Semua orang menjerit histeris ketika peserta nomor limabelas tampil, melenggang di catwalk, lengkap dengan payung, dan riasan ala wanita Jepang zaman dulu. Hanya dalam beberapa detik, juri yang sedang terbengong-bengong akhirnya bertepuk tangan riuh. Bahkan ketika peserta itu membungkukkan badan memberi hormat dan berbalik untuk kembali, semua orang masih berteriak kencang.
Mereka bahkan nggak sadar kalau sosok nomor limabelas itu adalah seorang cowok SMA, yang terkadang mulutnya menyakitkan untuk didengarkan. Sosok itulah yang melenggang cantik dan otomatis menciptakan banyak opini bahwa dia adalah cosplayer terbaik dalam event kali ini. Kalau nggak menang, berarti jurinya disogok! Itu menurut para pengunjung yang datang dan sempat terpesona dengan penampilan Jawen.
Di belakang panggung, Rulita dan Gilang sudah siap menyambut. Begitu Jawen turun, kedua fujo laknat itu terbengong sesaat, mencubit pipi mereka sendiri, lalu mengerjap beberapa kali.
"Tadi beneran yang naik di panggung itu Jawen, kan?" Gilang bertanya pada Rulita, masih dengan ekspresi bengongnya yang dramatis.
"Mungkin dia kerasukan arwah geisha..."
Jawen tergelak, lalu menepuk pipi kedua fujo itu. Mereka tersadar, menjerit histeris, lalu memeluk Jawen erat. Bahkan nggak segan-segan mengecup pipi Jawen. Mereka nggak peduli dengan riasan yang sengaja Jawen gunakan. Mereka nggak peduli meski wajah mereka juga jadi belepotan.
"Jawen..." kata Rulita pelan.
"Kalian kenapa, sih, ah?"
"Kayaknya aku jadi lesbi, deh!" bisiknya lagi. Jawen melotot nggak terima, lalu mencubit cewek itu. Gilang mencoba menyadarkan diri sendiri, lalu menatap Jawen lagi. Dia masih nggak percaya dengan apa yang dia lihat tadi.
"Wen... ngaku, deh!"
"Apaan?"
"Kamu diajari siapa jalan kayak gitu? Pas latihan, kamu cuma jalan biasa, bahkan kerepotan gara-gara klompen Jepang itu."
Jawen menunduk. "Iya, sih!"
"Kok bisa kamu jadi kayak yang tadi? Pas kamu melenggang cantik tadi, fantasiku jadi liar, Wen. Kalau kamu adalah geisha zaman dulu, mungkin bakal banyak lelaki yang bertekuk lutut di depanmu."
Mata Jawen berbinar. "Kok aku jadi punya ide baru, ya?"
"Nah!" Rulita bertepuk tangan. "Sama!"
"FF soal cowok yang sengaja jadi geisha gara-gara dijual keluarganya sendiri. Lalu dia jadi terkenal dan banyak cowok yang rela mati demi dia."
"Bikin, Wen! Bikiiin...!"
Sepertinya Jawen sering sekali mendengar kalimat ini. Ah, jangan dulu! Tamatkan dulu FF Narusasu yang sedang kamu kerjakan sekarang, Jawen! Kamu harus duduk diam menunggu. Bahtera bahkan seperti mayat hidup di bangku penonton sana! Lihat dia! Matanya bahkan terlihat nggak fokus.
"Cosplayer yang baru tampil tadi adalah perwakilan dari club cosplay SMA 17 Jaya Pati. Benar-benar luar biasa sampai menghipnotis kita, ya!" Suara MC sesaat menyadarkan mereka. Tadi MC nggak nongol untuk berkomentar, namun sekarang tumben sekali MC datang dan memperkenalkan club-nya segala. Bagus, bagus! Ayo, terus promosi!
"Iyaaaa..." Pengunjung menjerit. "Namanya... namanya..."
"Ah, ingin tahu namanya? Namanya adalah... Jawentari Mahendra Rahespati. Eh, cowok, ya?"
Semua pengunjung heboh. Jawen menghela napas, tersenyum miris, lalu melenggang cantik ke bangku pengunjung dan berkumpul dengan Bahtera. Ketika dia melangkah, semua orang makin menjerit. Kali ini para cewek yang lebih sakau, apalagi ketika mengetahui jenis kelamin anak itu adalah... cowok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Lovely Fudanshi...t
Teen FictionKenalkan, Jawentari Mahendra Rahespati. Cosplayer paling mumpuni di sekolahnya. Anggota elite club khusus cosplay di sekolah. Suka hal-hal antimainstream. Kesukaannya akan hal-hal aneh masih menempati peringkat tertinggi. Dia bangga menyebut diri se...