Dengan berat hati, kedua cowok itu menyerah dan membiarkan Jawen pergi. Mereka nggak mau anak itu berbuat nekad. Bahtera tahu jelas sifat angin-anginan Jawen, dan Samudera baru saja tahu. Meski begitu, mereka masih nggak rela Jawen pergi. Sayangnya keputusan Jawen sangat mutlak. Nggak boleh ada orang yang bisa mengendalikannya, karena Jawen cukup tahu diri buat nggak berbuat aneh.
Lalu... ingatannya tentang Bahtera kembali mencambuki perasaannya hari ini. Jawen sama sekali nggak tertarik untuk bicara dengan Bahtera. Ketika cowok itu kembali pulang, dia mengaktifkan kembali HP-nya. Ada begitu banyak SMS dan chat yang masuk, tapi semuanya berasal dari Bahtera.
Jawen nggak peduli! Dia nggak mau baca karena dia sendiri merasa ogah mendadak. Jawen mencoba menghubungi kedua fujoshi nista itu di group chat line. Jawen tahu, mereka berdua pasti sudah dengar semuanya.
(java-sama) Bahtera sialan!
(gil-ng) Dia udah kami adili tadi! Kamu tenang aja, kami ada di pihakmu.
(java-sama) Dia nggak bisa nepatin janji!
(ruliiiiitahh) Wen, jangan sedih!
(gil-ng) Trus kamu dari mana?
(java-sama) Keluyuran. Sama... Samudera.
(gil-ng) Hah? Seriusan? Kok bisa?
(java-sama) Nggak sengaja ketemu dia, lalu dia ngajakin aku keluyuran. Karaoke...
(gil-ng) Karaoke? Karaoke yang gimana, Wen?
(java-sama) Emang maksud kamu karaoke yang gimana?
(gil-ng) Atas atau bawah?
(java-sama) Mau dicipok?
(gil-ng) Boleh. Kalo dicipok kamu nggak mungkin hamil, kok!
(java-sama) Dari dulu dicipok gak bisa hamil, coy! Tapi kalau keterusan ya...
(ruliiiiitahh) Bahtera nyariin kamu, Wen?
(java-sama) Iya, pas lagi sama Samudera dia lihat. Kalo dia nanya, no comment aja! Nggak perlu dijawab. Atau bilang aja nggak tahu!
(gil-ng) Oke! Sekarang kamu istirahat, ya! Jangan banyak pikiran! Besok kalau butuh bantuan, kami siap tangani! Kamu cukup berteduh di markas aja! We love you...
Jawen mengembuskan napas. Dia merebahkan diri, lantas mengingat lagi apa yang sudah dia lakukan hari ini. Semuanya benar-benar mencurigakan. Bahtera nggak mungkin jahat padanya, tapi Bahtera bisa khilaf. Tapi untuk sekarang Jawen belum bisa memaafkan. Dia masih baper.
Di zaman dulu Bahtera nggak pernah ingkar janji. Tiap janjian pasti datang. Meski pernah sesekali dia datang walau sakit. Bahtera demam tinggi, tapi dia memutuskan untuk bertemu Jawen. Karena itulah... karena itulah...
Seharusnya memberitahu Jawen agenda hari ini nggak jadi... nggak ada yang sulit. Jawen bisa mengerti! Apa mungkin Bahtera dijodohkan, lalu... lalu... Jawen nggak diberitahu?
Malam itu, Jawen masuk angin. Dia muntah-muntah karena kebanyakan keluyuran dan diterpa angin malam. Mami masih sibuk. Jawen nggak mengadu pada siapa pun. Dia mencari minyak angin, lalu mengerok bahu dan perutnya sendiri. Sejak dulu Jawen sudah biasa mandiri. Mami sibuk mencari uang untuk sekolahnya, jadi dia pun harusnya nggak boleh manja karena masalah sepele!
Keesokan harinya pun Jawen memang nggak masuk sekolah. Gilang dan Rulita mencoba menghubunginya, tapi Jawen mengabaikan telepon mereka. Kedua fujoshi itu akhirnya mencoba mengambil kesimpulan kalau Jawen masih ogah ketemu Bahtera. Semalam Jawen nggak cerita banyak hal. Dia hanya bilang kalau masih emosi pada Bahtera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Lovely Fudanshi...t
Teen FictionKenalkan, Jawentari Mahendra Rahespati. Cosplayer paling mumpuni di sekolahnya. Anggota elite club khusus cosplay di sekolah. Suka hal-hal antimainstream. Kesukaannya akan hal-hal aneh masih menempati peringkat tertinggi. Dia bangga menyebut diri se...