Cahaya 2

6.4K 276 19
                                    

Menunggu
Satu kata yang menyebalkan
satu kata yang menghadirkan rindu
Satu kata yang menimbulkan pilu
Satu kata yang mengakibatkan sendu
Dan pada akhirnya aku begitu membenci kata "tunggu"

Mawatiirahma

***
Dengan bodohnya Cahaya menyanggupi untuk menunggu Eno kembali. Namun yang di tunggu tak kunjung memberi harapan pasti, bahkan jadwal magang Eno sudah selesai sejak 3 Bulan yang lalu, namun Eno tak kunjung menampakan Batang hidungnya dan keadaan itu semakin membuat Cahaya resah.

Flashback off

"Dasar cowok nggak tau diri, udah di tungguin juga nggak ngerasa. Udah lah Ay cowok kaya gitu nggak pantes kamu tangisin" ujar Desi penuh amarah melihat sahabatnya disakiti.

"Ta..tapi Des, aku masih sayang banget sama Eno, hiks.. hiks." timpal Cahaya sesenggukan karena menangis

"Oh iya Ay, coba kamu inbox Eno, minta penjelasan dari dia siapa tahu cuma salah paham." Saran Desi.

"Iya, coba aku telfon dulu kalau nggak bisa baru lewat inbox ya." Sahut Cahaya setelah sedikit tenang

Dengan mata sembab dan suara parau akibat terlalu lama menangis, akhirnya cahaya mencoba menghubungi Eno. Berharap ada setitik penjelasan darinya

"Halo!!" Suara perempuan yang erdengar dari telfon Eno

Deg

Jantung Cahaya seakan berhenti berdetak, membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi dengan kisah asmaranya.

"I.. ini siapa ya?"

"Saya istrinya Eno, mbaknya siapa? Eno nya lagi mandi Mbak"

Tess...tess...

Satu persatu bulir-bulir bening mulai berguguran dari pipi Cahaya. Seakan lututnya tak lagi mampu menopang tubuhnya. Cahaya hancur! jatuh terduduk di lantai.

Desi yang melihat Cahaya benar-benar shock. Hanya satu kalimat yang terucaap dan itu berhasil membuat Cahaya terlihat begitu hancur.

"Eh..Ay! Aya!! Kamu kenapa?" Terak Desi panik. Tak lagi dihiraukan sambungan telefon diseberang. Desi langsung mematikan sambungan itu.

"Aya!! Sadar dong!! Kok bengong sih?"

Teriak Desi sembari mengguncang pundak Cahaya. Berharap sahabatnya kembali mendapat kesadarannya.

Satu detik..
Dua detik..
Tiga detik..

Untuk beberapa saat Cahaya masih belum tersadar dari sock nya. Dan itu berhasil membuat Desi ketakutan.

"Gimana nanti kalau Cahaya jadi gila, ngamuk-ngamuk terus ngebunuh gue?" Batin Desi

"Hus ngawur. Udah ah ngaco lo Des. Ini nih efek kalo keseringan nonton sinetron" batin Desi kembali menepis fikiran anehnya

"CAHAYAAAA!!"

Kali ini teriakan Desi berhasil membuat Cahaya kembali mendapat kesadarannya.

"Apa yang terjadi Ay? Apa yang dikatakan Eno? Ay!" Serang Desi

"E..Eno..Eno udah punya istri Des" terang Cahaya terbata bata menahan isakan

"Tadi yang bicara istrinya Des, hiks... aku nggak nyangka kalau Eno ternyata laki-laki hidung belang. Dia.. dia.. laki-laki brengs*k, aku benci Eno Des!" teriak Cahaya penuh amarah.

"Apa?? Kamu serius Ay?"

Tak ada jawaban yang keluar dari Cahaya. Ia terus saja menangis. bahkan jilbab yang dikenakannya sekarang sudah tak berbentuk. Basah penuh airmata kesedihan

"Sudahlah Ay, jangan buang-buang air mata kamu demi lelaki buaya kaya dia! Kamu pantas mendapat yang lebih dari Eno Ay!"

Usaha Desi menenangkan Cahaya tak kunjung membuahkan hasil. Bahkan sekarang Cahaya terlihat begitu menyedihkan.

"Ay, kamu nggak boleh lemah cuma gara-gara cowok buaya, kamu harus bangkit Ay, Cahaya kan kuat. Udah nggak usah nangis lagi."

Usaha Desi kali ini berhasil. Cahaya mulai menghentikan tangisannya namun tak juga mengurangi rasa yang menyayat di hati.

_____________________

Hai lagi readers!! 😆

Haduhh gimana? gimana?
veelnya dapet ngga sih? 😯

Masih pemula banget soalnya! Jadi jangan sungkan kasih kritik saran ya!

Jangan lupa vote juga!!

See you 😚😚

Cahaya di Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang