Chapter 24. Mami Punya Pacar?

12.5K 2.1K 365
                                    

            Karena kecelakaan kemarin, Bahtera dan Samudera jauh lebih posesif ke Jawen. Kalau biasanya mereka bersaing untuk jadi orang yang sempurna di mata Jawen, kali ini mereka mau bekerja sama, menjaga Jawen bersama. Kalau Jawen nakal dan Bahtera yang lihat, cowok itu akan menjaganya. Kalau Samudera melihat Jawen di jalan dan keluyuran nggak jelas, Samudera akan dengan setia membuntuti. Anehnya, mereka bukan malah bosan! Mereka justru menemukan kehidupan baru yang sangat hangat!

Samudera yang nggak pernah merasakan perasaan ini sekarang mulai mendamba. Entah kenapa hatinya merasa damai dan lengkap tanpa sebab. Ketika dia kesal, Jawen selalu datang menghibur. Ketika dia lapar, Jawen memasak untuknya. Bahkan sekarang Samudera rajin sekali berkunjung ke rumah Jawen dan minta makan. Bahtera juga sering mampir ke sana. Keduanya masih merasa cemburu ketika Jawen menghabiskan waktu dengan salah satu dari mereka, tapi setelah Jawen tersenyum... semua kekesalan itu sirna.

Kedua cowok itu seperti kena pelet cinta! Tunduk banget gitu!

Sekarang Samudera juga mulai rajin sekolah. Dia mulai mau belajar dan mengerjakan PR. Bahkan sesekali anak itu menginap di rumah Jawen. Mami senang sekali ketika melihat teman anaknya menginap. Dulu Bahtera sering menginap, tapi sejak Bahtera sibuk punya pacar... cowok itu jarang menginap lagi. Mami senang karena dengan begini... Jawen nggak kesepian. Bahtera ikut menginap juga kalau Samudera menginap.

Mereka bertiga belajar bersama. Jawen memasak untuk makan malam, dan dua cowok itu yang akan mencuci piring. Mirip pengantin baru!

"Mami nggak pulang?" Samudera bertanya pelan. Matanya menoleh ke sekeliling ruangan.

"Mami lembur lagi. Nggak tahu, deh kenapa akhir-akhir ini Mami jarang balik."

"Mami nggak capek apa, ya?" Bahtera ikut berkomentar.

"Nah itu makanya..." Jawen menghela napas berat. Sekarang semuanya jadi sangat runyam. Mami sama sekali nggak tertarik dengan rumah. Mami percaya kalau Jawen akan akan baik-baik saja sendiri.

Tapi sejak beberapa hari lalu, Jawen memang nggak pernah sendiri di rumah. Kadang Samudera menginap, kadang Bahtera. Kadang keduanya.

"Apa jangan-jangan..." Jawen menggantung ucapannya.

"Apa?" Samudera dan Bahtera kompakan.

"Mami lupa jalan pulang?"

Mereka berdua terkekeh geli.

"Apa Mami nggak pernah curhat soal kerjaan ke lu, Tari?" Samudera penasaran soal ini. Bahtera juga ingin tahu. Jawen mencoba mengingat-ingat kejadian demi kejadian yang pernah Mami alami, tapi Mami nggak pernah cerita.

"Mami nggak pernah curhat, soalnya jam malam kami beda. Mami pulangnya pagi, lalu tidur. Berangkat kerja agak siang. Aku pagi berangkat, siang pulang."

"Nggak pernah ketemu Mami sama sekali? Apa Mami nggak takut gitu, pulangnya selalu larut, kan? Perempuan, bawa kendaraan sendiri..." Bahtera masih ingin tahu.

"Pernah. Waktu itu aku belum tidur. Aku lihat Mami dianterin mobil, Bah. Jangan-jangan itu... pacar Mami?"

Mami bisa saja punya pacar, tapi istilah pacar untuk wanita karir usia seperti Mami sama sekali menggelikan. Mami menikah muda, belum pernah bekerja sepuas mungkin. Karena itulah... ketika bercerai dan mulai bekerja, Mami mulai kecanduan. Mami angkatan kerja berani mati.

"Bisa jadi!" Bahtera mendukung dugaan Jawen. Samudera mengangguk.

"Lu sempet lihat orangnya, nggak?"

Jawen menggeleng. "Tapi aku percaya Mami, kok! Mami bukan pelakor. Mami itu baik. Orangnya nggak neko-neko. Meski emang kalau udah fokus sama kerja, yang lain kayak cuma dibuat pajangan aja..."

Our Lovely Fudanshi...tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang