Cahaya 9

3.7K 224 3
                                    

Hari ini matahari sedikit malu menampakan diri. Namun tak menghalangi semangat Cahaya ke kampus. Semangatnya serasa dua kali lipat lebih baik dari biasanya.

Pasalnya, hari ini juga terjadwal kajian rutin organisasi. Dan hari ini Cahaya akan meminta maaf pada kak Maya, karena tak bisa menghadiri walimahnya.

"Desi mau kemana?" tanya Cahaya begitu melihat Desi mengeluarkan motornya.

"Mau ke warung cari makan, kenapa?" Sahut Desi yang masih mengelap motor.

"Aku ikut sampai terminal depan. Mau ke kampus nih."

"Yaudah ayo. Tapi cuma sampai terminal ya! Aku udah laper banget soalnya."

"Iya Bunda ratu, cuma sampai terminal," sahut Cahaya.

Sesampai di terminal. Awan di langit seakan mengejar Cahaya, seakan ingin memuntahkan airnya pada tubuh gadis itu.

Beruntungnya ia tak perlu kehujanan untuk kali ini. Karena bus yang akan ditumpangi telah tiba.

Malangnya, bus saat itu dalam keadaan penuh. Dan tidak lagi tersisa tempat duduk utuk Cahaya. Terpaka ia harus berdiri, bersesak-sesakkan dengan banyak orang.

Tanpa Cahaya menyadari. Ternyata ia berdiri di depan laki-laki menyebalkan di bioskop kemarin.

"Argh, kenapa ketemu lagi sih. Males!" Dengus Cahaya pelan

Sialnya laki-laki tadi mendengar dengusan Cahaya. Dan sedikit menarik bibirnya.

"Masyaallah manis," batin Cahaya.

Namun pemikiran itu tak bertahan lama. Cahaya lantas beristighfar berkali-kali begitu menyadari kesalahannya dan mengalihkan pandangan dari laki-laki bioskop kemarin.

****

"Pak berhenti!!" teriak Cahaya begitu bus yang ia tumpangi hampir melewati kampusnya.

Cahaya turun.  Namun laki-laki bioskop kemarin juga ikut turun seakan mengikuti Cahaya.

"Aku nggak ngikutin kamu. Ini kampus aku." Ucap laki-laki tadi cuek. Seakan berbicara pada dirinya sendiri.

Cahaya tak membalas ucapan orang itu. Ia lantas bergegas memasuki kelasnya. Dan kebetulan kelasnya juga hampir dimulai.

"Ay!" Teriak Rara dari kejauhan.

"Assallamuallaikum Rara." ucap Cahaya ketika Rara sudah mendekat

"Hehe, waalaikumsallam Aya," jawab Rara.

"Eh.. kenapa mukanya ditekuk Ay?" tanya Rara penasaran.

"Tadi aku ketemu lagi sama laki-laki meyebalkan di bioskop kemarin. Dan sialnya dia juga mahasiswa di sini." Terang Cahaya

"Whaatt? Abang tampan satu kampus sama kita? Kok nggak pernah ngelihat ya?" Heboh Rara.

"Ihh.. kamu malah seneng banget. Udah yuk masuk, bentar lagi dosennya dateng lho.

****

Kegiatan rutinan organisasi rohis kampus seperti biasa sudah dimulai, Cahaya pun sudah duduk dengan anggun mendengarkan tausiah dari ketua organisasi. Kak Maya entahlah dimana, sore itu ia tak menampakkan diri.

"Itu suami kak Maya udah berangkat, kenapa kak Maya belum?" batin Cahaya begitu mengetahui pembicara kali ini ketua organisasi.

Cahaya memang belum mengetahui kalau suami Kak Maya ternyata bukan ketua  organisasinya. Ditambah sampai saat ini Cahaya belum pernah sekalipun melihat seperti apa ketua organisasinya itu.

Bukan tak mau, hanya saja tabir pembatas antara laki-laki dan perempuan terlalu tinggi. Sehingga sampai sekarang Cahaya belum berhasil mengetahui siapa ketua Rohis.

"Kak Maya tumben nggak kelihatan kemana ya Ukh?" tanya Cahaya pada perempuan di sampingnya.

"Mungkin masih cuti, maklum namanya juga pengantin baru."

"Tapi itu suaminya kok udah berangkat?" tanya Cahaya heran

"Hah? mana? Perasaan ngga ada deh keduanya."

"Itu yang tausiah bukannya suami Kak Maya ya?"

"Astaghfirullah, bukan! Ya memang sih dulu Khoirul pernah memgkhitbah Maya, tapi denger-denger ditolak."

"Astaghfirullah, sudah ya Ukh.  Kita jadi menggunjing orang." Lanjut perempuan di sampingnya itu.

Reflek Cahaya lantas beristighfar berkali-kali karena kelalaiannya dan secara tidak langsung sudah menggunjing orang.

_____________________

Afwan ya kemarin belum sempat post story soalnya tuh ada sedikit  kendala.

Jangan lupa telan bintang di pojok *eh tekan maksudnya 😆😂

See you
Assallamuallaikum 😍😘

Cahaya di Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang