Part 28

930 29 7
                                    

Selama di perjalanan, mereka hanya diam. Bintang mengalihkan pandangannya dari Langit, dia hanya menatap ke arah kaca mobil. Begitu sampai di apartemen, Bintang keluar dari mobil dan berjalan masuk dengan teburu2.
" Jangan cepat2, nanti jatoh." Teriak Langit, tapi dia tidak peduli. Dia menekan tombol lift dan langsung masuk, Langit mengikuti dari belakang.
TING! Lift terbuka di lantai lima belas. Bintang berjalan keluar tanpa sepatah kata pun. Saat di ruang tamu, Langit langsung menarik lengannya cepat.
" Hei, hei, udah, udah..." kata Langit memeluk pinggang istrinya.
" Apaan sih? " kata Bintang masih kesal. Sejujurnya Bintang juga bingung kenapa dia bisa sekesal itu pada Langit, padahal dia bukanlah tipe pencemburu. Baginya, kepercayaan adalah kunci dari sebuah komitmen. Dia sangat percaya sama Langit, bahwa suaminya tidak akan melakukan yang aneh2 di belakangnya. Tapi, sejak hamil semua sifat aneh Bintang keluar. Dia lebih sensitif dan cemburuan, apalagi kalau Langit ngobrol dengan perempuan lain. Mungkin karena perubahan hormon pada ibu hamil.
Langit tersenyum melihat wajah cemberut istrinya.
" Kenapa senyum2? " tanya Bintang bingung.
" Kamu lucu kalo lagi ngambek."
" Apaan sih..." gumam Bintang.
" Udah donk ngambeknya. Aku gak ada apa2 sama Poppy. Iya, kita emang udah lama kenal dan dulu waktu kecil sering main bareng karena Papa kita temenan. Cuma itu doank, gak lebih." Kata Langit mencoba menenangkan Bintang.
" Harus banget kamu bilang ke Shinta gak mau diganggu? " tanya Bintang masih dengan nada kesal.
" Ya kan memang begitu tiap ada klien."
" Mana ada klien datang dengan baju seksi dan ngobrol berduaan? "
" Huufffttt..." Langit menghela nafas panjang. Dia menundukkan kepala dan memejamkan mata sebentar. Mencoba mencari cara agar Bintang tidak marah terus menerus.
" Oke, aku minta maaf kalo kamu gak suka." Kata Langit meminta maaf. Baginya tidak ada gunanya membela diri di saat Bintang sedang marah. Dia paham betul perubahan emosi istrinya yang sedang hamil. Bintang tak menjawab saat mendengar permintaan maaf itu.
" Aku gak akan ketemu sama klien perempuan berduaan lagi. Kalo nanti Poppy main ke kantor, aku akan minta Shinta untuk nemenin di dalam." Kata Langit mencari solusi. Dia terus mencoba menenangkan Bintang. Bintang menatap tajam wajah Langit, mereka terdiam beberapa saat.
" Haaahhh..." Bintang menghela nafas panjang dan menyapu jidatnya dengan telapak tangan.
" Maafin aku..." ucap Bintang pelan.
" Hm? " gumam Langit heran.
" Aku juga bingung kenapa bisa jadi marah begini. Mood aku kacau, pantang kepancing sedikit langsung emosi." Lanjut Bintang menyesal.
" Aku gak seharusnya cemburu sama Poppy karena aku percaya sama kamu. Tapi, gak tau kenapa waktu denger kata2 Poppy tadi, mood aku langsung berubah."
" Hmmm..." Langit tertawa kecil.
" Aku tau hormon bumil emang suka naik turun. Jadi, gak ada gunanya berdebat sama kamu disaat kayak gini. Makanya aku langsung minta maaf." Kata Langit menjelaskan.
" Aku gak bakal larang kamu untuk ketemu sama siapapun, sekali pun itu Poppy. Aku tau mungkin ini karena lagi hamil aja makanya pikiranku kemana2."
" I know it, baby."
" Sorry..." ucap Bintang menyesal.
" It's okay. I'm sorry too."
Langit menarik Bintang ke dalam pelukannya. Bintang menenggelamkan kepalanya di dada bidang Langit, tempat yang selalu dia butuhkan untuk mendapatkan kenyamanan.
" Aww..." Bintang mengerang saat Langit memeluknya erat.
" Kenapa? " tanya Langit panik sambil melepas pelukannya.
" Sakit." Jawab Bintang.
" Apa? Perutnya? Junior? " tanya Langit beruntun.
" Bukan."
" Terus? "
" Dada aku..."
" Dada? Kenapa? "
" Lecet gara2 kamu pas di rumah sakit tadi."
" Ha, masa sih? "
" Masa sih gimana? Orang ini udah kejadian "
" Mana sini coba aku lihat."
" Enggak, enggak. Malu. "
" Malu gimana sih? Orang tiap hari aku lihat."
" Ya malu aja."
" Sayang, coba lihat..." kata Langit memaksa sambil membuka kemeja Bintang. Bintang pun pasrah, dia membiarkan tangan Langit melepas pakaian dan branya.
" Ini ya? " kata Langit memegang bekas kemerahan kecil di puting payudara Bintang.
" Iya, jangan dipegang, sakit." Kata Bintang menghindar.
" Maaf ya, aku gak sengaja." Ucap Langit merasa bersalah.
" Makanya kalo ngisep tu pelan2 aja. Gak bakal ada yg ngambil kok, ini punya kamu." Ledek Bintang.
" Ya kan kebawa nafsu, Sayang, jadi kekencangan nyedotnya." Kata Langit membela diri.
" Dasar kamu ini..."
" Jadi gimana donk? Aku gak bisa nyusu lagi? "
" Ya bisa, tapi nanti tunggu sembuh dulu."
" Jadi aku nyusu di kiri aja nih? "
" Ya gak usah nyusu dululah."
" Ha? Maksudnya? "
" Puasa dulu sampe sembuh." Kata Bintang ngasal.
" Ih, gak mau..." sambar Langit cepat.
" Ih, maksa! "
" Ih, terus kenapa? "
" Ih, gak papa. Weekk..." Bintang mengejek suaminya.
" Enak aja disuruh puasa. Ya suami kodratnya minta nyusu ke istrinya. Masa ke cewek lain."
" Emang."
" Yaudah, kamu gak boleh nolak. Gak ada puasa2. Enak aja lu! " kata Langit menolak keras.
" Hahaha... Becanda. Mau aku nolak sekeras apapun gak bakal bisa. Kamu pasti tetap maksa, jadi ya mending aku pasrah aja."
" Bagus! Istri tuh harus nurut apa kata suami."
" Iya, iya."
" Kayak sekarang..."
" Hm? "
" Aku haus..." bisik Langit pelan.
" No way!! Ini baru lecet lho." Seru Bintang kaget.
" Kan yg kiri enggak."
" Are you kidding me? "
" Big No!! I'll eat you." Langit langsung menggendong Bintang dengan gerakan spontan.
" Waaa..." Bintang berteriak kaget dengan tindakan Langit.
Langit menggendongnya menuju kamar mereka.

Langit & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang