Part 21

1.3K 32 5
                                    

" Bintaaannnggg..." teriak Langit di tengah hutan. Langit menyalakan senter yang tadi masih dipegangnya saat bermain mencari bendera. Suasana hutan benar2 gelap dan mencekam. Sesungguhnya Langit juga merasakan ketakutan, tapi dia lebih takut jika tidak bisa menemukan Bintang malam ini.
" Bintaaannnggg..." teriak Langit lagi. Dia berjalan pelan menusuri hutan, berharap bisa menemukan istrinya.
Bintang memegang jidatnya yang terasa sakit. Darah segar mengalir pelan, kepalanya terbentur batu kerikil saat terjatuh tadi.
" Awwhhh..." erangnya menahan sakit.
Dia menoleh ke atas, lubang itu tinggi sekali. Dia tidak mungkin bisa memanjatnya.
" To...long..." rintih Bintang pelan.
" Bintaaannnggg......" Langit terus berteriak berharap Bintang akan mendengarnya. Dia menyusuri hutan tanpa mempedulikan waktu yang semakin malam.
Bintang ketakutan, dia berada di dalam lubang besar dan suasana disana gelap sekali. Bintang takut akan ada binatang buas yang datang.
" Tolooonnnggg....." teriak Bintang mengunpulkan kekuatannya.
" Biiinnnn....." teriak Langit sambil menerangi setiap sudut dengan senter di tangannya.
" Toloonngg..."
Langit menghentikan langkahnya saat mendengar rintihan orang yang minta tolong.
" Bin? " panggil Langit sambil mencari sumber suara.
" Toloonnggg..." teriak Bintang lagi.
" Bintang??? Biiinnn... Kamu dimana?? " teriak Langit sangat yakin itu adalah suara Bintang. Langit mempercepat langkahnya ke sumber suara.
" To... long..." suara Bintang semakin melemah.
" Bintang? " panggil Langit saat melihat Bintang terbaring di dalam sebuah lubang besar. Langjt menyenternya dari atas.
" Bin, kamu ngapain disitu? " tanya Langit saat memastikan itu adalah istrinya.
" Lang... Tolong..." gumam Bintang semakin melemah. Tanpa pikir panjang Langit langsung mencari akal. Dia mencari batu dan batang kayu yang kokoh beberapa buah, lalu menjatuhkannya ke dalam lubang.
" Awas, Bin..."
Bintang hanya menurut. Dia minggir agar tidak terkena lemparan kayu. Setelah semua yang dia cari sudah ketemu, dia langsung lompat ke dalam lubang.
" Bin..."
" Lang..."
Langjt langsung memeluk Bintang erat. Dia bisa bernafas lega karena berhasil menemukan Bintang.
" Kamu gak papa? Jidat kamu berdarah..." kata Langit panik.
" Aku gak papa. Tolong bawa aku pergi dari sini, Lang. Aku takut..." kata Bintang tak berdaya. Langit langsung memeluknya lagi.
" Kamu gak usah takut, ada aku disini." Kata Langit sambil memeluk Bintang erat, sampai Bintang merasa sesak.
" Kamu tunggu disini ya." Kata Lamgit sambil mendudukkan Bintang.
Langit langsung memukul dengan batu kayu2 itu ke dinding lubang sehingga membentuk anak tangga. Setelah dia memasang semua kayu dan memastikannya kokoh, dia menarik Bintang yang sedang terduduk.
" Bin, dengerin aku... Kamu naikin kayu ini satu per satu. Aku bantu kamu dari bawah ya." Kata Langit memberi penjelasan. Bintang mengangguk lemas. Dia langsung memanjat dan bertumpu di kayu2 yang sudah dipasang Langit, Langit mendorongnya dari bawah sehingga Bintang merasa lebih ringan. Setelah Bintang sampe di atas, giliran Langit yg akan naik. Tak butuh waktu lama, akhirnya Bintang dan Langit pun berhasil keluar dari lubang itu.
Langit langsung memeluk Bintang dan mendekapnya erat. Tak lupa dia mencium kepala istrinya itu.
" Kamu gak papa? " tanya Langit khawatir.
" Alu gak papa."
" Yaudah, kita balik yuk. Jidat kamu berdarah." Kata Langit.
Saat Bintang melangkahkan kakinya, dia merasa lemas sekali. Kakinya bergetar tak berdaya setelah mencoba memanjat untuk bisa keluar dari lubang tadi. Pandangannya kabur lalu gelap. Bintang pingsan.
" Eehh..." kata Langit yang langsung sigap menopang tubuh Bintang. Tanpa pikir panjang, Langjt langsung menggendong Bintang dan membawanya kembali ke camp.

