Bab 3

1.3K 35 3
                                    

Motor yang di kemudikan arken melangkah dengan kecepatan sedang. Menembus keramaian kota di jam pulang sekolah seperti sekarang. Banyak pelajar yang memilih untuk mengemudikan sepeda motor meskipun belum memiliki sim. Ada pula yang menggunakan sepeda, biasa para pelajar yang rumahnya berdekatan dengan sekolah. Tapi sebagian besar memilih menggunakan kendaraan umum semacam bus atau angkutan.

"lukamu sudah benar-benar sembuh kan na,? "tanya Arken membuka pembicaraan. Raut wajahnya melirik kaca spion dengan masih sedikit cemas.

" alhamdulillah, sudah kok mas."jawab hana.

Suasana kembali hening. Baik arken maupun hana tak ada yang kembali bersuara. Sampai gerimis tiba-tiba turun membuat arken menambah kecepatan lajunya.

Lagit memang sudah mendung sejak arken keluar dari sekolah. Dan sekarang bukan lagi gerimis tapi hujan deras yang sukses membuat ke 2nya basah kuyup.

Arken menepikan motornya di depan sebuah warnet di pasar yang mereka lewati. Ke 2nya lantas turun dan berteduh dari hujan yang turun dengan deras meski sinar matahari masih bersinar.

Arken melirik hana yg tampak kedinginan. Tanpa sengaja matanya menangkap siluet baju dalam hana dari balik seragamnya yang basah. Arken segera melepas jaket yang ia kenakan dan langsung menutupi tubuh mungil gadis itu membuat hana kaget.

"pakai ini dan jangan di lepas. Bajumu basah, "kata arken yang membuat hana tersadar. Ia melirik seragam sekolahnya ya berbahan tipis itu dimana lengkuk tubuhnya terlihat jelas. Rasanya sangat malu karena ia tak menyadarinya.

" terimakasih, "ujar hana langsung mengenakan jaket milik Arken dan merapatkannya.

" kamu tunggu di sini ya. Aku mau beli minum dulu, "kata arken yang di sambut anggukan dari hana.

Pemuda itu segera berlalu pergi. Meninggalkan hana yang berdiri diam menatap rintik hujan yang masih cukup lebat itu.

" kamu ngapain disini,? "sebuah suara mengintrupsi membuat hana menoleh.

Seorang gadis yang berseragam sama dengannya sudah berdiri di samping hana dengan pandangan menusuk. Dia menggunakan rok di atas lutut dengan baju di keluarkan dan make up yang cukup tebal. Lebih mirip ibu - ibu kondangan ketimbang murid sekolahan.

"aku lagi berteduh kak. Mau pulang, tapi kehujanan. Kakak dari mana,? "jawab hana lembut seperti biasanya.

" bukan urusan lo gue dari mana. Lagian lo ngapain pake nyasar kemari,? Gak laku jualan sampai harus keliling sejauh ini kemari,? "ujarnya dengan nada sinis dan mengejek.

Hana menghela nafas mendengar celotehan elina yang menyakitkan itu. Meski ini bukan pertama kalinya gadis itu berkata kasar dan menghinanya rasanya tetap saja sama, menyakitkan.

"aku gak jualan kok, baru pulang dari koperasi. Nganterin surat buat pengajuan prakerin. "jawab hana sabar.

Percakapan mereka terputus dengan kedatangan Arken." maaf ya lama, agak ngantri tadi. "

Ia memberikan segelas teh hangat untuk hana." aku beli gorengan juga. Langganan mas sama abangmu. Cobain gih, "katanya sambil menyodorkan sekotak gorengan aneka macam. Ada tempe goreng, bakwan goreng, tahu goreng dan cireng juga.

" makasih ya mas," hana tersenyum dan mengambil sebuah tempe goreng.

"sama-sama. duduk dulu, " arken langsung menarik kursi kosong di belakang mereka.

Hana menunduk dan kembali mengucapkan terima kasih.

" hallo, gue elina. Kakak sepupunya hana, "tiba-tiba elina sudah mengulurkan tangannya di depan arken membuat pemuda itu melirik tak suka.

Kekasih Halalku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang