Ulang tahun sekolah masih tiga bulan lagi. Jawen harus mempersiapkan semuanya dengan sangat baik. Kalau perlu, sekolah harus mengakui club cosplay juga bisa mengharumkan nama sekolah. Jawen punya rencana besar untuk cosplay nanti. Salah satunya adalah mengundang teman-temannya yang aktif menulis blog. Dengan begitu, mereka bisa membawa nama club cosplay sekolahnya. Jawen juga berjanji akan melakukan promosi di lapak penggemarnya. Sementara itu, ada hal lain yang harus Jawen lakukan bersama anggota club-nya yang lain.
"Ini seriusan, mendadak banget!"
"Kita bisa pelan-pelan."
"Aku nggak ikutan." Gilang mengangkat tangan. "Aku lebih milih bikin persiapan buat ultah sekolah."
"Aku setuju! Yang lain gimana?" Rulita mengangguk mantap.
"Setuju, kok! Tapi kayaknya aku ada usul..." Anggota yang lain mulai mengajukan usul. Jawen menunggu saja. Apa pun keputusannya, dia harus ikut keputusan terakhir. Dia sudah didapuk jadi ketua pelaksana.
"Usul apaan?"
"Rahasia, ya..."
Jawen menoleh dan menatap teman-temannya curiga. Mereka berkumpul, membentuk lingkaran dan berbisik dengan sangat mencurigakan. Dalam beberapa detik, mereka mengangkat tangan lalu bersorak. Jawen makin bingung.
"Kalian ngomongin apa, sih?"
Rulita dan Gilang mendekat. Mereka tersenyum dengan sangat mencurigakan. Jawen merasa nggak enak dengan senyuman itu.
"Weeeen..." Nada bicara Rulita jadi menjijikkan.
"Apa?"
"Untuk menghemat biaya buat ultah sekolah ntar, jadi kami sepakat buat nggak ikut semua ke even lomba cosplay itu..."
Jawen menunggu, lalu mengangguk setuju. "Emang sayang, sih sama duitnya..."
"Tapi alangkah lebih sayang kalau club cosplay kita nggak bisa menunjukkan diri. Minimal memperkenalkan diri, lah..."
Jawen mulai curiga. "Trus?"
"Jadi, kami udah sepakat tadi. Cuma satu orang yang ikut lomba cosplay, tapi kita harus mengerahkan semua tenaga kita. Pokoknya harus jadi yang terbaik. Minimal juara tiga, lah!"
"Muluk-muluk banget maunya! Di sana itu bukan lomba cosplay ecek-ecek. Yang ikut sekaliber cosplayer terkenal, woy!"
"Makanya..." Gilang merengek. "Kami nunjuk satu orang yang paling oke. Yang kami yakin bakalan menang."
"Pede banget!" Jawen mencibir. Dia bukan meremehkan kemampuan club cosplay ini, tapi dia juga nggak boleh meremehkan orang lain di luar sana. Senjata mereka jauh lebih besar.
"Iya, makanya... kami mau kamu yang tampil."
Jawen melongo. Mulutnya tergagap nggak terima setelah itu. Rulita dan yang lain menatap Jawen dengan penuh permohonan.
"Nggak bisa gitu, lah! Kalau nggak ikut, ya nggak ikut semua!"
"Kami ikut, Wen! Kita tetep grup! Kami bakalan bantu kamu. Intinya, kamu aktornya, kami kru film yang mengurusi semuanya. Masalah kostum, make-up, trus juga yang lain-lain kami urusin bareng. Kamu cukup jadi bagian display."
"What the..."
"Jaweeeeeeennnn..." Semua mulut di sana begitu kurang ajar karena memanggil nama Jawen dengan sok imut. Jawen nggak bisa menolak kalau sudah begini.
"Kita harus nunjukin ke mereka semua! Meski kita ngirim satu orang, tapi satu orang itu bakalan jadi luar biasa!"
"Ah, terserah kalian, terserah!" Jawen menyerah. Semua orang bersorak dan mulai membuat persiapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Lovely Fudanshi...t
Fiksi RemajaKenalkan, Jawentari Mahendra Rahespati. Cosplayer paling mumpuni di sekolahnya. Anggota elite club khusus cosplay di sekolah. Suka hal-hal antimainstream. Kesukaannya akan hal-hal aneh masih menempati peringkat tertinggi. Dia bangga menyebut diri se...