***

" Eh, itu Pak Langit..." teriak seorang karyawan saat melihat kemunculan Langit dari hutan. Gisel dan yang lain langsung menoleh.
" Langit? " gumam Gisel lega karena Langit telah kembali.
Langit langsung meletakkan tubuh Bintang di atas sebuah tikar.
" Bin... Bintang..." kata Langit sambil menepuk lembut pipi istrinya.
" Ambil air, ambil air..." perintah Langit. Beberapa orang langsung berlari mengambil air.
" Bintang?? " kata Kenzi yang baru tiba dan melihat kerumunan di camp. Dia langsung berlutut di samping Bintang, bersebrangan dengan Langit.
" Bintang kenapa? " tanya Kenzi pada Langit, tapi Langit tak menjawab.
" Ini, Pak." Kata seseorang sambil memberikan segelas air.
" Sayang... Bangun..." kata Langit sambil membasuh wajah Bintang. Seketika Kenzi dan Gisel menatap tajam ke arah Langit saat mendengar panggilan "sayang" keluar dari mulutnya.
" Bin..." panggil Langit sambil menepuk pipi Bintang.
" Hmmm..." perlahan Bintang membuka mata.
" Bintang? " panggil Langit saat melihat Bintang sadar.
" Lang..." kata Bintang sambil memeluk Langit. Dia ketakutan, tubuhnya bergetar.
" Aku takuuttt..." suaranya parau.
" Sssttt... Aku disini, aku disini..." balas Langit sambil mengelus rambut istrinya itu.
" Huuufffttt...." Kenzi dan yang lainnya menghela nafas lega saat Bintang sudah sadar.
" Bin, kamu kemana tadi? Kan harusnya kamu disamping aku? " tanya Kenzi penasaran kenapa Bintang bisa menghilang. Langit menatap tajam saat mendengar kalimat "harusnya kamu di samping aku" keluar dari mulut Kenzi.
" Aku nolong anak kucing yang kakinya keikat tali. Pas aku nyadar, aku udah jauh dari kalian." Kata Bintang menjelaskan.
" Haahhh... Harusnya kamu minta tolong aku biar nemenin kamu."
" Udah, udah, gak usah diperpanjang. Yang penting Bintang udah ketemu sekarang." Kata Gisel menghentikan perdebatan.
" Lang, kita harus balik ke penginapan." Kata Gisel mengajak Langit. Gisel, Langit dan petinggi perusahaan lainnya menginap di rumah warga, sedangkan anggota yang lain tidur di tenda. Bintang mengencangkan pelukannya di pinggang Langit.
" Kamu duluan aja." Kata Langit yang mengerti isyarat dari Bintang.
" Lang, aku gak mungkin balik sendiri." Kata Gisel lagi.
" Tolong yang cowok temenin Bu Gisel balik ke penginapan." Kata Langit pada karyawannya.
" Iya, Pak. Mari, Bu." Kata seorang karyawan cowok mengajak Gisel.
" Mck! " gumam Gisel kesal. Dia tidak bisa berkata apa2 saat semua mata memandang ke arahnya. Gisel pun pergi meninggalkan camp dengan perasaan kesal.

Langit & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang