Cahaya 11

3.8K 205 11
                                    

Inginku mengerti lebih jauh
Memahami Cahaya rembulan yang mengagumkan
Menikmati ranumnya sinar yang terpancar
Mencegah goresan semakin dalam. yang perlahan membekukan darah yang mengalir mesra

Khoirul

****

"Masyaallah!" dengus Khoirul frustasi. Sudah sejak beberapa jam lalu Khoirul tak bisa mengalihkan fikirannya dari Cahaya.

Khoirul takut perasaan ini akan menyeretnya ke dalam api neraka. Pesona yang dipancarkan Cahaya, keteduhannya, keanggunan bahkan cerobohnya seakan menjadi candu untuk Khoirul.

Khoirul belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Bahakan saat ia tertarik pada Mayapun tak sebegini dahsyatnya perasaan itu. Namun pada gadis yang baru dua kali bertemu dengannya Khoirul sudah merasakan gelenyar aneh yang begitu besar. Ia takut murka Allah, ia takut Allah cemburu.

Khoirul lantas bergegas dari ranjangnya dan melaksanakan sholat tahajud. Ia ingin bercengkrama dengan Rabbnya, mengadukan semua kelalaian hatinya yang sudah terlalu memikirkan makhuk-Nya.

"Ampuni hamba Ya Rabb." Mohon Khoirul. Dan perlahan bahunya bergetar. Ya!! Khoirul menangis, menyesali segala kelalaiannya. Menangisi semua dosanya. Ia takut perasaannya akan membunuh semua amalnya, ia takut tak bisa menjaga hatinya.

"Beri hamba petunjuk ya Rabb"

Khoirul memang terlihat berwibawa dan kokoh di luar. Namun siapa yang tau tentang kegelisahannya.

Mungkinkah ini cara Allah mengalihkan fikirannya dari Maya?
"Allahuakbar! Maha baik engkau ya Rabb," puji Khoirul.

perlahan keresahan di hatinya berangsur membaik. Ia memutuskan untuk mencoba mangajak taaruf Cahaya.
Ya! Harus!
Tekat Khoirul sudah bulat.

****

Di waktu yang sama dengan tempat yang berbeda Cahaya juga tengah mengadukan masalahnya pada Allah.

Tadi Ibunya menelfon. Beliau menanyakan kapan ia akan membawa calon suami berkunjung ke rumah. Ibunya memang belum mengetahui pasal hancurnya hubungan Cahaya dengan Eno. Cahaya memang sengaja tak mau berbagi kabar itu dengan orang tuanya. Tapi apa yang harus dilakukan Cahaya. Orang tuanya sudah mengenal Eno dengan baik.

Gadis berusia 22 tahun itu benar-benar kalut saat ini. Memang usianya masih termasuk muda, namun untuk ukuran gadis di kampungnya Cahaya seharusnya sudah menikah. Karena adat dan budaya di kampung Cahaya seorang gadis pamali jika menikah lebih dari usia 20 tahun.

"Beri petunjuk Ya Rabb." Pinta Cahaya

Cahaya semakin sesenggukan dalam doanya

"Hamba takut mengecewakan orang tua hamba, namun di sisi lain hamba juga takut memberi kabar bahwa hamba hanya dijadikan Eno orang ke dua ya Allah."

"Malu rasanya. menginginkan calon imam sesempurna Ali bin Abi Thalib, namun hamba tak mungkin bisa seperti Fatimah putri Khadijah, berikan hamba yang terbaik meurutmu Ya Rabb."

Cahaya mengakhiri doanya dengan mata bengkak, karena terlalu banyak menangis malam itu.

****

Dari jauh samar-aamar terlihat Kak Maya berbicara dengan seorang ikhwan. Sayang Cahaya tak bisa melihat wajahnya, kebetulan ikhwan itu membelakangi Cahaya.

Kak Maya berjalan menghampiri Cahaya dengan wajah yang sulit diartikan.
 
"Assallamuakkaikum Aya." sapa Kak Maya

"Waallaikumsallam Kak,"

"Ciee pengantin baru, baru berangkat Kak?" goda Cahaya.

"Sttt! Kamu itu Ay,"

Kak Maya meberikan sebuah Map berwarna kuning.

"Oh iya, aku bawa sesuatu untuk kamu Ay.! lanjut Kak Maya

"Apa ini Kak?"

"Ajakan taaruf dari ikhwan sholih insyaallah."

Cahaya benar-benar tak menyangka, baru semalam ia mengadu pada Allah.

"Mungkinkah ini jawaban dari Allah?" batin Cahaya

"Kamu fikir dulu ya. Nanti kalau sudah mantap kabari saya." pinta Kak Maya.

"Insyaallah Kak,"

_____________________

Maaf ya Mawa ingkar janji terus. Soalnya menjelang ujian ini Mawa super sibuk banget, jadi mungkin akhir-akhir ini mawa bakal sedikit ngaret buat post story.

Oh iya, Mawa mohon doa temen-temen semua. Semoga dipermudah dalam mengerjakan ujian. Aamin

Tetep tungguin Mawa, oke?

Jangan lupa bintangya ditekan 😆

See you
Assallamuallaikum 😍😙

Cahaya di Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang