin. Tapi, sekarang aku kerja dulu ya." Kata Bintang setelah memastikan semua kebutuhan Langit sudah tersedia di dekat tempat tidurnya.
" Cium dulu." Kata Langit memonyongkan bibirnya.
" Cup." Bintang menempelkan bibirnya dan menariknya lagi.
" Gak gitu." Protes Langit.
" Terus? "
Langit menarik tubuh Bintang dan melumat bibirnya dalam. Dia menjelajahi tiap inci, tak lupa tangannya menahan tubuh Bintang agar tidak menjauh. Langit melepas ciumannya saat merasa sudah puas.
" Jangan lama2 ya, aku sendirian nih."
" Iya." Kata Bintang sambil membersihkan bibir Langit yang kemerahan karena bekas lipstiknya.
" Bye."
" Bye."

Langit & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang