Surprise

5.3K 399 13
                                    

Yoongi sudah tidak bisa lagi menghitung berapa banyak ia mengeluh dan membuang napas. Andai saja Jungkook tidak merengek dan mengancam akan melapor pada Seokjin jika ia tidak mau menemani Jungkook, sudah dipastikan saat ini ia sedang menjelajah alam mimpi di atas kasur empuk kesayangannya.

Yoongi pulang cepat dari kantor hari ini. Bukan karena jam kerja yang sudah berakhir, melainkan karena ia membolos. Itulah kenapa Yoongi terima saja saat Jungkook mengancam akan melaporkannya. Yoongi tidak mau cari mati jika Seokjin sampai tahu. Seokjin pasti akan mengamuk dan ia akan berakhir di kantor dengan tumpukan kertas di meja kerja selama seminggu.

"Yoongi hyung, belok kanan"

"Aku tahu, bocah", jawab Yoongi kemudian berbelok ke kanan tepat di perempatan jalan. Jungkook hanya memastikan hyung nya membawa ia ke jalan yang benar. Kenapa? karena Yoongi pernah membawanya ke jalan yang salah. Tidak, tidak, mereka hanya salah jalan.

saat itu, Jungkook minta di temani Yoongi ke mall untuk membeli robot Iron Man limited edition yang hanya ada pada hari itu. Yoongi malah membawanya berbelok-belok mengitari sekitaran tempat tinggal mereka. Mereka tiba di mall saat robot itu telah habis. Jungkook mengamuk dan melapor pada Seokjin namun Yoongi berdalih karena Jungkook tertidur dan ia lupa jalan. Alasan tidak masuk akal. Untung saja Jimin hyung jadi malaikat penyelamat  dengan membawa satu buah robot Iron Man itu saat ia pulang.

"Hyung, belok kiri", cicit Jungkook sambil mengarahkan jari mungilnya. Yoongi membelokkan mobil ke kiri.

"Lurus saja setelah lampu merah, hyung"

"Belok kanan, hyung"

Yoongi menurut saja, terlalu malas menanggapi bocah di sebelahnya. Tapi ia tidak tahan juga. Sesaat ketika Jungkook mulai membuka mulut, Yoongi lebih dulu menyela, "Diam atau aku lempar keluar sekarang juga". Jungkook diam dan tidak berkutik setelahnya.

-

Mereka sampai di tempat tujuan. Jungkook minta di temani ke Lotte World. Yoongi menggenggam erat tangan Jungkook di sebelahnya, takut adiknya itu akan hilang di tengah keramaian. Ia belum ingin cepat-cepat menemui akhir hidupnya.

Jungkook tidak mau diam. Ia menjajal tiap wahana yang ada. Yoongi sudah kelelahan, tapi Jungkook belum mau berhenti.

"Jungkook, kita istirahat dulu. Hyung lelah", Yoongi duduk disebuah bangku dengan tangan yang masih memegangi Jungkook.

"Hyung itu terlalu banyak tidur, makanya cepat lelah!", sungut Jungkook dengan wajah cemberut. Jika saja Yoongi tidak ingat bahwa Jungkook adalah adiknya, mungkin Yoongi sudah membuangnya dari puncak Biang Lala.

"Baiklah, ayo lanjutkan. Jungkook mau main apa lagi?"

Jungkook langsung menarik tangan Yoongi setelahnya.

-

Hari sudah gelap. Matahari sudah tenggelam dan digantikan bulan beberapa waktu yang lalu. Jungkook dan Yoongi sudah menjajal semua wahana yang ada. Tersisa satu yang belum dan sebenarnya paling Yoongi hindari. Rumah hantu. Yoongi bukan tipikal laki-laki penakut, hanya saja ia benci saat orang-orang di dalam sana muncul dan mengagetkannya. Ditambah lagi suasana gelap dan suara-suara aneh yang muncul. Yoongi bukan penakut, ia hanya tidak suka. Ingat itu!

"Yoongi hyung, jalan di depan dong. Kenapa jadi Jungkook-ie yang memimpin jalan?"

Yoongi menetralkan deru napasnya. Jantungnya berdegup kencang sedari tadi. Jujur saja, jika bisa ia ingin berlari dan keluar secepatnya, meninggalkan Jungkook di dalam sana. Tapi, itu bukanlah pilihan yang bagus untuk kelangsungan hidupnya. Yoongi juga bukan kakak yang tidak bertanggung jawab.

Yoongi berganti posisi menjadi di depan Jungkook. Berjalan dengan tetap memegang erat tangan Jungkook di belakangnya. Ia merutuk dalam hati, bagaimana bisa hanya mereka berdua yang masuk ke dalam sini? mereka bahkan tidak perlu mengantri seolah ini hanya disiapkan untuk mereka berdua.

