Chapter 11. Perjuangan Samudera

14.8K 2.6K 366
                                    

Samudera menggerutu, mengumpat, dan akhirnya terdampar di sebuah pertokoan. Setelah dia nekad kabur dari guru piket yang lagi-lagi pasti bisa lapor pada ayahnya, sekarang dia nggak tahu harus apa dan bagaimana. Sebenarnya dia masih punya urusan di sekolah dengan Jawentari. Meski namanya cewekable, tapi Jawentari yang ini sangat berbahaya bagi hidupnya. Sudah banyak annoying people yang Samudera temui, namun kali ini annoying people-nya susah ditaklukkan meski dengan omongan dan tindakan jahat.

Entah kenapa kali ini Samudera punya niatan baik dan juga serius untuk menjalin kisah cintanya dengan seseorang. Samudera kesepian, dan dia belum pernah menjaga orang lain selain mendiang ibunya. Sekarang Samudera mengidamkan kekasih yang bisa melengkapi hidupnya. Dia lelah seperti ini. Kalau dia punya pacar, dia bisa menghamili anak itu. Lalu dia dikeluarkan dari sekolah, diusir ayahnya, lalu punya kehidupan sendiri dan hidup bahagia bersama istri dan keluarga kecilnya.

Terlalu klise, tapi Samudera sudah lelah dengan pertikaiannya bersama sang Ayah. Sekarang Samudera nggak mau muluk-muluk, karena itu dia juga nggak mau diatur. Sekarang Jawentari adalah kunci utama agar Samudera bisa menemukan soulmate yang dia cari selama hidupnya.

Sayang... guru piket sialan itu sangat mengganggu dan menggagalkan usahanya!

Sementara itu, Jawen sendiri sedang ingin menyelesaikan urusannya di lapak club. Beberapa orang kecewa karena anak itu sudah ganti baju. Padahal mereka masih ingin berfoto dan menyentuh Jawen. Ketika Jawen mengomel, Bahtera datang.

"Kok kamu pake baju biasa, Wen?" tanyanya bingung. Gilang mengangguk.

"Dia berkhianat!" katanya. Bahtera nggak paham.

"Dia ganti baju dulu gara-gara diserbu! Padahal kan itu peluang biar club punya banyak uang kas! Biar kalau ada kegiatan lagi kita nggak perlu ngemis lagi ke wakasek kesiswaan yang pelit itu!"

Jawen mengibaskan tangan, lantas menyenggol lengan Bahtera.

"Tenang, aku punya orang dalam!"

"Tapi nggak bisa ngandelin Bahtera terus, lah! Kan nanti image club cosplay dinilai jadi club yang hobi nepotisme!" Rulita nggak setuju kali ini.

"Yang dimintai tolong malah seneng, tuh!" Jawen mengedikkan bahu. Bahtera mengangguk cepat. Gilang berdehem, lalu menoleh dengan raut geli.

"Asal kamu tahu, ya, Bahtera... tadi sahabatmu itu banyak yang lirik. Dia yang bikin lapak kami laku keras. Mau tahu hasilnya?" Gilang terlihat lebih antusias daripada cosplayer yang jadi korban sejak tadi. Bahtera mengangguk semangat.

"Nggak usah lihat!" Jawen menggerutu.

"Aku kan datengnya telat, dan kamu udah keburu ganti baju, Wen!" Bahtera melangkah ke arah Gilang, lalu melongo ketika melihat pose-pose menantang Umaru-chan yang ada di kamera Gilang.

Umaru-chan yang mengangkat kaosnya hingga perut, lalu Umaru-chan yang tengkurap sambil memasang wajah seksi menantang sambil menggigit bibirnya...

"Itu Umaru-chan yang gagal! Kan harusnya aku jadi Umaru-chan versi chibi."

Gilang mencibir seketika. "Bilang aja mau kayak Umaruchibi yang pose ngemil!"

Jawen terkekeh dan mengangguk pelan. Memang iya, sih! Niatannya begitu, tapi orang-orang nista itu datang dan mengajaknya pose menantang. Memang salah tulisan! Jawen yang salah! Dia menggali lubang kuburnya sendiri.

"Bahtera, komentar, dong!" Gilang terkikik ketika melihat Bahtera bengong dan nggak peduli sekitar. Cowok itu terpaku pada kamera yang dia pegang.

"Awen... kok kamu jadi..." Bahtera menelan ludah.

Our Lovely Fudanshi...tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang