Gisel yang sedang duduk santai di ruangannya kaget saat pintu tiba2 dibuka oleh seseorang.
" Braakk!!! "
" Pak Langit..." teriak sekretarisnya dari belakang. Langit sudah berdiri di hadapan Gisel dengan wajah siap menerkam. Jujur, Gisel merasa takut dengan ekspresi Langit seperti itu.
" Bu, saya sudah larang tapi Pak Langit tetap bersikeras untuk masuk." Kata sekretarisnya kewalahan menahan langkah Langit.
" Kamu boleh pergi." Perintah Gisel.
" Baik, Bu." Sekretarisnya langsung buru2 pergi dan menutup pintu.
" Lo itu udah gila ya?? Ngapain lo nyuruh orang buat nyelakain Bintang? Lo mau lihat gue ngamuk?? " tanya Langit to the point. Gisel sangat mengerti jika Langit menggunakan kata "lo-gue" padanya, artinya dia memang sudah sangat marah.
" Lang... Kamu ngomong apa sih? " tanya Gisel pura2 tak mengerti.
" Udah cukup semua drama yang lo buat, Sel. Kalo lo nyelakain gue atau ngancurin perusahaan, gue bisa terima. Tapi, kalo lo udah berani nyentuh istri gue, gue gak akan tinggal diam!! " kata Langit penuh enosi.
" Cukup, Lang, cukup!! Aku gak mau kamu sebut nama perempuan itu didepanku lagi. Dia udah merebut kamu dariku!! " teriak Gisel.
" Lo lupa ya? Lo yang ninggalin gue saat gue berharap penuh pada lo. Waktu gak bisa diulang, Sel, sekarang lo udah gak ada apa2nya buat gue! "
" Bohong!! Kamu pasti bohong!! Kamu masih cinta kan sama aku? Kamu cuma mau buat aku marah dengan pura2 mencintai Bintang kan? " kata Gisel yang mulai menangis.
" Sekali2 coba deh lo ke psikiater, kayaknya lo perlu berobat biar otak lo sehat lagi." Kata Langit yang tak bisa menahan emosinya lagi.
" Lang... Aku cinta sama kamu..."
" Gue gak cinta sama lo!! Tolong mengerti, gue sangat mencintai Bintang, dia sedang mengandung anak gue..." kata Langit menegaskan. Hati Gisel seperti tertusuk pisau mendengarnya. Rasanya dia tidak rela membayangkan Langit telah bercinta dengan Bintang hingga Bintang bisa hamil anak mereka. Dulu saat pacaran, Langit bahkan tidak pernah mencium bibirnya sekali pun.
" Sel, ini terakhir kalinya gue peringatkan sama lo... Tolong jangan ganggu gue dan Bintang lagi. Gue sangat menghargai lo dan kedua orang tua lo yang juga sahabat orang tua gue. Gue gak akan bawa kasus ini ke ranah hukum asal lo bisa berubah. Kalo sampe lo berani nyentuh Bintang lagi sedikit pun, gue gak akan segan2 masukin lo ke penjara!! " ancam Langit dengan emosi memuncak. Gisel syok mendengarnya, dia tidak menyangka Langit akan mengucapkan kalimat ancaman seperti itu.
" Lang..."
Belum sempat Gisel berbicara, Langit langsung pergi meninggalkan ruangannya. Dia tidak ingin menjadi lebih emosi lagi dan melakukan hal bodoh disana.
Gisel menangis hingga terduduk di lantai melihat kepergian Langit. Hatinya hancur sehancur2nya saat melihat Langit membela Bintang sekeras itu. Dia merasa tidak ada apa2nya dibandingkan Bintang saat dia berpacaran dengan Langit dulu. Langit benar2 sudah pergi, dia tidak bisa mendapatkannya lagi.
" Leo, Ibu dimana? " tanya Langit dari telepon saat dia tiba di parkiran.
" Rumah sakit, Pak. Ibu lagi melayani pasien."
" Oke, makasih."
Klik! Telepon terputus. Langit menyalakan mobil dan pergi menuju rumah sakit untuk menemui istrinya, Bintang.***
Pasien poli bedah sedang sepi, Bintang menerima telepon dari Heidy. Heidy menanyakan bagaimana keadaan Bintang setelah kejadian yang tak menyenangkan kemarin. Bintang berdiri sambil menghadap kaca jendela, dia membelakangi pintu masuk. Perawat poli yang melihat poli sedang sepi, menyempatkan diri untuk pergi ke toilet.
Langit tiba di rumah sakit dan langsung menuju poli bedah.
" Leo..." panggilnya saat melihat Leo berdiri di depan pintu.
" Pak Langit? " kata Leo kaget melihat kedatangan bosnya.
" Ibu mana? "
" Di dalam, Pak."
Langit langsung masuk dan menutup pintu.
" Oke, Hei. Bye." Kata Bintang menutup pembicaraan.
Klik! Telepon terputus.
Langit dengan cepat menarik pinggang Bintang dan mencium bibirnya. Bintang kaget dan hampir melawan. Tapi saat dia mengetahui itu adalah suaminya, dia hanya diam dan menikmati bibir Langit yang sedang melumat bibirnya.
Ciuman itu terlepas setelah beberapa detik. Langit dan Bintang membuka mata.
" Aku mau nemenin kamu USG." Kata Langit saat mengingat tadi pagi Bintang memberi tahu bahwa hari ini dia akan kontrol hari ini untuk melihat calon anak mereka. Bintang mematung tanpa ekspresi.
" Sayang? " panggil Langit.
Bintang kemudian mengangguk cepat walaupun masih dengan wajah bingung.
" Yuk." Ajak Langit menarik tangan Bintang.
Bintang pun hanya menurut walau di kepalanya muncul berbagai pertanyaan kenapa Langit tiba2 bisa ada disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit & Bintang
RomanceBagaimana jadinya jika dalam hidupmu harus menjalani pernikahan tanpa rasa cinta? Tersiksa bukan? Itulah yang dirasakan oleh Langit dan Bintang. Pernikahan kontrak yang awalnya menyeramkan, perlahan mulai menemukan titik terang. Cinta datang karena...