"Kyaaaa!!!!", Yoongi menjerit saat sosok menyeramkan muncul dihadapannya. Ia berlari sambil menggeret Jungkook yang ada di belakangnya.

"Kyaaa!!!"

"Eomma!!!"

"Hyaa kurang ajar! pergi sana!!!", teriakan-teriakan Yoongi menggema tiap kali sosok itu muncul dan mengagetkannya. Jungkook juga merasakan takut yang sama tapi ia tidak bisa menghilangkan rasa geli tiap kali melihat Yoongi hyung nya menjerit ketakutan.

-

Mereka sampai pada sebuah ruangan yang Yoongi yakini adalah jalan keluar dari tempat itu. Yoongi melangkah awas, melirik kiri dan kanan takut-takut kalau sosok menyeramkan lagi-lagi muncul di hadapannya. Yoongi terus melangkah sampai tiba-tiba sebuah tangan menarik tubuhnya melalui sebuah pintu di sebelah kanan. Yoongi menjerit ketakutan. Terlebih lagi, Jungkook adiknya tertinggal di luar sana.

Yoongi terus menggedor pintu yang tak tahu sejak kapan telah terkunci. Suasana gelap gulita dan suara-suara menyeramkan masih terus menyambangi telinganya. Yoongi merasa tubuhnya lemas, Ia kelelahan dan mungkin ketakutan.

Sesaat kemudian, ruangan itu berubah menjadi terang benderang membuat silau penglihatan Yoongi. Suara menyeramkan tadi berubah menjadi nyanyian dan suara-suara yang amat ia kenal.

"Saengil chukka hamnida..."

"Saengil chukka hamnida..."

"Saranghaneun Yoongi hyungie,..."

"Saengil chukka hamnida..."

Yoongi mematung dengan mulut terbuka lebar. Ini terlalu mengejutkan. Bagaimana bisa saudara-saudaranya ada di tempat ini? Ia melihat sekitar. Tempat itu bahkan dihias sedemikian rupa dengan balon serta pernak-pernik lainnya. Jungkook juga sudah berdiri disana, memegang kue dengan senyum mengembang.

Yoongi mengingat kembali tanggal hari ini, 9 maret! Hari ulang tahunnya! Astaga, ia bahkan lupa jika hari ini ia sudah berganti umur.

"Yoongi hyung, kenapa masih disana? cepat tiup lilinnya sebelum habis", ucap Taehyung yang melihat Yoongi masih mematung di tempatnya. Yoongi berjalan mendekat.

"Jangan lupa permohonanmu, hyung", sambung Hoseok.

Yoongi memejamkan mata, menangkupkan kedua tangan di depan dada, merapalkan doa dan permohonannya dalam hati setelahnya langsung meniup lilin yang sudah hampir habis. Riuh tepuk tangan saudara-saudaranya terdengar. Ucapan selamat serta pelukan hangat pun ia dapatkan.

"Jadi, ini semua perbuatan kalian?", tanya Yoongi melirik satu persatu saudaranya di hadapannya dengan tatapan tajam. Mereka hanya diam sambil susah payah menelan ludah. Pertanda hal tidak baik sepertinya akan segera terjadi.

"Siapa yang berinisiatif dan bertanggung jawab untuk semua ini?", Yoongi bertanya sekali lagi. Belum ada jawaban sampai Yoongi beralih pada adik kecilnya. Jungkook tidak pernah bisa berbohong apalagi jika Yoongi yg bertanya.

"Jungkook-ie, siapa yang merencanakan semua ini? ayo beritahu dan hyung akan belikan robot baru sebagai hadiahnya", Jungkook langsung mendongak dan menatap Yoongi dengan mata berbinar. Jarinya menunjuk pada salah satu sosok hyung nya yang saat ini sedang bersembunyi di belakang Seokjin.

"Kemari kau, Jeon Taehyung!!!"

Yoongi bergerak ke arah Taehyung yang sudah lebih dulu bergerak menghindari Yoongi. Sudah ia duga, Taehyung yang menjadi dalang dari  semua ini. Tidak ada satu pun dari saudaranya yang mampu memikirkan hal konyol seperti ini selain Taehyung. Acara kejar-mengejar itu terus berlanjut diiringi gelak tawa Jungkook dan para hyung nya.

"Selamat ulang tahun, Yoongi hyung"...

-

Woahhh, ini chapter terpanjang dari book ini? iya gak sih? wkwk
Ini sudah lewat dua hari, tapi Happy birthday to my beloved sweet sugar, Min Yoongi genius jjang jjang man boong boong. Wish u get all the best💓 bener-bener ga di rencanain buat nulis bagian ini. jadi maaf kalo ceritanya aneh bin absurb haha

sampai ketemu di chapter selanjutnya dengan Jungkookie dan hyungdeul~

-J

Mainichi No MemoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang