Cahaya 18

1.7K 100 8
                                    

"Dimakan dulu Dek, nanti kita lanjutkan pembicaraan kita setelah makan." Tawar Khoirul

Cahaya pun hanya mengiyakan ucapan Khoirul, dan segera melahap makanan di depannya.

daging ayam yang berselimut tebal dengan cabai seakan memanggil-manggil tuannya untuk lekas menyantap. Meneteskan liur seakan begitu tergoda dengan kenikmatanya. namun siapa sangka, nikmatnya si geprek hanya sementara dan menyisakan kepedihan di akhir suapan.

Namun saat itu Cahaya tak begitu ambil pusing dengan pedas yang menggila di rongga mulutnya. karena dalam hati ia begitu penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Khoirul padanya. Tampaknya hal ini begitu serius.

Selang beberapa saat kemudian mulai kembali terdengar aktivitas pembicaraan antara kedua sejoli itu.
"Ehm."deheman Khoirul memecah kesunyian di antara mereka.  Dan Khoirulpun melanjutkan pembicaraan yang tertunda tadi.
"Jadi gini Dek, saya kira waktu untuk kita bertaaruf sudah cukup, dan ada baiknya kita segera menyudahi taaruf ini..." Ucap Khoirul.

Deg..

Mendadak tubuh Cahaya menjadi begitu lmas, seakan ia baru saja dihempaskan ke bumi dengan begitu keras, ia sakit untuk kesekian kalinya.

Meskipun Cahaya baru sebentar mengenal Khoirul, namun perasaanya tak bisa dibohongi, kalau dia mulai menyukai pria itu.

Belum sempat Khoirul menyelesaikan perkataanya Cahaya sudah mmotong ucapan Khoirul dengan nada lemah.

"Adakah sesuatu yang mengganggu anda mengnai diri dan kepribadian saya? Sehingga anada membatalkan taaruf ini begitusaja?" ucap cahaya yang sudah mulai be rkaca-kaca.

Bagaimanapun juga  Khoirul lah yang mendahului smua tapi kenapa secara sepihak ia dengan gamblang ingin membatalkan taaruf antara mereka berdua.

"maafkan saya sebelumnya, tapi bisakah kamu dngarkan perkataan saya dulu Cahaya?" tanya Khoirul yang lebih tepatnya berpa sindiran karena Cahaya sudah memotong ucapan Khoirul

"Silahkan." Jawab Cahaya singkat. Karena ia ingin segera pergi dari tempat itu dan menangis dengan sekencang-kencangnya.

"begini maksud saya, saya tidak berkata ingin membatalkan taaruf ini dan tidak pernah sedikitpun memiliki niatan untuk itu Dek." Ucap Khoirul dengan bibir bergetar menahan senyumnya.

"tapi anada tadi berkata ingin menghentikan taaruf ini dengan segera, jadi apa maksud anda?" sahut Cahaya yang sudah mengubah panggilan Kakak menjadi "Anda"

Mendengar jawaban Cahaya, Khoirul merasa segembira, entahlah, ada sesuatubyang mengembang di hatinya. Barangkali ribuan kupu-kuou sedang berpestadi dadanya.

Hal itu didasari karena Cahaya begitu khawatir jika ia membatalkan taaruf mereka.

sembari mearik ujung bibirnya menahan senyum, Khoirul menjawab pertanyaan Cahaya.

"Maksud saya itu, saya ingin secepatnya menghentikan taaruf ini, dan berniat segeraq untuk melamarmu secara resmi di hadapan orang tuamu, jadi bagaimana? Bersediakah adek menghentkan taaruf ini, dan secepatnya menuju jenjang pernikahan?" tanya Khpoirul dengan sedikit menhan tawanya
akibat melihat perubahan wajah Cahaya.

Yang tadinya berkaca-kaca ingin menangis, namun sekarang wajah indah itu dudah semerah tomat karena malu dan berdebar.

Untuk beberapa saat tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Cahaya. Dan hal itupun membuat Khoirul sedikit khawatir.

"Dek" ucap Irul menyadarkan Cahaya.

Namun di sisi lain batin Cahaya merutuki tingkahnya yang seakan begitu merasa tak rela kehilangan Khoirul.

Dengan sedikit malu, akhirnya Cahaya menjawab.

"baiklah, insyaallah akan saya beritakan kabar ini kpada orang tua saya Kak. Kiranya, kapan Kakak hendak berkunjung?"

"Lusa, insyaallah." Jawab Khoirul singkat.
"Baiklah, Cuma ini yang mau saya bicarakan, jika sudah tidak ada yang ingin kamu katakan lagi saya permisi. assallamuallaikum" Lanjut Khoirul dengan kembali memasang wajah datarnya.

"waallaikum sallam waroh matulloh'" jawab cahaya dengan sedikit terkejut dengan perubahan ekspresi Khoirul yang begitu cepat.

Bahkan cahaya mulai berfikir apakah Khoirul memiliki kepribadian ganda. Sesaat yang lalau dia menampakkan wajah yang ramah dan begitu bersahabat. Namun detik berikutnya wajah datar mnyebalkan itu kmbali muncul ke permukaan.

____________________________________

Cahaya di Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang