Chapter 6. Masa Lalu Bahtera

16.3K 2.9K 468
                                    

            Bahtera punya masa lalu yang sangat mencurigakan. Awalnya dia nggak merasa terbebani dengan masa lalu itu, namun sekarang dia yakin kalau rasa sepinya muncul gara-gara hal tersebut. Dia jadi playboy – kata Jawen begitu – karena dia belum bisa move on dari masa lalu. Bahtera mengantar Jawen pulang dengan selamat. Sebelum Jawen keluar dari mobil, cowok itu sempat bertanya pelan.

"Nggak mau mampir?" tanyanya.

Bahtera menggeleng. "Lain kali aja, ya! Ini udah lumayan malem, takut baliknya makin larut ntar."

"Di rumah nggak ada orang, lho!"

Kalimat ambigu Jawentari Mahendra Rahespati mungkin bisa membuat orang lain salah paham – kalau memang diucapkan pada jenis kelamin atau gebetan baru. Tapi Bahtera sadar diri karena ini Jawen. Jawen nggak mungkin berniat menciptakan kalimat ambigu, karena hidup Jawen sendiri adalah ambiguitas tanpa batas. Bahkan Bahtera nggak tahu sejak kapan sahabatnya bisa jadi begini.

Dulu nggak gini-gini banget, kok!

"Kalau nggak ada orang mau apa?" Bahtera memutuskan untuk menanggapi dengan kalimat yang juga ambigu.

"Kalau kamu pengen latihan paduan suara sambil joged juga boleh. Nggak bakalan ada yang lihat, kok!"

Bahtera menggaruk tengkuknya. Jawen selalu punya sisi itu. Cowok itu bahkan nggak peduli dan nggak mau tahu bagaimana orang lain memandangnya. Jawen adalah pribadi yang bebas, yang nggak akan pernah bisa diikat. Bahkan oleh Bahtera sekalipun!

"Kapan-kapan aja, deh! Aku mampir sambil bawa kaset banyak."

"Bawa ost-nya anime, ya!"

"Mana punya aku begituan, Awen..."

"Ah, iya! Ntar aja aku yang siapin..." Jawen mengangguk cepat, lalu melambai pergi. Bahtera tersenyum melihat kepergian sahabatnya. Dia nggak beranjak dari sana sampai dia benar-benar memastikan Jawen masuk ke dalam rumahnya.

Bahtera sampai setengah jam kemudian karena masih mampir untuk beli martabak. Kakeknya berdehem ketika melihatnya pulang.

"Dari mana? Kok seneng gitu?"

Bahtera mengulurkan kotak martabak di tangannya. "Beli martabak."

"Seneng gara-gara martabak?"

Bahtera duduk manis di dekat kakeknya. Hari ini banyak hal yang terjadi, dan dia nggak merasa lelah. Aneh, kan? Maksudnya... Bahtera sering sekali berkeliaran dengan pacar barunya. Setelah pulang, dia akan segera tidur dan lupa ada kejadian menarik apa saja hari ini. Selalu begitu. Nggak ada yang spesial sama sekali.

"Dari mana? Kok tumben pasang wajah gitu... Biasanya kalau pulang selalu capek, senyum bentar, lalu tidur."

Bahtera tersenyum lagi. Dia ingin bercerita pada kakeknya. Bahtera sangat dekat dengan kakeknya sejak kecil. Lelaki tua itu selalu saja punya waktu untuk mendengarkan cerita Bahtera. Bahkan dulu ketika Bahtera masih SD, kakeklah yang selalu mengambil rapornya.

"Bahtera pengen cerita, Kek."

"Soal pacar baru kamu?"

"Kok bisa nyimpulin gitu?"

"Kakek nanya. Soalnya kamu nggak pernah cerita soal mereka. Kamu ceritanya pas udah putus dan punya yang baru."

Bahtera mengangguk. "Emang Bahtera baru putus, Kek."

Agung Wicaksono melongo. Biasanya ekspresi Bahtera biasa saja ketika putus. Lelaki tua itu bahkan nggak pernah melihat Bahtera sedih ataupun marah. Kesimpulan beliau, Bahtera nggak serius dengan mereka.

Our Lovely Fudanshi...tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang